[3] : Ketua osis?

6.4K 339 3
                                    

•••

"Ingatlah, bahwa perjuanganmu itu suatu saat pasti akan membuahkan hasil yang pasti tak akan pernah mengecewakanmu."

•••

Hari yang cerah ini harus dilalui Erly penuh dengan kesengsaraan. Sedari pagi tadi, Agam terus saja menyuruhnya ini itu. Dari melayaninya memesan bakso, bahkan menyuapinya. Seperti anak kecil saja.

"Lo bisa gak, sih? Kalo gak bisa, gak usah gegayaan! Pake sendok aja gak bisa!" sentak Agam, saat Erly tidak sengaja menjatuhkan sendok.

"Ya, sabar! Lo tinggal nyuruh ini itu. Gue yang jalanin susah - susah bego! Hargain gue, dong!" balas Erly tak kalah keras.

Agam menoleh kearah Revan. "Van, adek lo, nih! Gitu aja gak becus!" adu Agam. Revan hanya mengendikkan bahunya acuh.

Erly menoleh kearah Revan. Bagaimana bisa kakaknya itu malah hanya diam saja membiarkan adik satu - satunya ditindas tepat di depan mata kepalanya seperti ini. Kakakmacam apa itu.

Revan menoleh kearah Erly. "Udah, turutin aja." ketusnya.

Erly benar - benar tak habis pikir dengan Revan. 'Gue marah, bang! Liat aja ntar dirumah. Gimana bisa lo biarin adek lo ditindas seenaknya sama sahabat lo yang gak tau malu ini. Awas aja, lo!' batin Erly.

"Heh! Malah bengong. Sana beliin minum!" perintah Agam. Erly mendengus. Tanpa menjawab perintah Agam, ia lalu beranjak menuju stand minuman.

"Ehh!" sergah Tio. Erly menoleh, dan menaikkan sebelah alisnya.

"Empat. Minumannya empat!" sambung Restu dengan mengacungkan empat jarinya.

"Iya, bawel!" ketus Erly, dan langsung beranjak ke stan minuman.

"Gam," panggil Revan.

"Apa?"

"Jangan kasar - kasar sama Lyna. Gitu - gitu, dia juga adek gue." lirih Revan.

Agam menyeringai. "Santai. Gue gak bakal bertindak keterlaluan." ucapnya.

Revan memandangi adiknya itu yang sepertinya sedang kerepotan membawa empat botol minuman kaleng milik teman - temannya itu. 'Maaf, Na. Gue gak bisa berbuat apa - apa.' batin Revan.


•••


"Er?" panggi Rahma.

"Apa?"

Kelas Erly sedang kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Kimia.

"Lo tau gak?" sambung Rahma.

"Ck. Cepet deh, Ma. Gue lagi capek, nih!" sahut Erly.

"Gue denger - denger, si ketos besok pagi udah berangkat sekolah." ujar Rahma.

Erly menaikkan sebelah alisnya. Nampak sekali tak minat dengan obrolan itu. "Terus gue harus ngapain?" katanya.

"Ya elah, Er. Lo tau gak sih, kalau ketos kita itu ganteng super duper ganteng. Kalau lo lohat besok, mungkin lo udah jatuh cinta sama dia." ucap Rahma sembari menangkupkan kedua tangannya pada pipinya, membayangkan ketampanan si ketua osis yang sangat tampan itu.

Erly menghela napasnya. "Mana gue tau, Rahma yang cantik. Orang lo gak pernah cerita sama gue tentang ketos itu. Lo tau gak sih? Gue capek super capek hari ini. Asal lo tau, tadi Agam itu seenak jidat ngatur - ngatur gue. Nyuruh ini itu. Ahhh, nyesel gue mau jadi babunya!" sahut Erly dengan bersungut - sungut.

Unstable✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang