19) An End

2.9K 666 35
                                    

Jadi ini udah mau ending, habis itu scroll aja di part 20 sama epilog yaah~
And, yeah. Kalian boleh kesel sama aku, nggak papa. Kali ini aku ikhlas, haha.

*

“Joe?”

Begitu mendengar suara pintu kamar yang terbuka, Joe mengangkat sedikit kepalanya, mendapati sosok Jimin dan juga satu orang lagi di belakangnya. Itu Eira.

Buru-buru Joe meluruskan punggung, mengubah posisi bantal agar bersandar pada headboard paramount bed. Matanya membulat sesaat, mengerjap dan terbuka beberapa kali, merasa barangkali bermimpi.

Eira beneran di sini? Bareng Kak Jimin?

Mendadak Joe rasanya mau menangis saja. Gadis itu menggigit bibir bagian dalam kemudian menunduk. “Aku minta maaf, Ra.”

“Lho, Joe, kok malah kamu yang minta maaf?” Eira jelas saja kaget. Kakinya melangkah semakin dekat ke tempat tidur Joe. Kedua tangannya memegang tangan Joe.

“Harusnya aku yang minta maaf, Joe.”

Joe menggeleng, tapi di detik berikutnya  Eira langsung memeluk Joe dan di titik itulah Joe merasa pertahanannya hancur. Dia menangis, begitu juga dengan Eira. Rasanya sudah lama sekali sejak pelukan terakhi mereka.

Di sisi lain Jimin tersenyum, merasa semuanya jadi lebih lega. Dia meletakkan bunga yang dia beli di meja beserta dengan keranjang buah yang dia dan Eira beli. Oh, atau dia harus bilang pacarnya?

Jimin harus menahan senyumnya sendiri. Dia dan Eira sudah berjanji akan memberitahu ini pada Joe dan Taehyung. Tapi tentu saja, dua oknum itu harus ada di sini sekarang. Sayangnya Taehyung tidak ada.

Di perjalanan Eira sendiri sudah cerita pada Jimin. Dan memang, asumsi Jimin sejak awal benar. Taehyung memang menyukai Joe, dan bodohnya malah mencoba untuk pindah hati pada Eira. Sekarang semuanya sudah jelas, jadi menurut Jimin semua harus kembali ke semula.

Lagipula Joe dan Taehyung memang saling suka, kan?

Jimin menyusupkan tangan ke saku celananya selagi berjalan mendekat ke tempat tidur Joe. “Katanya Taehyung mau datang juga,” kata Jimin. Matanya kemudian memandangi Joe, “Lo nggak liat dia, Joe?”

Sesaat Joe diam, kemudian dia tersenyum. Tanganna mengepal selagi senyum itu berubah masam. Sebuah embusan napas keluar dari mulutnya.

“Dia nggak akan datang, Kak,” gumam Joe pelan. Awalnya Eira yang ingin tanya kenapa, tapi Joe sudah menyeletuk lebih dulu.

“Dia bilang ke gue kalau... mendingan aku sama dia nggak usah ada komunikasi lagi.”

*

Straw To Berry (✓)Where stories live. Discover now