[28] : Sisi Lain Revan

4.1K 213 2
                                    

•••

"Gue bodoh udah mencintai seseorang yang bahkan gak pernah lihat gue ada."

••Hope••

"Lyna! Lo kenapa, hey!" teriak Revan ketika membukakan pintu rumah, saat ada yang mengetuknya dengan brutal.

Ia kaget ketika tiba - tiba melihat adiknya itu dipapah oleh Azraf, dengan keadaan muka yang sangat pucat, badan lemas, dan jaket biru dongker milik Azraf yang tersampir di tubuh Erly.

"Na, lo kenapa! Kenapa samapai dipapah sama Azraf? Muka lo pucet banget? Lo habis ngapain?" tanya Revan panik karena melihat keadaan adiknya yang seperti itu.

"Ck. Bacot lo, Bang! Gue lemes banget ini mau masuk istirahat! Minggir sana!" kata Erly ketus. Revan sampai heran. Tak biasanya Erly seperti itu apalagi ketika sakit. Erly pasti akan bermanja - manja pada Revan saat sedang sakit.

"Az, bisa lo jelasin ke gue?" Revan bertanya pada Azraf. Siapa lagi yang harus dia beri pertanyaan kalau bukan Azraf. Adiknya saja tidak mau memberitahunya.

"Nanti gue jelasin. Sekarang, gue anterin Erly ke kamarnya dulu. Kasihan dia pasti capek." kata Azraf, kemudian diangguki oleh Revan.

"Makasih ya, Az. Lo udah mau anterin gue pulang. Gue jadi ngerepotin lo, deh." kata Erly saat Azraf sudah mengantarnya di ambang pintu kamarnya.

"Ck. Lo kaya sama siapa aja sih, Er. Bahkan tanpa lo minta pun, gue bakal anterin lo kemana aja. Jangan ngerasa gak enak sama gue." balas Azraf sembari tersenyun hangat.

Erly tersenyum kecut. 'Andai Agam itu kaya lo.' batin Erly.

"Ya udah, mending lo istirahat aja sekarang. Jangan capek - capek. Nanti lo tambah sakit." Azraf mengusap puncak kepala Erly.

Erly mengangguk kemudian tersenyum ketika melihat Azraf juga tersenyum padanya.

"Satu lagi." kata Azraf.

"Apa?" tanya Erly penasaran.

"Jangan mikirin gue terus. Gue tau kalau gue ganteng. Makanya ngangenin." kata Azraf dengan percaya diri.

Erly memutar kedua bola matanya jengah. "Terserah lo deh, Az. Pusing gue ngeladenin kepedean lo yang selangit ini." kata Erly sarkastik.

Azraf terkekeh. "Iya, iya maaf. Ya udah, gue turun ya." pamit Azraf.

"Iya. Hati - hati pulangnya." balas Erly, lalu masuk kedalam kamarnya.

"Bro!" panggil Revan saat matanya menangkap Azraf baru saja berjalan turun menuruni tangga.

Azraf langsung menghampiri Revan yang sudah duduk manis di sofa depan televisi, untuk mendengarkan penjelasan Azraf.

"Cepetan! Lama amat jalan aja."

"Apaan, sih?" tanya Azraf bingung.

"Ck. Kenapa Lyna bisa kaya tadi? Ceritain gue yang sebenarnya. Gak mungkin kan, kalau Lyna sakit gitu aja. Siapa yang buat dia kaya gitu?" tanya Revan.

"Iyaaa. Gue bercanda tadi." kata Azraf.

"Terus?"

"Jadi gini—"

Azraf menceritakan kejadian di toilet sekolah tadi, saat Erly tiba - tiba menghilang, dan ditemukan hampir pingsan di dalam kamar mandi dengan keadaan terkunci.

"Sialan! Siapa yang ngunciin Lyna?! Gak tau aja dia siapa gue. Berani - beraninya dia nyakitin adik gue." tanya Revan penuh emosi.

"Kita juga belum tahu, Gam. Erly juga belum cerita. Kita belum tega buat nanyain itu ke Erly. Soalnya Erly juga dari tadi cuma diem terus. " terang Azraf.

Unstable✔Where stories live. Discover now