[15]

4.6K 250 1
                                    

•••

"Perjuangkan apa yang pantas diperjuangkan."

••Hope••

Azraf menatap Erly yang masih meneteskan air matanya. Ia mengusap pelan air mata yang mengalir di pipi Erly. Sungguh, ia tak pernah bisa melihat Erly seperti ini.

Azraf menghela napasnya. "Stop nangis, Er! Gue gak bisa liat lo kaya gini." ucapnya sambil menghapus sisa jejak air mata Erly.

Erly menatap balik Azraf. "Gue salah? Apa gue salah?" katanya dengan suara parau.

Azraf menggeleng. "Lo gak salah. Takdir yang salah. Kenapa takdir nempatin cinta untuk lo di hati gue. Padahal gue tau, lo gak pernah anggep gue lebih dari sekedar temen dan sahabat." katanya.

"Tapi kenapa lo gak pernah bilang ke gue? Kenapa lo diem aja? Kenapa gak bilang kalau lo suka sama gue, Az?"

"Berkali - kali gue coba buat bilang ini ke lo. Tapi gue terlalu takut, kalau gue ngomong perasaan gue yang sebenarnya, lo bakalan menjauh dari gue. Gue takut ngerusak persahabatan kita. Gue terlalu takut kehilangan lo, Er. Gue rela lo anggap sahabat selamanya, asalkan lo tetap terus ada di sisi gue. Menemani hari - hari gue. Memberi warna di hidup gue." terang Azraf.

"Terus sekarang gue harus gimana?" tanya Erly frustrasi.

"Sementara, jalani dulu kaya gini. Biar Agam, gue yang ngurus." kata Azraf.

"Gimana sama lo?" tanya Erly takut - takut.

Azraf tersenyum. "Sekarang gue sadar. Gak selamanya mencintai harus memiliki. Gue mencintai lo. Tapi, biarkan perasaan gue mengalir seperti air, yang akan bermuara di laut. Seenggaknya, gue mencintai lo, sebagai sahabat. Gue gak bisa maksain perasaan lo buat gue. Cinta gak bisa dipaksa, kan?"

Erly tersenyum pada Azraf. "Lo tau, Er, saat Agam bilang 'maaf' ke gue waktu itu, gue langsung berjanji sama diri gue sendiri. Lo tau apa itu?" ujar Azraf.

Erly menggeleng tak tahu.

"Gue berjanji buat Agam bahagia. Karena gue sadar, hubungan Agam sama Papa merenggang waktu itu gara - gara gue. Dan saat Agam udah bisa maafin gue, gak ada bahagia lain, kecuali bahagianya Agam. Agam terlalu banyak nyimpen masalah. Dan gue gak mau gue jadi penghalang bahagianya Agam. Gue mau jadi kakak yang baik buat dia. Gue rela ngalah buat dia." terang Azraf. Lalu tangannya meraih tangan Erly.

"Gue percaya sama lo, kalau lo bisa buat Agam bahagia. Gue tau Agam gak pernah benci sama lo." ucap Azraf meyakinkan Erly.

"Tapi gimana caranya? Sedangkan sekarang, Agam gak pernah anggep gue ada."

"Gue bakal ngomong sama Agam. Lo gak usah khawatir. Gue sayang sama lo dan Agam. Gue mau kalian bajagia. Percaya sama gue." tutur Azraf.

"Makasih, Az!" Erly memeluk Azraf.

Azraf membalas pelukan Erly.

'Setidaknya gue bahagia, bisa bikin lo bahagia. Meskipun, bahagia lo bukan sama gue.' batin Azraf.

•••

Pulang sekolah, Erly menunggu Revan yang sedang berlatih band. Ia menunggu di depan ruang musik. Sungguh betapa bosannya ia menunggu Revan. Kalau bukan karena tak ada yang menjemput, ia juga tak mau menunggu Revan selama ini.

Hari ini, ia tidak pulang bersama Azraf, karena Azraf sedang sibuk mempersiapkan acara ulang tahun sekolah. Erly tidak mau merepotkan Azraf karena selama ini ia selalu membuat repot Azraf.

Unstable✔Where stories live. Discover now