Suka!Aku Suka Dia!

Start from the beginning
                                    

  "Gausah bohong" Suruh Nael memasang mata elangnya. Nata berjalan kearah meja makan.

  "Ael, kamu gak kepikiran cari apartement yang baru? Kalau gak tinggal di Apartement aku aja" Jian memberi usul.

  Nael tak menghiraukan ucapan Jian, kini tatapanya tertuju pada Nata yang menunduk sambil mengaduk-ngaduk makananya.

  "Kenapa di aduk-aduk?" Tanya Nael.
Nata mendengar itu segera memakan makananya dengan cepat tanpa menatap siapapun. Setelah itu dia berjalan menuju kamar mandi.

  "Kemana lo?" Nael menatap Nata yang sudah rapih. "Kerja kelompok sama Dea" Nata tersenyum.

   "Oh ya? Kok gua ga di suruh?" Tanya Nael. "PR Maksudnya" Nata tertawa.

  "Gak ada tuh..."

  "Ya pokoknya tugas! Lo sih gak pernah dengerin guru ngomong!" Ucap Nata menutup pintu.

  "Dia aneh. Suka sama kamu ya?" Tanya Jian.

  "Mana mungkin" Nael membuka ponselnya.

***

   Nata duduk di bangku taman kota. Yang pada malam hari cukup ramai dengan anak-anak remaja yang hang-out.

  Nata menatap lurus kedepan, menatap kearah pasangan muda yang tengah mengamen dengan gitar dan keyboard.

  Everybody gets high sometimes you know....

  Nata mengerjapkan tatapan kosongnya, ke sumber suara yang ternyata ada di sampingnya.

  Defta...

What else can we do when we're feeling low

So take a deep breath and let it go

You shouldn't be drowing on your own

And if you feel you're singking I will jump righ over

Into cold water for you

And although time may take us into different places

I will still be patient with you

And I hope you know

I wont let go

I'll be your lifeline tonight

I wont let go...

  Defta tersenyum setelah bernyanyi, suara yang bahkan tidak bisa Nata tebak bisa selembut itu keluar dari mulut Defta.

  "Lo kenapa?"

  "Gak papa" Tapi Nata menangis kali ini, suara tangisanya kalah dengan suara riuh tepuk tangan penonton di taman ini.

  "Gak papa kok..." Dan Nata berani menangis di depan Defta saat ini. Dia sudah tidak tahan lagi.

  Defta memeluk Nata, mengelus rambut halus Nata lembut. Nata hanya bisa menangis

  "Jangan nangis, nanti saya di pecat" Defta tersenyum sedih.

  "Jika tidak bisa mencintai saya, tersenyum saja itu juga sebuah balasan"

  Nata berhenti menangis, lalu menatap Defta yang sepertinya tulus sekali mengatakanya.

  Dia dan Defta adalah tokoh bego dalam cerita ini...

  Lalu Nata menyeka air matanya, mulai tersenyum setulus mungkin. Defta benar.

  Dia tidak bisa membalas perasaan cowok ini, setidaknya dia harus berterimakasih dengan tidak menangis dan hanya tersenyum.

  "Defta..."

  "Ya?"

  "Gua nyakitin lo?"

  "Ya, dan parahnya aku mencintaimu"

  Bego...

  Defta tolol...

  Begitupun aku...

***

  Nata berhenti berjalan, saat melihat Nael berjalan sendirian di gang jalan Apartement mereka.

  Jam menunjukan jam sepuluh. Nata menyeka air matanya, saat Nael semakin mendekat.

  "Hei..."

  Nata pura-pura tidak melihat Nael.

  "Kerja kelompok apa sampe jam sepuluh?" Tanya Nael menatap Nata bingung, saat Nata hanya menunduk.

  "Tadi itu...tadi--"

  "Kenapa?"

  Nata menatap tangan Nael yang mengangkat dagunya ke atas, untuk menatapnya.

  "Gak papa" Nata tersenyum, dia merasa bodoh saat ini.

  "Oh...." Nael menghela nafas berat, saat Nata tak menjawab sesuai keinginanya.

  "Iya" Nata mengangguk kecil, dia senang Nael tidak menanyakan tentang-nya.

  Mereka berjalan masuk ke dalam apartement. Nata berjalan lambat di belakang Nael. Saat Nael berhenti berjalan, Nata tak sengaja menubruk punggungnya.

  "Aduhduh..." Nata mendengus pelan, walaupun rasanya tidak sakit. Lalu Nael membalikan tubuhnya saat mereka sudah sampai di depan pintu.

  "Sana" Nael membuka pintu apartement, menyuruh Nata masuk.

  "Lo mau kemana?" Tanya Nata bingung. "Tidur sana" Nael mengusap pelan rambut Nata setelah itu dia menutup pintu apartement dan berlalu.

  Nata memandangi pintu yang sudah tertutup rapat. Dia mulai menangis  sambil menyandarkan kepalanya di pintu tertutup.

  Sementara Nael, dia menyandarkan tubuh-nya di pintu yang sama. Menarik nafas dalam-dalam.

 Jadi sekarang gimana?

Nata&NaelWhere stories live. Discover now