4) The Truth

3.9K 980 153
                                    

Kurang lebih sudah 1 minggu sejak Joe keluar dari rumah sakit.

Sebenarnya, tidak banyak yang berubah. Begitu masuk dirinya langsung mendapat banyak tugas, bahkan lebih banyak dibanding sebelumnya. Ditambah dengan statusnya sebagai asisten dosen membuat Joe haus rela naik-turun tangga ke berbagai ruangan.

Yah, tidak banyak yang berubah kecuali tugasnya yang semakin tidak manusiawi untuk mengisi absennya.

Oh, ada satu yang terlewat. Kim Taehyung.

Setelah sakit, Joe jadi jarang bertemu dengan laki-laki itu. Bahkan berpapasan pun jadi jarang. Dia bertemu dengan si ketua fakultasnya itu satu jam yang lalu, di gallery.

Anehnya, Taehyung hanya diam. Tumben.
Ini bukannya Joe berharap yang tidak-tidak atau berharap Taehyung kembali menganggunya. Justru ini hal yang bagus. Hanya saja, rasanya agak janggal.

But... okay, no buts. This thing is good already. Setidaknya Joe tidak perlu pusing.

Begitu selesai dengan gallery, Joe sengaja menyempatkan diri untuk mampir ke perpustakaan. Ada yang ingin dia cari. Sengaja menghabiskan satu jam di perpustakaan, gadis itu langsung kembali dengan beberapa buku yang dia pinjam di perpustakaan.

Tadinya dia ingin tidur. Karena sofa oranye di perpustakaan benar-benar menggoda. Tapi dia tidak ingin di sana. Jujur saja, sofa itu jadi salah satu benda bersejarah dalam hubungannya dan Jungkook.

Oh, talking about past. Joe muak mengingatnya.

Sembari melangkahkan kaki ke dalam loker untuk mengambil tas yang sengaja dia letakkan di sana, satu suara memanggilnya.

"Habis minjam buku?"

Kepala Joe menoleh, menemukan Jimin tengah melangkah ke arahnya.

"Yang jelas bukan beli batu sama semen sih, Bang," jawab Joe iseng, Jimin jadi tertawa mendengarnya. Rupanya gadis ini sudah tahu bentuk humor Jimin.

Jimin sempat menoleh ke dalam loker Joe, memerhatikan isi loker tersebut. Bisa dia lihat beberapa sticky notes tertempel di dinding loker.

"Wah, masih lo simpan? Padahal udah lama banget kayaknya," kata Jimin, alisnya meninggi. "Masih disimpan rupanya, Mbak?"

"Sayang aja dibuang. Habis quotes-nya bagus." Joe tertawa kecil sebelum menutup lokernya. "Lagian udah putus sama Jungkook juga bukan berarti barangnya harus dibuang. Aku bukan tipikal perempuan yang karena break jadi logikanya hilang."

Jimin awalnya ingin tertawa. Namun dirinya mendapati ada sesuatu yang janggal dari kalimat Joe.

"Lho, kok Jungkook?"

Joe yang tengah mengunci loker langsung menoleh ke arah Jimin yang masih berdiri di dekatnya. "Kenapa, Bang?"

"Sticky notesnya dari Jungkook?"

Joe hanya mengangguk, namun keningnya mengerut. Dia jelas saja heran, aneh. Kenapa Jimin menanyakannya? Joe kira Jimin tahu ini dari Jungkook.

"Dari zaman gue sama dia tetanggan di Busan juga anak itu bukan geng anak sticky notes, Joe. Mau nandain sesuatu juga dia lebih suka pake stabilo daripada pakai begituan."

"Eh?"

Joe jelas saja bingung. Tapi kebingungannya berlipat ganda, bercampur dengan keterkejutan ketika Jimin tiba-tiba menyeletuk.

"Justru setahu gue sticky notes yang tadi dari Taehyung."

"Bang Taehyung?"

Jimin mengangguk, membuat kepala Joe seakan dipenuhi kupu-kupu.

"Dia yang nulis itu semua, nempelin di buku, di kursi, sampai di loker lo. Dia juga nulis notes waktu itu yang minta lo buat datang gallery supaya dia nembak lo."

Tunggu sebentar... jadi, semua notes yang membuatnya dan Jungkook jadian itu... Taehyung yang tulis?

*

Arata's Noteu:

I present this to Taehyung as his birthday gift. Haha. Taehyungnya nggak ada di sini, soalnya dia lagi makan bareng aku, lol.

Jadi soal hubungan Joe sama Jungkook... gitu deh. Biar lebih jelas di chapter-chapter selanjutnya yaa (kalau ada, eh)

Straw To Berry (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang