ENAM

8K 320 7
                                    

Desiska duduk disebuah kursi tunggu di rumah sakit yang lumayan terkenal di kotanya. Ia menunggu nomor panggilan selanjutnya. Sambil menunggu Desiska melihat-lihat, tak sengaja sorot matanya tertuju pada seorang pria yang tampaknya menunggu seseorang.

Bukankah itu Anthony? Ketua Osis gila itu? Batin Desiska. Ia menyipitkan matanya dan benar! Pria tersebut adalah Anthony.

Tapi, buat apa dia disini? Batinnya lagi masih tetap menatap Anthony.

"Kak," seru Daniel. Namun, Desiska sama sekali tidak mengindahkan seruan Daniel.

"Kak Desiska lihat apa sih?" Gumam Daniel sambil melihat ke arah Desiska menatap.

Alis Daniel naik sebelah, kakaknya menatap seorang cowok? Apa yang sedang terjadi dengan kakaknya? Apakah kakaknya sudah mengalami pubertas?! Eh! Tapi itu memang sudah terjadi, mengingat Desiska yang sudah berumur 16 tahun.

Daniel tidak peduli, ia membiarkan Desiska tetap menatap Anthony. Toh, bukan masalahnya juga.

"Antrian 27!"

Daniel berdiri, ia memang mendapatkan nomor antrian 27. Namun, beda halnya dengan Desiska yang masih berfokus pada Anthony. Daniel memutar malas bola matanya.

"Kak,"

Desiska masih bergeming. Daniel semakin geram dengan kakaknya. Ia tidak tahu apa yang sedang terjadi dengan Desiska. Daniel melambaikan tangannya didepan Desiska. Lagi-lagi Desiska tidak menanggapinya. Daniel merasa jengkel dengan kakaknya.

"KAK!" Gereget Daniel, ia sudah tidak tahan dengan Desiska.

Seluruh orang terkejut mendengar pekikan Daniel. Semuanya menghentikan aktivitasnya dan menatap Daniel dengan heran. Termasuk juga dengan Desiska yang langsung terkesiap. Ia menatap Daniel bingung.

"Kenapa pakai teriak-teriak segala Daniel?" Tanya Desiska dan menarik Daniel untuk duduk disebelahnya. "Kamu bikin malu saja! Apa gak bisa panggil kakak dengan pelan?" Lanjutnya dengan wajah yang sangat merah akibat menahan malu yang dibuat adiknya.

"Daritadi Daniel sudah panggil kakak! Tapi kakak sendiri yang gak tanggapi aku! Kakak lihat cowok sih! Siapa sih cowok itu?! Sampai kak Desiska yang terkenal dingin di kalangan cowok bisa menatap cowok itu segitu lamanya. Bahkan adiknya sendiri memanggil kak Desiska gak dibalas!" Cerocos Daniel. Ia kesal sekali dengan kakaknya.

"He-hey! A-apa yang kamu bilang?!" Ujar Desiska pelan. Ia sudah malu akibat teriakan Daniel dan sekarang Daniel memergokinya sedang menatap Anthony? Ah.. sungguh sangat-sangat memalukan.

"Antrian 27!"

Desiska berdiri, ia segera menarik Daniel sebelum adiknya mulai mengomel-omel tak jelas seperti tadi dan yang ada malah membuatnya tambah malu. Desiska berjalan masuk ke dalam ruangan dokter tersebut.

***
"Ibu Desiska?" Dokter berjas putih duduk di hadapan Desiska setelah selesai mengecek Daniel.

Desiska menyipitkan matanya, merasa tak senang dengan dokter yang bernama Bayu, memanggilnya dengan sebutan ibu. Padahal ia masih muda dan belum memiliki anak. Sungguh bukan panggilan yang tepat.

Untung saja dokter Bayu cepat tanggap atau bisa dibilang dokter Bayu lumayan peka. "Desiska ya,"

Desiska mengangguk, "ada apa dok?"

Dokter Bayu melirik Daniel dan menyuruh salah seorang susternya untuk membawa Daniel keluar. Wajahnya menjadi serius dan menatap Desiska.

"Kita sudah tidak bisa menunggu lagi untuk pengobatan Daniel." Ujar dokter Bayu. "Dia harus segera diobati sebelum bakterinya menyebar ke seluruh tubuh." Lanjutnya.

Oh My Boy!Where stories live. Discover now