20- Imajinasi dan Fakta

3.4K 280 27
                                    

Kamu adalah imajinasi di antara fakta-fakta yang menyakitkan
***

Sore ini Maura meminta Nathan untuk mengajarinya pelajaran kimia, mengingat ulangan harian minggu kemarin ia mendapat nilai di bawah rata-rata. Sebelumnya Nathan sempat menolak, tapi Maura memohon-mohon dengan wajah menyedihkan andalannya, padahal Maura bisa meminta diajarkan Risa yang pandai dalam pelajaran tersebut. Ck dasar, Maura dan modusnya.

"Udah lama?" Maura mengangkat wajahnya dari buku yang sedari tadi ia baca. Mendapati Nathan berjalan ke arahnya, ia bergeser memberikan tempat duduk. "Kak Nathan bener gak lagi sibuk?"

"Enggak," jawab Nathan memandangi Maura yang terlihat berbeda. Tak biasanya cewek itu membiarkan rambut panjangnya tergerai. Jujur saja, Nathan pangling dibuatnya. "Kamu cantik."

Rona kemerahan muncul di wajahnya. "Ma-makasih, Kak," gugup Maura merapikan rambut ke belakang telinga. Nathan yang sadar telah memuji Maura, berdehem menghilangkan kecanggungan. "Em bisa kita mulai sekarang belajarnya?"

"Mana yang gak ngerti?" tambahnya lagi menatap Maura yang tengah membuka setiap halaman bukunya.

"Ini bab yang-" ucapan Maura terhenti ketika ponsel di pangkuannya bergetar. "Bentar, Kak."

Nathan mengangguk. Membaca pesan masuk, Maura seketika meringis dalam hati. Terlalu fokus pada pujaan hatinya, ia sampai melupakan jadwal latihan seni musik. Kalau saja Azka tidak mengiriminya chat, mungkin ia tidak akan ingat sama sekali. Maaf, Ka. Kali ini aja, batinnya lalu menyimpan benda pipih tersebut ke saku kardigan. Ia pikir latihan dengan Azka bisa lain waktu.

"Siapa?" tanya Nathan penasaran.

"Oh, ini temen nanyain sesuatu," bohongnya kemudian membuka halaman buku yang sempat tertutup.

Getaran ponsel kembali terdengar, tapi dari pemilik yang berbeda. Nathan terdiam sejenak mendapati nama yang terpampang di layar.

Wajah ceria Maura langsung bertekuk, membiarkan Nathan mengangkat panggilannya. Lagi-lagi Naina mengganggu ketentramannya. Pasti cewek di seberang sana meminta Nathan mengantarnya ke suatu tempat. Maura tidak bisa membiarkan cowok itu pergi begitu saja setelah ia mengorbankan waktu latihannya dengan berbohong pada Azka sedang mengantar mamanya pergi ke dokter.

Maura memutar otaknya mencari cara untuk menahan cowok itu. Kali ini biarkan ia mendapatkan apa yang diinginkannya. "Itu dari kak Naina ya?"

Nathan yang baru selesai menelepon mengangguk ragu. "Dia minta anter ke tempat les."

Sesuai tebakan.

"Kalau Kak Nathan mau pergi gak papa." Maura berpura-pura memaksakan senyumnya. "Belajarnya mungkin bisa lain kali."

Melihat kekecewaan di mata cewek itu sebagian hatinya tersentuh. Nathan menghela napas lalu meraih ponselnya untuk menuliskan sesuatu di sana.

"Yuk, lanjut belajar nya. Biar Naina pergi sendiri aja."

Maura mengangguk, menatap tak enak pada cowok itu, padahal diam-diam tersenyum kemenangan. Maura tidak jahat, bukankah cinta memang membutuhkan perjuangan? Dan ini adalah bentuk perjuangannya.

Selesai belajar mereka memutuskan untuk mengisi perut terlebih dahulu. Maura tentu senang bukan main karena Nathan yang berinisiatif mengajaknya.

"Udah selesai, 'kan?" Melihat anggukan cewek di sampingnya, Nathan berdiri. "Ya udah, pulang yuk!"

Setelah membayar makanan mereka berjalan beriringan. Mata Maura langsung membola mendapat seseorang tengah memarkirkan motornya. Refleks ia memegang lengan Nathan, menyembunyikan badannya. Nathan yang merasa aneh sempat bertanya yang hanya ia balas dengan gelengan.

(Not) With You (Revisi)Where stories live. Discover now