Chapter 10

173 25 25
                                    

Saat kau terlahir ke bumi. Kau hanya akan menjumpai dua sisi manusia dalam memandangmu. Seseorang yang menyukai mu atau seseorang yang membenci mu.

Nayoung bingung, ingin ke perpustakaan atau ke UKS. Melihat dirinya yang kacau saat ini, gadis ini tak akan bisa melakukan apapun di perpustakaan. Pada akhirnya Nayoung memilih pergi ke UKS dan menemukan suster tidak ada disana, yang seketika membuat Nayoung menghela nafas lega.

Setidaknya tidak ada ceramah psikolog untuk hari ini bukan? Ia bisa tidur atau melakukan apapun dengan tenang, hanya ada juniornya saja yang sedang bertugas.

"Eonni, apa keluhanmu?" Tanyanya dan Nayoung segera tersenyum canggung.

"Obat nyeri untuk lambung, berikan aku itu." Gadis berkacamata itu pun mengangguk, segera berdiri meraih sebuah kota pada kabinet dan membukanya memberikan satu butir pil yang masih terbungkus. Nayoung mengambilnya hanya sebagai alasan karena ia tidak merasakan nyeri di lambungnya, tapi disini tepat di dadanya, Nayoung merasa nyeri dan ngilu bersamaan.

Kalau saja ada obat untuk mengobati luka hati? Atau obat untuk menghilangkan ingatan yang menyakitkan? Pasti kehidupan manusia akan lebih baik, tapi bukan berarti semua itu membuat kita melupakan rasa sakit? Karena dengan merasakan sakit, pikiran dan tindakan seseorang akan berkembang.

Helaan nafas Nayoung terdengar, membuat juniornya itu memandanginya. Takut, kalau terjadi hal buruk kepadanya tapi Nayoung segera tersenyum kepadanya yang membuat gadis itu sedikit tenang.

Ekspresi Nayoung berubah saat gadis itu telah menutup tirai yang menyelimuti ranjang uks yang akan ia tiduri. Kali ini wajahnya terlihat sedih dan matanya mulai berkaca-kaca.

Kenapa aku lebih suka mengandalkan diriku sendiri? Karena aku tidak ingin menjadi beban siapapun! Aku tidak menyuruh siapapun untuk melindungiku? Sudah cukup dengan ketergantunganku pada Jonghyun yang membuat ku kacau disaat detik terakhir ia melepaskan pemaklumannya terhadap diriku dan kau datang, memaksa ku untuk tergantung kepadamu Niel? Tapi kini kau menghempaskan ku cukup keras!

Nayoung mulai menangis dalam diam.

---***---

Sejeong dan Chung Ha sedikit bingung saat detik terakhir bel masuk akan berbunyi, namun Nayoung masih tak menampakkan dirinya.

"Dimana Nayoung?" Tanya Chung Ha.

"Tadi ia mengatakan akan ke perpustakaan." Jawab Sejeong.

"Hubungi dia, mungkin saja ia ketiduran disana." Duga Chung Ha dan dengan segera Sejeong meraih handphonenya dalam saku. Menyentuh beberapa karakter huruf hangul dan mulai menempelkannya di telinganya.

"Yeoboseob, Nayoung-ah kau dimana?" Tanya Sejeong.

"Mwo? Lambungmu kambuh lagi?" Perkataan Sejeong seketika membuat Chung Ha menunjukkan ekspresi khawatirnya.

"Baiklah, istirahat nanti aku akan membawa tasmu." Kata Sejeong yang langsung menutup telponnya yang kini menyisahkan dirinya dan Chung Ha yang masih menyimpan tanda tanya besar dalam benaknya.

"Kenapa? Apa yang terjadi padanya?" Tanya Chung Ha dan Sejeong menghela nafas.

"Lambungnya kambuh, aku tidak tau apa yang ia fikirkan kali ini? Tapi pagi, ia baik-baik saja kan?" Kata Sejeong yang nampak berfikir.

"Apa kalian masih bertengkar?" Chung Ha berpikir bahwa mereka masih belum berbaikan.

"Ani, tadi malah kami naik bus bersama dan ia terlihat biasa saja." Sangkal Sejeong membuat Chunga mengangguk mengerti.

"Mungkin saja kali ini, bukan karena memikirkan apapun." Pikir Chung-ha yang selalu positif tingking.

"Ya, mungkin saja." Kata Sejeong yang segera duduk saat sosok Park Songsaenim memasuki kelasnya.

Open Up | COMPELETEWhere stories live. Discover now