"Apa liat-liat?"

Nata membulatkan matanya saat pria itu membuka matanya dan menatap Nata datar.

Dia kan!!!

Gua? Satu kelas sama manusia iblis ini?!

"Nata? Kenapa masih berdiri? Ayo duduk" Suruh bu Dwi. "I-ya bu" Nata meletakan tasnya dan segera duduk.

"Tolong di bagiin kertas rangkumanya ya kebelakang" Ucap Bu Dwi lantang.

Nata memutar badanya kebelakang, dan dia melihat pria iblis yang di ketahui bernama Nael ini tengah tertidur pulas.

"Woi Nih!"

Nael, dia membuka matanya dan bangun lalu mengambil kertas dari tangan Nata dengan cepat dan kembali tidur.

"Gila..."

"Apa lo bilang?!" Nael menendang kaki kursi Nata. "Gak" Nata mengadikan bahunya ke atas.

~~~

Nata berjalan menuju kantin bersama satu teman barunya, namanya Dea.

Si cerewet dan pecinta kisah romantis yang ada di dunia ini. Dia senang, mendapatkan satu teman yang langsung akrab denganya.

Dia merasakan aura kelasnya seakan-akan menolak kehadiranya secara halus melalui tatapan.

Hanya Dea, yang menatapnya dengan tatapan hangat.

"Lo pasti heran kan, kenapa Nael bisa nge hukum lo sampai sesadis itu?" Dea, menyodorkan Pop Ice kearah Nata.

"Ahhhh... manusia itu" Nata hampir saja menumpahkan isi Pop Ice nya karena dia meremas cup esnya.

"Dia itu Ketua Kesiswaan di sekolah ini, ya... wewenangnya bisa menghukum siswa yang melanggar aturan sekolah. Sadisnya... melebihi guru BK" Jelas Dea.

"Kenapa di pilih!" Pekik Nata geram sekali, otak siswa di sekolah ini datar atau bagaimana sih?!

"Ya kan dia ganteng, dan tegas" Bela Dea sambil senyum-senyum. "Halah..." Acuh Nata tak perduli.

"Gua suka sama dia... besok gua mau ngungkapin perasaan gua sama dia. Sakit lama-lama di pendem Nat..."

Cur....

Nata menyemburkan pop ice yang ada di mulutnya ke roknya seketika juga.

"Lo gila?! Cowo itu?" Nata menatap Dea ngeri. "Gua udah suka sejak SMP, karena waktu itu dia nolongin gua pas di kolam renang karena kaki gua keram, dan di situ dia ganteng banget!!!" Dea berbinar-binar.

"Tapi... 000,1mm pun gua gak pernah masuk pandangan mata dia, sedih ya Nat?" Dea tersenyum getir.

"Lo serius?" Nata menatap Dea khawatir. "Gua duarius" Dea tertawa lepas, bahagia sekali. Nata tersenyum kecil, mengiyakan saja.

"Jatuh cinta itu gak perlu alasan Nat, sesakit apapun dia melukai pasti ada saja kebodohan kita buat kembali lagi" Dea tertawa, Nata menganggukan kepalanya.

Cintanya Dea sudah mendarah daging ternyata...

"Semoga sukses Dea!" Nata menyemangati.

~~~

Nata berjalan secepat mungkin mengejar Dea yang meninggalkanya sendirian di kantin.

"Dea tunggu bentar!-"

Prak....

Nata menatap sebuah pecahan piala yang tak berbentuk lagi di bawah kakinya, lalu beralih menatap orang yang membawa piala itu.

Mampus aja gua... mampus!

"So...rry" Nata menundukan kepalanya,menghindari tatapan tajam Nael yang seakan siap membunuhnya walau hanya tatapan mata.

"Cuma maaf?" Nael berjalan mendekati Nata secara perlahan. "Ehh...mm" Nata berjalan mundur dan menabrak dinding koridor.

"Maaf doang gak bisa bikin piala gua betul!" Kini, Nael meletakan tanganya di dekat wajah Nata, menjegat Nata kabur.

"Ter...terus, gua harus gimana?" Nata masih tak berani menatap wajah Nael.

"Betulin sampe ke bentuk semula, tanpa ada satu partikel pun yang hilang" Nael memegang dagu Nata, menaikanya keatas, menatap wajahnya.

"Ngerti gak?!" Tanyanya kesal. "Iya ngerti kok..." Nata mengangguk ngerti. "Pungut tuh!" Nael berlalu pergi meninggalkan Nata.

Nata berjongkok dan mulai memunguti serpihan piala milik Nael, hidup matinya ada di piala ini.

Serpihan piala ini... kupegang erat... akan ku bawa sampai ku mati...

Nata pun berjalan menuju kelasnya seperti orang gila yang membawa pecahan piala.

~~~

Dia meraih kunci Apartementnya susah payah dari dalam tasnya, tak lama pintu terbuka.

"Ahhhhh..."Dia menidurkan tubuhnya di kasur Matras yang hanya cukup untuk seorang diri.

Tempat ini jika di bilang Apartement terlalu mewah, ya semacam kost lah tapi lebih bagusan.

Tidak ada kamar, hanya ruang tengah, kamar mandi, dapur dan balkon sempit untuk menjemur baju.

Apartement mini ini terdiri dari 5 lantai dan pemiliknya pun teman dari ibunya.

Nata... dia berjalan kearah meja belajar kecilnya sambil mengeluarkan pecahan piala Nael dari tasnya.

"Gimana ini? Mana mungkin bisa jadi kayak semula?" Nata mulai putus asa.

Hari ini dia di buat gila oleh pria iblis bernama Nael, bukan karena Cinta tapi karena sifat Sadisnya.


Nata&NaelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang