[6] : Agam aneh

6.1K 317 1
                                    

•••

"Aku diam bukan berarti aku tak peduli."

•••


Erly dan Azraf tengah menyantap bakso milik mereka masing - masing di warung bakso dekat kompleks rumah Erly. Mereka sedari tadi tak henti - hentinya bergurau, hingga para pelanggan lainnya memperhatikan Erly dan Azraf. Bagaimana mereka bisa berhenti kalau terakhir kali mereka berguarau bebas seperti ini lima tahun yang lalu? Pasti mereka rindu, lah dengan suasana seperti itu.

"Udah deh, Az. Malu gue sampai diliatin orang - orang." ucap Erly saat ia menyadari bahwa sekarang mereka berdua tengah jadi pusat perhatian para pengunjung warung.

Azraf malah hanya mengendikkan bahunya acuh, dan kembali menyantap bakso miliknya. "Lo punya malu ternyata. Gue kira urat malu lo udah putus." katanya tentu saja hanya bergurau.

Erly hanya mendengus menanggapi gurauan Azraf. Sebenarnya, sedari tadi Erly sangat ingin menanyakan tentang hubungan Azraf dan Agam. Tapi ia merasa tidak enak untuk bertanya.

"Az?"

"Apa, Er?"

Erly menelan salivannya. "Gue mau tanya. Tapi lo jangan marah ya?" Azraf mengangguk.

"Lo sama Agam beneran sodara tiri?" tanya Erly dengan nada agak lirih dan berhati - hati karena tak ingin menyinggung perasaan lawan bicaranya itu.

Azraf menghentikan aktivitas mengunyah baksonya. Beralih menatap Erly dengan tatapan yang sulit diartikan. Pertanyaan inilah yang Azraf tunggu. Ia tau kalau Erly pasti sudah mendengar hal ini dari siswa lainnya. Secara, siapa yang tak tau dua saudara tiri paling terkenal di Puradita?

"Ehh, kalau lo gak mau jawab yaudah sih, gak mas-"

"-Iya. Gue sama Agam saudara tiri. Gue kakak, dan dia adek tiri gue." potong Azraf.

Azraf menghela napasnya. "Tapi hubungan gue sama Agam bukan kaya kakak dan adek seperti biasanya. Tapi malah terkesan kaya musuh. Padahal, dulu kita baik - baik aja. Tapi entahlah. Setelah beberapa tahun kemudian, sikapnya ke gue berubah. Dia jadi lebih dingin ke gue. Dan sampai sekarang gue gak tau apa penyebabnya." sambung Azraf.

"Lo gak coba gitu tanya ke dia?" sahut Erly.

"Udah, Er. Berkali - kali bahkan. Tapi dia kaya gak pernah nganggep gue ada. Gue kadang bingung, apa gue pernah buat kesalahan besar sama dia sampai kaya gini. Jujur gue gak pernah bayangin hubungan gue sama Agam jadi segini rumitnya." lanjut Azraf.

Erly kini tahu. Dia harus menanyakannya pada Agam. Siapa tahu Erly bisa membantu. Yah, meskipun ia harus menyiapkan hati kalau bertanya pada Agam. Bukannya menjawab, mungkin saja Agam bisa malah mengamuk padanya.

"Udah belum makannya?" sahut Azraf.

"Udah. Yuk pulang. Keburu sore. Nanti dimarahin bunda lagi."

Akhirnya Azraf dan Erly pun pergi meninggalkan warung bakso tersebut, dan pergi untuk pulang.

"Dari mana, Na?" sahut Revan saat Erly baru saja akan memasuki kamarnya. Erly membalikkan badannya, dan mendapati Revan sedang bersedekap sambil menatap tajam Erly.

Unstable✔Where stories live. Discover now