13) Shout-Out

3.4K 842 115
                                    

Taehyung ingin sekali mengumpat detik ini.

Tapi satu-satunya yang menadi target umpatannya itu adalah dia. Dirinya sendiri.

Jadi atas alasan apa dia marah dan melayangkan tinju pada Jimin?

Joe sudah kelihatan benar-benar bingung, entah harus bereaksi bagaimana. Dan di sisi lain, Eira sudah mengepalkan tangannya. Ketika Joe menolehkan kepalanya, dia hanya butuh dua detik untuk tahu bagaimana keadaan Eira.

Sahabatnya itu hancur.

Dan itu semua karena dirinya.

Jimin tertawa seolah dialah tokoh antagonis di sini, padahal sebenarnya dia korban. Joe tahu kalau ini juga menyakitinya. Tapi jelas itu tidak akan cukup untuk menjadi alasan bagi Joe agar membiarkan Jimin menciumnya.

Dia bilang pada Jimin akan lebih baik mereka berhenti.

Joe bilang akan lebih baik jika Jimin mengakui perasaannya pada Eira.

Dan Jimin bilang tidak bisa. Hatinya sudah hancur, dan dia tidak mungkin kembali pada Eira sementara apa yang ingin dia berikan pada gadis itu sudah hancur tak berbentuk.

“Bang, lo bisa bilang sekarang.” Joe berbisik kecil, mencoba untuk mengesampingkan betapa dia kaget mampus soal ciuman tadi.

Jimin was a good kisser, if she may add. But he will be the best if he kisses the right woman. And it wasn’t Joe for sure.

Jimin sempat diam, kepalanya menunduk. Butuh hampir setengah menit bagi Jimin untuk mengatakan, “Okay. I’ll do it.”

Sudut bibir Joe hampir saja mengembang. Namun yang ingin dia lakukan sekarang justru menampar Jimin karena laki-laki itu tiba-tiba menariknya dan mencoba sekali lagi untuk menyatukan bibir mereka.

Jimin already lost his mind.

Tangan Joe hampir menyentuh pipi Jimin kalau saja tidak ada teriakan yang menarik fokusnya. Bukan hanya fokusnya, bahkan fokus Jimin juga.

“CAN WE JUST GET OVER THIS SHIT ALREADY?!”

Joe menoleh. Begitu juga Jimin dan Taehyung. Ketigana bergeming begitu mendengar teriakan Eira.

“Aku capek.” Suara Eira terdengar bergetar. Dari mereka berempat, Eira dinyatakan gugur lebih dulu karena sudah membiarkan air mata membasahi pipinya.
“Just declare that you two are going to date each other, so I just need to break my heart once.”

“Ra, kamu ngomong a...”

“Bang Taehyung, cukup. We know we this will won’t work on us.” Eira langsung memotong ucapan Taehyung, membuat Taehyung seketika diam. “Gue nggak bisa suka sama lo, Bang. Never. Karena gue suka sama...”

Eira membiarkan jari telunjuknya mengarah pada Jimin. “I’m in love with this man.”

Tidak ada yang bisa merespon, bahkan Jimin sekalipun. Eira sudah tertawa di tempat, menertawai dirinya sendiri dan semua kebodohan yang sudah dan tengah dia jalani. Can she becomes more dumb than this?

Ya, indeed.

Dan Eira merasa ketololannya semakin lengkap begitu dia berjalan menjauh—bahkan berlari, meninggalkan sahabatnya, kakak tingkatnya, dan laki-laki yang dia cintai di belakang sana.

Dia bisa dengar teriakan Jimin, namun Eira memperbolehkan ketololan ambil alih semua dari dirinya. Jadi Eira memilih untuk menghentikan taksi dan membiarkan taksi itu membawa pergi. Pergi jauh.

Di tempat Jimin sudah mengerang, mengumpat dan berteriak. “Brengsek!”

Dan Joe bisa dengar Taehyung melakukan hal yang sama.

Kaki Joe berusaha untuk melangkah mendekati Taehyung. Setidaknya, dia ingin mengatakan sesuatu juga. Dia ingin semuanya jelas sekarang. Paling tidak Taehyung harus tahu.

Bibir Joe baru saja mau terbuka, namun bibirnya kembali terkatup rapat. Langkah kakinya berhenti ketika Taehyung menoleh, menatapnya dan membiarkan kalimatnya menusuk dada Joe.

“Semua ini gara-gara lo, Joe. Gara-gara lo. Damn!”

*

Arata's Noteu:

Akhirnya update. Cukup dulu ya?

Sworry, aku belum bisa banyak update. Di samping tugas makin nggak manusia (lol) aku bulan ini mau ngurusin self-pub bareng  author sebelah. Jadi izin semi-inactive ya, I'll see you around when I'm done with it. ✌

Straw To Berry (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang