DUABELAS

474 32 7
                                    

Ready?

1, 2, 3

Go!

***
Selama makan malam, jantung Desiska berdetak tak karuan. Ia sama sekali tidak bisa fokus pada acara makannya. Sesekali Desiska melirik ke arah Anthony dan ia selalu saja tertangkap basah oleh Anthony.

Kalau dibilang perasaan Anthony, antara senang dan kesal. Entahlah, ia tak tahu ada apa dengan dirinya yang menjadi labil ini. Disuatu sisi Anthony sangat senang mendengar kalau calon istrinya adalah Desiska tetapi, dilain sisi ia kesal, mengharuskan pernikahan secara paksa tanpa bertanya ketersediaannya antara kedua belah pihak.

Anthony berdiri, membuat seluruh orang disana menghentikan aktivitas mereka dan menatap Anthony bingung.

"Ada apa, Anthony?" Tanya Rihan.

"Nyonya Florida, boleh.. aku pinjam Desiska sebentar?" Ujar Anthony was-was. Desiska mematung, matanya membulat dan menatap Anthony terkejut.

Florida tertawa pelan, "hahahaha, silahkan. Tetapi jangan melakukan hal-hal yang aneh sebelum menikah ya," ucapnya yang membuat seluruh orang disana tertawa. "Ingat lho, kita masih mengikuti tradisi Timur,"

Anthony menyeringai sambil melirik Desiska. "Aku janji, Nyonya Florida,"

"Hei, panggil saja ibu."

Anthony tersenyum, "baiklah ibu,"

Anthony menarik tangan Desiska yang duduk disampingnya. Desiska yang kebingungan hanya mengikuti Anthony. Ia masih tak percaya bahwa Anthony akan menjadi calon suaminya. Desiska pernah berpikir, bahkan melihat Anthony dari jauh saja bisa membuatnya senyum-senyum sendiri. Apalagi sekarang, bisa-bisa ia dikira orang gila oleh orang sekitarnya.

"Ki-kita mau kemana?" Kata Desiska pelan.

Anthony hanya melirik Desiska sebentar lalu kembali berjalan menaiki tangga. Setelah menaiki lantai ke 4, Anthony berhenti. Ia membuka pintu dengan dua sisi yang menjulang ke atas. Tampaklah pemandangan yang indah diatas sana.

Pohon-pohon dan bunga-bunga langka tumbuh subur disana. Batu-batu yang memandu jalan kita, dengan sebuah air mancur yang sangat mewah ditengah. Beberapa ayunan dan kursi santai disisi kebun buatan ini. Ada pondok-pondok yang dibuat dari bebatuan yang sangat langka, ada juga yang terbuat dari berbagai- batuan endapan.  Sungguh pemandangan yang sangat asri.

Mata Desiska membinar, mulutnya bahkan sedikit ternganga menatap keindahan yang sangat memanjakan mata itu. Ia berlari kecil, kemudian berhenti di agak ujung sana. Desiska memejamkan matanya sambil menghirup udara segar. Tetapi angin pada malam itu lumayan kencang dan dingin. Belum lagi, Desiska memakai gaun putih selutu tanpa lengan itu, membuatnya kedinginan.

Tiba-tiba Anthony membuka jasnya, ia menyampirkan jas tersebut pada bahu Desiska. Lalu, ia berhenti disamping Desiska dengan kedua tangan dimasukan ke kantung celana.

"Terimakasih," lirih Desiska.

"Kamu pasti terkejut?" Tanya Anthony sambil melirik ke arah Desiska.

"Em," Desiska mengangguk, kemudian menghela nafas. "Pernikahan secara tiba-tiba," ia menunjukkan senyuman hambar. "Sungguh diluar nalar." Sambungnya pelan.

Anthony juga menghela nafas dari mulut. Ia menatap lurus kedepan. Anthony diam, tidak membalas perkataan Desiska. Ia larut dalam pikirannya sendiri.

"Hei," tiba-tiba sebuah ide masuk ke dalam benak Anthony, ia menoleh ke arah Desiska. "Bagaimana kalau kita jalani saja pernikahan ini?" Lanjutnya.

"Ha-hah?" Mulut Desiska menganga, pertanyaan apa itu?!

Anthony mengangguk cepat, "lalu setelah beberapa bulan, kita pisah. Bagaimana?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 11, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Oh My Boy!Where stories live. Discover now