[37] Sahabat?

6.7K 386 0
                                    

"Saat kita ngga bisa terikat dalam suatu hubungan percintaan kita masih bisa terikat dalam hubungan persahabatan."

LANGIT RADIAZKA

***

Sinar matahari sudah memasuki kamar Bintang melewati celah celah fentilasi namun Bintang belum juga bangun dari tidurnya, mungkin dia sangat lelah setelah menangis semalaman.

"Galaksi kampret lu ya."

"Anjir, gue ga ngapa ngapain."

*PRANK

Suara brisik dari luar kamar Bintang membuat Bintang terganggu dan akhirnya dia membuka matanya dan mengerjapkan matanya beberapa kali. Dia ingin mengucek matanya namun tanganya terasa perih dan pegal. "Awh." pekiknya sambil meringis kesakitan.

Bintang terkejut melihat selang infus tertancap di tanganya dan telapak tanganya yang di perban, karena semalam Bintang pingsan saat Dokter Revan menangani Bintang. Bintang mengubah posisinya menjadi duduk menahan rasa pegal dan perih di telapak tanganya dan di tanganya.

"Selamat pagi sayang." sapa Arga yang masuk ke dalam kamar milik Bintang dengan membawa nampan berisi sarapan pagi, segelas air putih, segelas susu putih dan obat. Arga mendekati Bintang lalu meletakan nampan itu di pangkuanya.

"Makan ya." pinta Arga namun Bintang menggelengkan kepalanya.

"Ayolah, pasti kamu lapar kan?" tanya Arga dan lagi lagi Bintang menggelengkan kepalanya.

"Minum susu kalo gitu." lanjut Arga dan Bintang menggelengkan kepalanya lagi.

"Ga nafsu." balas Bintang lalu melemparkan pandanganya ke arah lain. Arga menghela nafas pelan. "Sayang, makan ya. Biar kamu sembuh." bujuk Arga sambil mengusap lembut rambut Bintang.

"Bintang ga mau hidup lagi." balas Bintang membuat Arga menahan amarahnya mendengar perkataan Bintang.

"Papah sayang sama Bintang, Papah gamau kehilangan orang yang papah sayang untuk kedua kalinya." balas Arga sambil menatap Bintang.

"Kalo papah bisa gantiin posisi mamah dengan orang lain, papah juga pasti bisa gantiin posisi Bintang dengan orang lain, kan?" balas Bintang sambil menahan amarahnya. Arga meletakan nampan itu diatas nakas lalu dia berjalan meninggalkan Bintang yang masih kesal.

"Pah, kenapa?" tanya Samudera yang hendak masuk ke dalam kamar Bintang.

"Entahlah, papah pikir Bintang butuh waktu buat sendiri." balas Arga sambil menepuk bahu Samudera.

"Tapi, Samudera takut dia kaya tadi malem." balas Samudera.

"Kamu jagain adik kamu ya, karena sepertinya hanya kamu yang bisa buat Bintang tenang." balas Arga menepuk kedua bahu Samudera.

"Papah mau kemana?" tanya Samudera mengerutkan keningnya.

"Papah mau ke bawah." balas Arga lalu pergi meninggalkan Samudera yang sekarang mengangkat kedua bahunya lalu masuk ke dalam kamar Bintang.

"Kenapa si semua orang peduli sama gue." kesal Bintang sambil berusaha melepas infus di punggung tanganya, namun dengan cepat Samudera menghalanginya.

"Bang," tegur Bintang.

"Bin abang mohon jangan sakitin diri kamu sendiri, abang mohon sayang. Abang sayang sama kamu, semuanya sayang sama kamu." pinta Samudera sambil memeluk Bintang dengan erat seakan akan tidak mau kehilangan adik perempuanya itu.

"Bintang ga nyangka, orang yang bunuh mamah itu Angkasa. Kenapa harus Angkasa." kesal Bintang sambil menangis dan memukul dada bidang milik Samudera.

Angkasa✓ (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang