40 . Perlahan Menghilang

1.1K 90 0
                                    

Hari-hari berlalu sangat cepat. Aku tak lagi merutuki masalah yang pernah terjadi. Kembali pada realita hidup yang mulai berganti, begitu banyak warna saat aku menerima masalah mentalku, dan serangkaian kegiatan apa pun. Setidaknya, aku bahagia karena tak terlalu memusingkan Damar. Waktuku kembali sempurna. Pergi ke gym, yoga, jogging bersama Om Anjas dan Mahesa, memandikan Milo bersama Mama, dan juga hangout bersama Sukma, Jeremi, dan juga Hans yang terkadang menyempatkan diri ikut.

Semuanya terasa cepat berlalu, Damar juga sepertinya mulai beranjak, menyiapkan diri menghadapi ujian kelulusan yang sebentar lagi diselenggarakan. Aku tidak tahu apakah dia benar-benar melupakanku, tapi lebih baik seperti ini. Kami kembali pada awal mula perjumpaan, tak saling sapa dan hanya saling lempar pandangan seperti orang asing yang sungkan untuk menyapa.

Sukma: Aku sama Jeremi udah sampai ayam bakar pakdhe. (20.09)

Hari ini 24 November 2018 dua hari sebelum Ujian Akhir Semester satu, aku menyempatkan diri makan di luar bersama dua teman konyol yang semakin hari semakin menjadi tingkah anehnya. Bisa dibilang, aku mencium gelagat aneh dari Sukma dan Jeremi. Terkadang, tanpa sepengetahuanku, aku memergoki mereka makan bersama di malam-malam Minggu, seperti sengaja ingin mencari waktu untuk berduaan. Bukannya marah, justru aku senang kalau seandainya mereka bersatu. Lucu saja melihat Sukma dan Jeremi bertengkar karena masalah sepele, yang satunya ngeyel, yang satunya ngalah. Jeremi selalu menjadi air saat Sukma menjadi api. Perumpamaan yang pas.

Aku sedikit mencondonkan badan agar lebih dekat dengan pria yang kini mengemudikan motor sport hitamnya. Dia menoleh saat menerima reaksi dariku. "Bang, jadi ke rumah Kak Enzi?"

Hans menaikkan kaca helm full face. "Iya, habis anterin kamu, aku ke rumah Enzi," jawabnya lantas kembali menaikkan laju kendaraan.

Sejak tak lagi bersama Damar, aku selalu memilih berada di sisi Hans. Aku menceritkan semuanya termasuk pertemuanku dengan Damar di The Cafetière. Dia tidak menyangka apa yang menimpa hubunganku lebih dari kata rumit, bahkan dia merasa bom atom yang Letta berikan untukku bisa membuat kesehatan mentalku semakin terguncang.

Walaupun dia tak sepenuhnya menyalahkan Letta, tapi seharusnya Damar tidak menghilang begitu saja saat dia tahu ada yang tak beres dengan kejiwaanku. Awalnya, aku mengira Hans akan menjauhiku, tapi dia tak akan melakukan hal sekeji itu, semua keluarganya tahu tentang keluargaku, dan dia rasa, meninggalkan gadis yang baru saja didiagnosa gangguan bipolar adalah cara paling kejam yang dilakukan seorang laki-laki. Karena menurutnya, kesehatan mental setiap orang tak boleh dianggap sepele.

Saat aku berbincang dengan Om Anjas, dia bilang bahwa Hans adalah sosok tegas, mandiri, dan tak pernah mengandalkan orang tua untuk mencuci pakaiannya, atau bahkan makan masakan kesukaannya. Sejak kelas satu sekolah dasar, sampai masuk ke dalam Akademi Kepolisian, dia tak pernah tinggal di dalam rumah seperti anak kebanyakan. Semua waktunya dia habiskan di dalam pondok dan asrama. Coba saja kalau dia tidak bertugas di Sidoarjo, sudah pasti dia tidak akan bertemu ibunya lagi.

Aku beruntung bisa mengenalnya walaupun melalui Damar. Mungkin, jika aku tidak mengenalnya, tak akan ada cerita serumit ini. Tuhan menggantikan semuanya lewat hal-hal tak terduga. Black SOS pun seperti keluarga baru, tanpa Damar, mereka bisa membangun semuanya dari nol. Kembali membantu orang-orang kecil yang membutuhkan mereka, berkunjung ke panti asuhan dan memberi santunan, lantas ikut berkontribusi pada Komunitas Bipolar Indonesia. Setelah Charles mendengar kabar bahwa Damar memutuskan untuk vakum, dia tak lagi mengemis untuk meminta Damar kembali, karena menurutnya, apa yang dipaksa tak akan berjalan sesuai keikhlasan.

Aku memeluk Hans, lantas mendongak saat kendaraan menyusuri gemerlap lampu Tunjungan Plaza. "Bang Hans!" teriakku. Dia yang mendengar suaraku segera memelankan laju kendaraan dan kembali menoleh. "Terima kasih."

BIANTARA [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang