2) No Reason

5.8K 1.1K 98
                                    

Jeon Jungkook ada di sana.

Ya, Joe yakin betul kalau laki-laki yang ada di ujung perpustakaan itu Jungkook.

Biasanya-kalau menemui Jungkook tengah belajar, membuka halaman demi halaman buku tebal mengenai kelautan, Joe akan menghampirinya, tersenyum, dan mencoba mengganggu Jungkook dengan, "Even from this lot of people, I can still notice which one are you."

"Karena aku yang paling ganteng kan?" Jungkook membalas sembari tertawa, menggeser posisi duduknya agar Joe bisa duduk di sampingnya.

"What the... pede banget kamu." Joe pura-pura menatap Jungkook tajam, tapi di detik berikutnya dia tertawa karena Jungkook sudah menggelitikinya.

Well, it was a good time back than.

Hanya saja sekarang Joe tidak ingin ke sana, ke tempat Jungkook dan menghampiri laki-laki itu.

Tidak akan ada gunanya.

Meskipun ada dorongan dalam dirinya untuk menghampiri Jungkook, tapi dia tidak bisa. Bayangan mengenai Jungkook dan adik tingkatnya itu masih melekat dalam pikirannya.

People change as well as time. Bagi Joe, itu yang terjadi padanya sekarang.

Dan dia merasa dia cukup pintar untuk tidak jatuh ke lubang yang sama.

Untuk beberapa detik Joe masih memandangi Jungkook, hingga dia merasa kalau Jungkook melakukan hal yang sama.

Tatapan mereka saling bertabrakan. Sial.

Selagi dia menghela napas perlahan-try to put her conciousness together, seseorang mengisi ruang yang kosong tepat di sampingnya, ikut berdiri.

"He noticed you, Joe."

Guess who, everyone?

"Terus?"

Taehyung mengambil satu buku dari rak sebelum dia menolehkan kepalanya ke arah Joe.

"Aku kira kamu ngehindarin dia."

"Can you mind your own business?"

Dengan wajah datarnya, Joe balik menatap Taehyung. Tidak ada ekspresi apa pun di sana, namun cukup untuk memberitahu Taehyung kalau keinginannya tidak diinginkan di sini.

Jangan tanya kenapa, Joe rasa memang kakak tingkatnya ini tidak seharusnya ada di sini.

Terutama setelah kejadian minggu lalu di gallery, dan soal ciuman itu...

Damn that. It won't happen twice. Joe merutuk.

Melihat raut wajah Joe, Taehyung tahu betul kalau dia tidak diinginkan. Jadi Taehyung hanya diam sejenak, memandangi Joe sekali lagi, sebelum dia beranjak pergi.

"Besok kita disuruh jaga gallery lagi. Aku cuman mau bilang itu."

Kemudian, Taehyung melangkah menjauh.

Kalau ditanya, sebenarnya Taehyung masih ingin tetap berada di sana. Tapi dia tidak ingin memaksa.

Itu pemikiran Taehyung awalnya.

Tapi begitu dia menoleh ke belakang, mendapati sosok Jungkook yang mencoba menghampiri Joe, Taehyung merasa dia tidak bisa melanjutkan rencana awalnya.

Dengan cepat dia berbalik, kembali mendekati Joe dan menarik tangan gadis, membawanya pergi menjauh.

Joe hanya diam, seakan membiarkan Taehyung membawanya hingga keduanya sampai di depan pintu keluar.

Sialnya, hujan.

Joe menarik tangannya dari genggaman Taehyung, kemudian menatap Taehyung.

"Why you did that?" tanyanya dengan nada bicara yang sedikit menyelisik.

"Aku tahu kamu nggak mau ngobrol sama dia."

"Jangan sok..."

"Kamu pernah bilang itu ke aku," potong Taehyung dengan cepat. Kali ini, kepalanya menoleh ke arah Joe.

Joe terdiam. Kalau dia ingat-ingat, dia memang pernah bilang.

Oh, malam di gallery waktu itu. Siapa sangka Taehyung masih ingat omelannya waktu itu?

Sekarang, Joe tidak tahu harus ke mana. Jika dia ke dalam, dia tahu dia harus berhadapan dengan Jungkook. Dan di sini, dia ingin menjauh dari Taehyung dan kembali ke kampus.

But she can't.

Hujan ini menghalanginya.

Dan berdua bersama Taehyung dengan hujan yang mengguyur membuatnya ingat malam itu.

Orang bilang laki-laki itu makhluk yang paling tidak peka di dunia. Tapi kali ini, Taehyung merasa kalau dia adalah makhluk hidup paling peka, apalagi jika itu berhubungan dengan Joe.

Tiap gerak-gerik gadis itu, tiap sorot mata dan tatapannya seolah tanda bagi Taehyung, dan lucunya Taehyung mengerti.

"You hate me that much, ya?"

Suara Taehyung terdengar cukup pelan, bercampur dengan tetesan hujan yang berbenturan dengan tanah. Tapi Joe masih bisa mendengarnya, dan ia menoleh.

Ingin rasanya Joe mengiyakan, tapi dia justru diam, mencoba berpikir.

Kalau dipikir-pikir, alasan apa yang membuatnya membenci Taehyung?

Jika hanya soal ospek waktu itu, rasanya tidak etis. Yah, walaupun laki-laki itu sering menggertak dan menyindirnya.

Lalu... kenapa?

Kenyataannya, Joe tidak bisa menjawab pertanyaan itu dengan tepat. Dia terdiam.

She got no reason why.

Taehyung masih berdiri di tempat, membuka tasnya dan mencoba mengeluarkan sesuatu dari sana.

Begitu mendapat apa yang dia cari, Taehyung membuka jaket jins yang dia kenakan, melangkah mendekati Joe dan menyampirkan jaket itu di pundaknya.

"I know you hate me even you say nothing," kata Taehyung pelan. Tangannya bergerak dan memberikan sebuah payung pada tangan Joe.

"But I can't put my eyes off you, sorry. I have no reason why, but I want to do it. And I keep doing it every time I see you."

Taehyung sempat tersenyum kecil ketika dia mengambil langkah mundur.

"Aku tahu kamu nggak mau bareng aku, dan kamu nggak mau di sini terus buat ketemu Jungkook. Jadi, biar aku duluan," Taehyung melanjutkan kalimatnya, "Kalau udah di kampus, jaket aku masukin ke loker aja. Basah juga nggak apa-apa."

Tanpa menunggu balasan, Taehyung langsung berlari menerobos hujan, sementara Joe hanya bisa termenung dalam diam, memerhatikan punggung Taehyung yang semakin lama semakin menghilang di telan derasnya hujan.

Selagi hujan terus menghantam tanah, Joe terus merenung.

She got no reason why she hates him.

He said he got no reason to put his eyes off from her.

People say that everything happen with a reason.

Then... how to explain this thing that happened without a reason?

***

Arata's Noteu:

Ini random update ya, nggak janji bisa cepet (walaupun aku udah atur plotnya dari awal sampai akhir). Beneran iseng, jadi... ya udah. Gitu. Ngetiknya juga based by mood, emang unfaedah. So, don't ask me why if you can't find this story one day.

Tapi semoga ke-unfaedahan ini bisa memenuhi kadar delulu kalian sama Oppa.

Straw To Berry (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang