DELAPAN

6.6K 282 19
                                    

Desiska tercengang. Ia menatap sebuah brosur yang ada dihadapannya. Setelah 5 hari belajar mati-matian untuk mendapatkan juara pertama, ia malah baru tahu kalau hadiah juara pertama bukan hanya uang tunai, tetapi juga seorang kakak pembimbing. Yang membuatnya tak kalah kaget, kakak pembimbing untuk juara pertama adalah Anthony!

Pantas saja dua hari yang lalu Yoseph bertanya kepada Desiska. Apakah ia bersungguh-sungguh dengan keputusannya. Kalau saja ia tahu lebih awal, Desiska tidak akan pernah mengikuti lomba tersebut. Tapi, ya apa boleh buat? Lomba tinggal besok dan ia tak akan diizinkan untuk tidak jadi berpatisipasi dalam lomba.

Desiska mengacak rambutnya kesal. "Ih! Gue bodoh! Bodoh! Bodoh!" Gerutunya sambil mencubit-cubit diri sendiri.

Brak

Desiska menendang salah satu kursi, ia merasa dongkol dengan kebodohannya yang dengan sesuka hati mendaftarkan diri tanpa melihat brosur apapun.

"Aaaaaaa... Desiska bodoh!"

"Desiska bodoh!"

"Desiska bodoh!"

"Desiska bodoh!"

Desiska menghantam kepalanya pada meja secara pelan. Ia terus menerus bergerutu. Namun, tiba-tiba ia berhenti.

Uang tunai sebesar 6 juta.

"Gak papa, toh dapat 6 juta." Ujar Desiska mencoba untuk semangat kembali. "Tapi, kenapa harus ketua osis sialan itu sih!" Lanjutnya lagi.

"Aaaaa kenapa harus dia," Desiska kembali menghantam kepalanya ke meja lagi.

***
Anthony memarkir motornya di area parkiran. Ia berencana untuk melihat adik kecilnya sebentar sebelum pergi ke sekolah.

Anthony berjalan melewati sebuah jalan rahasia yang menuju ke paviliun samping rumah sakit. Ia membuka pintu kayu tersebut dan tampaklah ruangan gelap dengan gorden yang tak pernah dibuka. Seorang gadis duduk menghadap ke arah jendela yang ditutup gorden dengan tatapan kosong.

Anthony tersenyum, "hai Ranya,"

Ranya nama gadis itu, adik bungsu Anthony yang selalu dianggap sebagai bencana bagi neneknya. Anthony duduk di sebuah kursi dekat dengan Ranya. Gadis itu bergeming, kata dokter, Ranya mengalami cedera pada bagian otaknya sehingga ia tidak bisa berpikir dengan baik.

"Ranya, kakak datang, kamu gak mau sapa kakak?" Tanya Anthony. Walaupun ia tahu kalau Ranya tidak akan menjawab.

"Kamu sudah makan? Apa mereka perlakukan kamu dengan baik?" Sambung Anthony.

Anthony mengelus rambut Ranya lembut. Ia berkata, "lusa kakak akan ke Amerika. Tempat yang sangat kamu benci karena dapat bertemu dengan nenek." Ujarnya.

"Ranya.. kakak pingin kamu cepat sembuh..." Anthony bertekuk lutut di hadapan Ranya. Ia mengusap wajah pucat Ranya. "Kakak rindu adik kakak yang selalu ketawa. Kenapa kamu jadi beda?"

Mata Anthony memanas, ia memeluk Ranya dan menangis di pundak adiknya. Ia menangis, melumpahkan segala penyesalan. Ranya menjadi begini sebab dirinya. Kejadian 3 tahun lalu selalu terulang-ulang dibenaknya akan kecelakan tersebut. Kecelakaan dimana Yoseph yang memulainya. Kecelakaan maut yang diperuntukkan dirinya tetapi malah kena pada Ranya.

***
"Aish, kenapa gue harus terlambat?!" Gerutu Desiska pelan. Ia mengendap-ngendap masuk lewat gerbang belakang. Apalagi hari ini adalah hari yang sangat penting. Ia tidak boleh kehilangan kesempatan berharga ini.

Untung saja tidak ada guru jadi Desiska masuk dengan mudah. Ia berjalan santai menuju ruang lomba. Namun, ditengah perjalaan, tiba-tiba Yoseph muncul dari tikungan. Desiska yang melihat itu, ia langsung berbalik. Ia sesegara mungkin berjalan pergi.

Oh My Boy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang