03

6K 385 22
                                    

3 bulan kemudian

Dani menatap intens perempuan di depannya ini. Tiga bulan sudah berlalu, Dani tak menyangka jika perempuan ini yang akan menjadi kekasihnya.

Ya, dia ingat betul saat itu. Saat ia dan teman-temannya bermain yang membuatnya harus mendapatkan hukuman untuk menjadikan perempuan ini kekasihnya.

"Tck, kamu bisa gak si ngeliat aku gak gitu banget. Merinding tau" gerutu nya.

Dani mengerjapkan matanya beberapa kali. Sadar jika selama ini ia bukan mimpi.

Ya, ini nyata. Olive adalah kekasih nya sekarang, sejak tiga bulan kemarin. Bahkan olive sepakat untuk tidak memanggil kakak lagi melainkan aku-kamu pada Dani.

Olive juga tau jika dirinya dan Dani resmi berpacaran karena Dani yang kalah bermain. Olive juga tau jika Dani belum sepenuhnya bisa melupakan sosok Chacha hingga sekarang. Tapi, Olive yakin pasti suatu saat perasaannya juga akan terbalas oleh Dani.

Ia akan menunggu. Ia pandai menunggu.

"Kamu masih mikirin dia?" tanya Olive yang sejak tadi melihat Dani melamun.

Dani mengerjapkan matanya lagi, menyeruput kopinya hingga tandas. Jujur saja, kafe ini mengingatkan nya pada Chacha.

"Enggak" alibinya.

"Ya udah kalau gitu jangan ngelamun lagi, kita jalan yuk" ajak Olive berusaha kuat, ia tahu betul Dani sedang berbohong.

"Buat hari ini kita disini aja ya. Hari ini pemilik kafe lagi ulang tahun"

"Yang, are you okay?" Tanya Olive khawatir.

Dani mengangguk, lalu tersenyum paksa kearah Olive "yes, fine" alibi Dani lagi, padahal jelas ia sangat tidak baik. Ia sangat merindukan Chachanya.

Olive menghela nafasnya gusar. Mungkin Dani lupa jika Olive mengambil jurusan dokter psikiater.

***

Sudah saatnya.

Perempuan itu menatap pantulannya di cermin, ia banyak berubah. Ia tahu betul.

Hari ini ia berulang tahun yang ke 20 th.

Sekali lagi, Chacha menatap pantulannya di cermin.

Ia sudah cape bersembunyi dengan dunia selama tiga tahun. Ia juga cape jika terus membantah kenyataan. Chacha sadar, di dunia masih banyak yang menyayanginya, dia punya grandma dan grandfanya yang sudah mau dan rela menggantikan sosok orang tuanya, dan bahkan ia juga punya teman-temannya yang masih rela menunggunya selama itu.

Tapi, chacha juga sadar jika tak selamanya orang yang menyayanginya akan selalu ada bersama kita.

Seperti grandma dan grandfa nya. Grandfa nya meninggal dua bulan sejak Chacha melarikan diri dari rumahnya dengan berpura-pura meninggal dan membuat alibi jika ia meninggal saat pesawatnya jatuh. Padahal, dengan jelas Chacha tidak pergi hari itu, dan ia juga tidak pergi dengan pesawat. Melainkan jet pribadi grandfa nya yang ia hubungi saat itu.

Setelah kepergian grandfa nya Chacha menghabiskan waktu berdua dengan grandma nya hingga ia berusia 19 tahun, 3 bulan sebelum ia berumur 20 tahun.

Air matanya lagi-lagi jatuh. Terlihat jelas jika ia sangat terpukul dengan kepergian grandma nya. Chacha sempat ingin bunuh diri saat itu, benar-benar ia tak pernah di beri kebahagiaan menurutnya oleh tuhan.

LATER LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang