Air mata buaya berhasil buat Rayhan luluh.

♥ ♥ ♥

Pagi-pagi Aurel sudah merecoki kamar Samudera, ia baring di atas kasur seraya menanti Abangnya keluar dari kamar mandi. Tangannya meraih ponsel Samudera di atas nakas dan melihat gambar wallpaper ternyata foto Samudera dan Oceana.

"Ah gue iri kenapa mereka manis sekali. Kalau gini caranya, gue harus cari pacar!" Aurel kembali meletakkan ponsel itu di atas nakas.

"Apaan pacar-pacar, lo masih kecil!" ujar Samudera ketika baru keluar dari kamar mandi, lalu meraih baju di dalam lemari.

"Udah kelas 9, bentar lagi juga kelas 10, yakali masih kecil!"

Setelah memakai bajunya, Samudera melirik Aurel. "Lo ngapain masih di sini? Gue mau pakai celana!" ujarnya, memang saat ini Samudera masih memakai handuk sebatas perut.

Aurel terkekeh. "Gak dosa, Bang. Naked depan adik sendiri!"

"Otak lo perlu dicuci, Rel."

"By the way, Abang mau kemana? Tumben mandi pagi di hari minggu."

"Mau jalan sama pacarlah, emang lo yang jomblo!"

"Kalau bukan ide konyol gue, lo masih ditolak sama kak Oceana! Sekarang sebagai imbalannya, kita jalan bertiga dan lo mesti bayarin semua yang gue mau, anggap itu Pajak Jadian!"

"Gue mau nge-date, Rel. Lo mau jadi kambing congek?"

"Gue siap-siap dulu, Bang!" Aurel beranjak dari kasur kemudian keluar kamar. Samudera hanya bisa mengelus dada menghadapi tingkah adiknya

♥♥♥

Sekarang ketiganya —Samudera, Oceana dan Aurel— sudah berada di salah satu mall yang ada di kawasan Jakarta, sesuatu dengan permintaan Aurel yang ingin nonton.

Mereka sudah berada di antrian pembelian tiket. "Nonton Teman Tapi Menikah, Bang!" ujar Aurel yang langsung digelengi oleh Samudera.

"Nonton film action atau horror aja."

"Bang, 'kan biar kayak Abang dan Kak Oceana."

"Pokoknya gak!"

Oceana menggelengkan kepala melihat perdebatan kakak beradik ini. "Udah lah, Sam. Ikuti aja kemauan Aurel."

Samudera menghela napas pasrah. "Ok."

"Anjir, giliran Kak Oceana yang bilang langsung mau!" Oceana dan Samudera saling melempar senyum.

Tak sengaja mata Aurel menangkap kedua tangan yang saling bertautan. Hati jomblo panas melihat jemari Oceana dan Samudera yang menyatu. "Kak, beli minum, yuk. Hati gue panas! Biarin aja Bang Sam tunggu antrian sendiri!"

"Adik laknat!" kesal Samudera.

"Nanti ke foodcourt aja, Sam."

Aurel langsung menarik tangan Ocena hingga jauh dari kerumunan. Keduanya sekarang sudah berada di foodcourt.

Rezeki anak sholehah, dapat PJ dari Abang sendiri dan calon kakak ipar.

Pascanya, Aurel sedang menikmati es krim yang dibayari oleh Oceana. "Kak, kayaknya gue mau pisang nugget rasa grean tea deh."

Oceana mengerti kode dari Aurel. "Ok." Ia meletakkan es krimnya dan berdiri.

"Yang jumbo, Kak!" ujar Aurel yang diangguki oleh Oceana, setelah itu Oceana menuju penjual pisang nugget.

Samudera yang baru datang, langsung duduk di hadapan Aurel seraya menatapnya tajam karena melihat ia yang sedang menikmati es krim.

"Jangan minta PJ ke Kak Oceana biar Abang aja yang kasih!"

"Kak Oceana aja gak protes kok!"

Setelah itu Oceana datang dan meletakkan pisang nugget jumbo pesanan Aurel.

"Makasih, Kak!"

Oceana mengangguk, setelah itu ia duduk di samping Samudera.

"Maafin adik gue yang malu-maluin, Na."

"Gak apa-apa, gue udah anggap Aurel kayak adik gue sendiri!"

Aurel menatap Oceana dan Samudera. "Udah pacaran tapi masih gue-lo?"

"Biarin!" ujar Oceana dan Samudera bersamaan.

"Jodoh emang, kompak!"

Samudera menatap lembut Oceana. "Lo mau apa? Biar gue beliin."

"Gak usah, udah kenyang makan es krim."

"Gak apa-apa film-nya juga masih satu jam lagi baru main. Sekarang gue pesanin sesuatu ya." Samudera mengacak rambut Oceana setelah itu berdiri dan melenggang pergi.

Setelah mengunyah pisang nugget tersebut, Aurel menatap Oceana. "Kak, Aurel iri deh sama Kak Oceana diperlakukan manis gitu. Hati Aurel sakit, maklum jomblo!"

"Terus kenapa gak cari pacar?"

"Dulu Papa sering bilang, aku boleh pacaran pas umur 17 tahun dan aku gak mau kecewain Papa di atas sana."

Oceana dapat melihat tatapan kerinduan Aurel kepada Papanya. "Iya, Rel. Kamu harus jadi anak yang membanggakan biar Papa kamu bahagia."

"Yaudah, Aurel ke toilet dulu. Kebanyakan makan jadi kebelet." Aurel langsung ngacir keluar foodcourt untuk mencari toilet.

Tak lama kemudian Samudera membawa dua porsi salad. "Makan ini biar sehat, sayang."

"Makasih."

"Aurel mana?"

"Ke toilet tadi."

"Mau gue suap gak?"

"Gak, masih bisa sendiri."

"Kan biar sosweet gitu."

"Alay ih."

Samudera terkekeh melihat sikap malu-malu Oceana. "Gue gak nyangka status kita udah beda sekarang."

"Iya, dan nanti pas lo jauh harus sering kabari gue karena gue gak siap merindu."

"Kalau lo rindu, bilang aja. Akan gue usahain buat datang."

"Kalau lo gak bisa datang cukup chat atau video call aja."

Samudera menangguk. "Besok gue udah Ujian Nasional. Itu artinya sebentar lagi kita pisah."

"Jangan ingat itu, nanti gue sedih."

Samudera menggenggam jemari Oceana lalu menatapnya lembut serta tersenyum, kemudian ia menyanyikan sebait lagu untuk Oceana. "Jangan pergi dari cintaku, biar saja tetap denganku, biar semua tahu adanya, dirimu memang punyaku..."

"Ini yang bakal gue rindu nantinya, ketika lo nyanyi buat gue."

"Kita pasti akan saling merindukan, sayang."

♥♥♥

SAMUDERA (SUDAH TERBIT) ✔Where stories live. Discover now