"Tidak perlu khawatir, aku sudah membuatkannya untuk kalian." Sahut Nayoung yang kini berjalan dengan nampan minuman dan beberapa jajanan seperti ddeokbokki, hotteok, matang. Membuat mereka cukup terpana dengan beberapa hidangan ini.

"Eonni, kau yang membuat semua ini?" Tanya Kyul Kyung yang sudah memasukkan Matang kedalam mulutnya dan memejamkan matanya, berusaha untuk menikmati sensasi manis karamel bercampur dengan padatnya ubi.

Ketiga pria itu pun langsung melahapnya tanpa banyak tanya. "Ku rasa aku harus menikahimu agar aku tidak sibuk memasak apapun!" Ungkap Ong dengan mulut penuh ddeokbokki.

Daniel seketika menjitak kepalanya. "Jangan berharap! Langkahi dulu aku!" Katanya membuat semuanya tertawa geli.

Nayoung duduk disamping Daniel dan bersandar pada bahunya sementara Kyul Kyung memeluk bantal sofa dengan Minhyun dan Ong duduk dibawah, terlihat serius sekali melihat pertandingannya sampai Nayoung menyadari handphone Daniel yang terus saja bergetar.

"Niel, handphone mu terus bergetar." Kata Nayoung membuat Daniel memandangnya sekilas dan berakhir mengabaikannya saat berhasil membaca nama yang tertera dalam layar handphonenya.

"Angkatlah, sampai kapan kau akan menghindar terus?" Omel Kyul Kyung membuat Daniel memutar bola matanya.

"Nugu?" Nayoung ingin tahu siapa yang dimaksud Kyul Kyung.

Siapa sebenarnya yang menelepon Daniel? Kenapa ia tak mau mengangkatnya?

"Sekertaris Park. Orang suruhan Paman dan Bibi." Terang Kyul Kyung membuat Nayoung beroria.

"Angkatlah!" Mohon Nayoung membuat Daniel memandangnya sambil nampak berfikir.

"Baiklah..." Katanya pada akhirnya dengan malas. Wajahnya terlihat enggan tapi tangannya sudah berhasil menggapai handphonenya.

Kyul Kyung dan Nayoung saling berlirik kemudian tersenyum. Daniel sudah berjalan menjauh untuk bisa mendengarkan perkataan seseorang dari balik handphonenya karena diruangan ini suara Ong dan Minhyun benar-benar sudah seperti sporter sepak bola.

"MWO?" Suara keterkejutan Daniel membuat Nayoung dan Kyul Kyung menoleh.

"Eonni, sepertinya kau harus melihat dia." Saran Kyul Kyung membuat Nayoung segera berdiri dan menghampiri Daniel.

Nayoung melihat Daniel terduduk lemas dilantai dan bersandar pada dinding membuatnya bergegas dan berjongkok untuk memeluk tubuh kekar nan lemah itu.

"Wae?" Tanya Nayoung lembut. Daniel sudah menyandarkan kepalanya pada dada Nayoung.

"Wanita itu...Dia koma." Ucapnya dengan suara serak, seolah berusaha menahan tangisnya.

Wanita? Siapa maksudnya?

"Nugu? Eommamu?" Duga Nayoung membuat Daniel mengangguk. Kemudian Daniel segera melepaskan dirinya dari pelukan Nayoung memandang wajah khawatir Nayoung dengan sendu.

Ada sesuatu yang ia ingin katakan, tapi apa?

"Wae? Apa yang ingin kau katakan? Katakan saja, aku akan mendengarkannya." Ucap Nayoung terlihat berusaha meyakinkan Daniel.

"Ku rasa aku harus ke Amerika. Aku tidak tau kapan akan kembali? Selain menemaninya, aku juga harus membereskan semua kekacauan di perusahaan." Terangnya yang seketika membuat Nayoung terlihat terkejut untuk sesaat tapi gadis itu berusaha secepat mungkin mengendalikannya.

"Hoh, aku akan menunggumu. Jadi, kau harus segera kembali jika urusanmu telah selesai." Ucap Nayoung dengan terus memaksakan senyum palsu itu, membuat Daniel segera mendekapnya dalam pelukannya.

Open Up | COMPELETEOnde as histórias ganham vida. Descobre agora