30- Pacar?

3.5K 219 40
                                    

Tak selamanya yang kamu lihat itu tepat dan tak selamanya yang kamu dengar itu benar. Jadi, apa bisa kamu menebak keduanya dengan rasa? Bukan sekedar kata atau omong kosong belaka.
***

Maura berdiri ragu di depan pintu bercat abu. Semenjak kemarin setelah aksi kaburnya, akhirnya ia memutuskan pulang setelah didesak Risa. Sahabatnya sudah mengetahui hubungannya dengan Dinda, bahkan sempat marah karena dirinya menyembunyikan hal tersebut.

Risa mengantarnya sampai taksi, mewanti-wanti sang sopir agar mengantarkan Maura ke tempat yang dituju.

"Mou?" Suara itu terdengar beberapa detik setelah pintu terbuka.

Mendongak, matanya bertubrukan langsung dengan kornea milik sang kakak. Dinda mengambil satu langkah lalu menariknya ke pelukan.

"Kenapa baru pulang?" tanyanya, "Kami khawatir."

"Maaf." Hanya itu yang keluar dari bibirnya. Tatapan Maura tertuju pada sosok di belakang Dinda yang kini berjalan mendekat.

"Pah?" gumamnya lirih. Mereka mengurai pelukan. Maura menghampirimu lelaki paruh baya itu.

"Nakal ya kamu, udah belajar kabur-kaburan. Udah bosen hidup bareng papa?" ucapan tersebut membuat matanya berkaca-kaca.

"Papa," bisiknya lirih lalu memeluk sang papa. "Maaf, Pa."

"Kenapa minta maaf?"

"Karena aku udah sering nyusahin kalian." Maura berkata dengan nada bergetar.

"Maaf, nggak seharusnya kamu tahu dengan cara seperti ini."

Maura mengalihkan tatapannya pada Dinda lalu menggeleng. "Bukan salah kalian. Sebenarnya aku udah tahu dari lama."

Sontak Dinda dan sang papa saling bertukar pandang. "Kamu tau dari mana?"

Maura tersenyum getir. "Dulu aku pernah nggak sengaja nguping pembicaraan kalian."

"Mou, kenapa nggak bilang sama kita?" Tidak bisa Dinda bayangkan bagaimana perasaan adiknya yang harus berpura-pura tak tahu apa pun.

"Aku ... saat itu terlalu takut. Aku nggak pingin pergi dari rumah ini, apalagi saat itu kita baru baikan dan-"

"Kenapa pikiran kamu sesempit itu?" potong Dinda cepat.

"Udah, Dinda. Yang penting sekarang Maura udah pulang." Sang papa menatap putri bungsunya. "Dan kamu, Mou. Sekali lagi kamu mencoba pergi dari rumah, jangan berharap Papa akan memaafkan kamu!"

Dengan takut Maura mengangguk. Ia sudah berjanji tidak akan minggat lagi. Dirinya tidak punya tujuan.
***

Tak terasa dua bulan telah berlalu. Siswa kelas 12 sudah selesai menjalani Ujian Nasional. Mereka hanya sesekali datang ke sekolah untuk mengurusi beberapa berkas.

Maura sendiri menjalani rutinitasnya sebagai siswi kelas sebelas dengan lebih giat karena sebentar lagi akan melaksanakan ujian kenaikan kelas. Ia sebenaranya merasa kehilangan, sekolah yang biasanya ramai kini terasa sepi. Hanya sesekali ia dapat bertemu dengan Gavin, Reno, serta Wisnu.

Nathan? Semenjak kejadian itu mereka seperti orang asing.

Mendengar bel berbunyi, Maura yang berada di kantin memutuskan beranjak menuju kelas. Langkahnya melambat mendapati sosok yang berdiri tak jauh darinya. Keduanya sempat tertegun.

Tersadar, Maura segera membuang pandangan dan mempercepat langkah. Tak ada seuntas senyum yang dulu senantiasa ia pamerkan.

Maura menghembuskan napasnya setelah berhasil melewati mantan crush-nya.

(Not) With You (Revisi)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum