Chapter 15

210 27 27
                                    

🎶Playlist🎶

Dokyum - I Should've first ost The great seducer

Aku sudah bisa menduga bahwa kami tidak akan bisa bersama. Perbedaan yang cukup mencolok diantara kami, itu sudah lebih dari cukup untuk menghilangkan fantasi tentang keinginan untuk bersamanya. Aku sungguh tak bisa menebak, seperti apa pikirannya itu? Apakah setiap janji itu seperti sebuah helaan nafas yang bahkan tak mampu terhitung sebagai besarnya. Ku rasa aku hanya akan lupa dengan seiring berjalannya waktu, hanya aku yang seperti ini memiliki banyak kekurangan. Salah satunya hatiku yang sangat rapuh dan tidak mudah untuk melupakan luka. Aku bisa mengingat semua luka itu dan saat ini aku sampai pada titik dimana aku tidak terlalu suka berurusan dengan seseorang.

Sendiri lebih membuatku nyaman, meskipun dalam keramaian. Aku bisa membuat dunia ku sendiri dengan banyak hal yang bisa ku lakukan. Hanya seperti itu, aku belum memiliki agenda lain sampai detik ini. Tidak memiliki seorang sahabat atau seseorang yang ku suka.

Hanya aku dan setumpuk rutinitas yang cukup menguras perhatian ku.

---***---

Enam bulan setelah berita rencana perjodohan Daniel di muat disurat kabar lokal.

Nayoung lulus dengan nilai cukup untuk memasuki fakultas kedokteran. Awalnya ia ingin melanjutkan di Universitas Seol tapi karena ia tak ingin berurusan lagi dengan semuanya yang membuat hatinya berat, Nayoung memutuskan untuk mencari universitas di luar Seol dan memulai lembar baru cerita dikehidupannya.

Dengan orang baru dan suasana baru. Kali ini Nayoung memilih untuk lebih pasif, berbicara seperlunya dan tidak terlalu dekat dengan siapapun.

Nayoung sudah meninggalkan semuanya yang tersisa, hanya berbekal beasiswa, ia memulai kehidupannya sendirian. Disibukkan dengan mata kuliah dan praktek yang harus ia lakukan.

Seperti hari ini saat handphonenya terus berbunyi, gadis itu masih bermain-main dengan maniken lengan, mencoba untuk mempelajari teknik menjahit luka pada beberapa bagian maniken lengan itu.

"Yak! Apa kau tak akan mengangkatnya?" Tanya seorang namja berkacamata yang kini mendatanginya membuat Nayoung menatapnya datar.

"Urusi saja urusanmu!" Balas Nayoung dingin yang kini menonaktifkan handphonenya dan melemparkan keatas meja, membuat namja berkulit putih disampingnya menggeleng.

"Ada apa dengannya?" Tanya namja berkulit putih itu pada namja yang berkacamata dan namja itu hanya menggendikkan bahunya, merasa terbiasa dengan perilaku Nayoung.

"Kau akan jadi perawan tua, jika kau terus bertingkah seperti itu dihadapan Namja." Namja berkulit putih itu tak berhenti untuk mencibir Nayoung membuat gadis itu geram.

Duak

Nayoung melempar tangan maniken pada sosok namja itu.

"Aww...YAK YEOJA SINTING!" Umpatnya tajam, memandang Nayoung dengan kekesalan yang teramat.

Nayoung memandangnya dengan senyum sinisnya.

Dia benar-benar memiliki lidah tajam!

"Ren, jaga bicaramu! Aku memperingatkamu bodoh!" Seru Nayoung yang kini memilih tak peduli, fokusnya kembali pada maniken sementara Ren masih menatapnya tak percaya.

Seseorang menemuk pundaknya, memberikan kode padanya untuk meredakan sedikit amarahnya.

"Biarkan saja, jangan pedulikan dia." Kata pria berkaca mata itu.

"Youngmin...Kenapa kau selalu membelanya? Dia itu wanita sinting! Bagaimana jika setelah ini ia menjadi dokter? Dia akan membunuh semua pasiennya saat moodnya buruk." Omel Ren membuat Youngmin tertawa sementara Nayoung menatapnya tajam.

Open Up | COMPELETEWhere stories live. Discover now