29- Sebuah Nama Dipikiran

3.4K 240 12
                                    

Tanpa kamu sadari, akan ada sebuah nama yang melekat dipikiramu. Dan itu, aku.
***

Sorak sorai menggema. Maura dan Kiana berjalan beriringan mencari tempat duduk. Kebetulan untuk pertandingan futsal diadakan di gor yang SMA Antara miliki. Maura akui sekolah ini memang memiliki fasilitas lengkap.

"Eh Mou! Kak Gavin, tuh!"

Maura mengikuti arah yang ditunjuk sahabatnya. Gavin dan Reno melambaikan tangan lalu menunjuk kursi di samping mereka yang kosong. Tanpa aba-aba keduanya berjalan mendekat.

"Semangat Bian!"

Teriakan Kiana membuatnya ikut mengalihkan pandangan ke arah lapang. Tatapannya terarah pada sosok yang sedang tertawa sambil melakukan pemanasan. Merasa di perhatikan, cowok itu menoleh hingga tatapan keduanya beradu. Maura tak berkutik dan malah terhanyut ke dalamnya.

Suara peluit membuat Maura mengerjapkan matanya. Didapatinya Azka tengah tersenyum ke arahnya. Maura membalas senyuman tersebut begitu saja.

"Semangat!" Maura menggumamkan satu kata itu tanpa suara.

Senyum Azka semakin lebar membaca pergerakan bibirnya. Sesuatu dalam dadanya membuncah hebat.

Teriakan para suporter membahana mengikuti jalannya pertandingan. Gavin beberapa kali memprotes saat melihat sepupunya tersungkur karena unsur kesengajaan dan wasit mengabaikan hal itu. Pun Maura yang ikut cemas karena Azka tetap memaksakan diri.

Walaupun begitu, akhirnya tim futsal dari Angkasa masuk final. Pertandingan selanjutnyaa mereka akan memperebutkan posisi juara satu, melawan tuan rumah yang bermain dengan sangat baik.

Maura turun dari tribun, kebetulan pertandingan akan di lanjutkan setelah sore. Ia memutuskan untuk istirahat, makan, dan menunaikan kewajibannya sebagai umat muslim. Kiana sudah berlari ke pinggir lapangan untuk menghampiri Bian. Ia sendiri mengikuti Gavin menuju kantin.

"Mau pesen apa?" tanya cowok bersuara serak di sebelahnya.

"Samain aja, Kak."

Gavin mengangguk lalu melirik Reno. "Lo sih?"

"Sama, cuma minumnya cappucino."

"Oke, gue pesen dulu," ucapnya berlalu.

Maura mengangguk lalu melirik Reno yang tengah memperhatikannya. Cewek itu melemparkan tatapan bertanya. "Kenapa sih?"

Reno menyugar rambutnya dan menyimpan kedua tangan di atas meja. "Kata Nathan lo sama Dinda lagi deket. Terus tadi gue sempet liat kalian ngobrol."

"Oh ... iya. Kenapa emang?" Maura bergerak gelisah.

"Nggak apa-apa, cuma aneh aja liat kalian deket," ujar Reno.

Maura bingung harus memberi tanggapan apa. Beruntung Gavin sudah kembali membawa pesanan mereka. Di sebelahnya ada Azka yang berjalan mendekat.

"Eh ini punya kakak sama Reno." Gavin menjauhkan dari jangkauan Maura yang hendak mengambil mangkuk dari tangannya. Cewek itu mencebik sebal. "Tuh yang kamu dipegang Azka."

Maura tersenyum girang setelah Azka menyodorkan semangkuk mie ayam ke hadapannya.

"Makasih Azka-ku yang ganteng!" serunya.

Gavin dan Reno berdecak bersamaan, berbeda dengan sang pemilik nama yang hampir menjatuhkan nampan di tangannya. Azka berusaha menstabilkan jantungnya yang berdetak liar.

"Jangan percaya, Ka! Dia suka gitu kalau ada maunya."

Azka berusaha menutupi raut salah tingkahnya dengan kekehan. Ia kemudian mendudukkan diri di sebelah Maura.

(Not) With You (Revisi)Where stories live. Discover now