SEBELAS

366 39 5
                                    

Anthony masuk ke dalam mobil yang dikhususkan untuk menjemputnya. Ia baru saja sampai ke Amerika dan akan sesegera mungkin menuju ke rumah utamanya yang serasa seperti neraka itu. Bahkan orang-orang yang tinggal disana semuanya munafik, kecuali kakeknya.

Anthony menarik ke atas dasinya. Seperti orang yang hendak menghadiri rapat besar. Ia memang diharuskan untuk memakai tuxedo hitam yang sangat elegan dan mewah dikarenakan akan ada tamu penting yang datang.

 Ia memang diharuskan untuk memakai tuxedo hitam yang sangat elegan dan mewah dikarenakan akan ada tamu penting yang datang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"So, apakah nenek sudah menunggu dirumah?" Ujarnya pada ketua pengawal yang sudah bekerja kepada kakeknya selama 20 tahun.

Ketua pengawal yang sedang mengendarai mobil, melirik Anthony lewat kaca spion. "Sudah, tuan muda," balasnya sopan.

"How about Davian?" Anthony menaikkan sebelah alis matanya.

"Sudah, tuan muda," balas Mr. Park, ketua pengawal tersebut.

Anthony menghela nafas panjang. Ia tersenyum miring. Anthony harus menyiapkan jawaban-jawaban dari pertanyaan aneh yang akan dilontarkan oleh Davian-pamannya yang sangat menginginkan warisan Justian.

"Kalau papa? Apakah dia ada di rumah utama?"

"Ada, tuan Rihan yang akan menandatangani surat pertemuan dengan tamu penting." Ujar Mr. Park.

Anthony memutar malas bola matanya. Entah apa maksud dari 'tamu penting' sehingga ia harus terbang ke negeri kelahirannya.

***
Ruang makan keluarga Calaghan tampak ramai. Dimana Justian duduk diujung meja yang hanya untuk seorang, disampingnya ada Rihan yang sibuk bicara kepada ayahnya. Sedangkan Davian, sang bungsu berbincang kepada Anna, ibu mereka. Mark, anak tunggal Davian sibuk dengan ipad-nya.

"Wah~ kakak ipar, kau sungguh beruntung. Anthony-mu sudah besar," tiba-tiba Kate, istri Davian berbicara. Ia tersenyum, seakan-akan pujiannya itu sangat tulus.

Davian yang mendengar itu, ikut menimpali. "Benar sekali Rihan, anak kau sudah besar. Kau tak usah pikirkan apapun lagi,"

Rihan mengangkat salah satu alisnya, tidak seperti biasanya adiknya akan memujinya. Ya.. kecuali menginginkan sesuatu pada akhirnya.

"Benar juga yang dikatakan Davian, tetapi, apakah dia sanggup menghandel perusahaan yang ada di Indonesia?" Ujar Anna.

Justian yang duduk di singgasana hanya menatap mereka datar. Pertemuan keluarga selalu saja begini. Kalau tidak membahas tentang bisnis ya.. pasti berbicara untuk menjatuhkan Rihan dan Anthony.

"Ah.. mama, tentu saja Anthony bisa, kau tak tahu? Anak itu sangat jenius!" Kata Kate.

"Tapi, aku ragu," Anna memberi jeda, ia menatap Rihan dengan tatapan remeh. "Apa kalian tidak ingat, 3 tahun yang lalu, ia hampir dibunuh," lanjutnya, wajahnya sedih, ingat! Hanya wajah!

Oh My Boy!Where stories live. Discover now