2- Cemburu

7K 561 16
                                    

Biar saja kamu dengannya sekarang, asal kamu denganku suatu saat. Sesimple itu.
***

Maura merasa ada yang berbeda di kelasnya semenjak pagi. Terlebih saat mendapati beberapa teman perempuan yang biasanya langsung berhamburan keluar kelas setelah bel istirahat berbunyi, kini lebih memilih berkerumun di tempat duduk teman sekelasnya, Bian.

Ditambah kedua sahabatnya yang ikut memilih diam di dalam kelas. Kiana malah ikut berkerumun. Bersyukur karena sahabatnya yang satu lagi masih setia duduk di sampingnya. Novel di tangannya sepertinya lebih menarik.

"Ada apa sih, Ris? Tumben anak-anak cewek ngumpul di meja Bian, eh bukannya Bian juga udah keluar kelas ya dari tadi?" Bingung Maura melihat cowok itu sudah beranjak. Risa yang tengah fokus pada buku bacaannya pun menoleh. "Maura Anindya, sejak berpuluh-puluh menit yang lalu elo ke mana aja sih? Ada murid baru aja sampai gak tau, parah!"

"Lah masa sih?"

Risa hanya menggeleng melihat kelakuan sahabatnya.

"Eh? Itu sejak kapan Kiana jadi genit?" Maura menunjuk ke arah Kiana yang ikut berdempetan dengan teman sekelasnya yang lain.

Risa mengedikkan bahu. "Sejak jadi korban ghosting Bian kali."

Maura tak berkomentar lagi malah memiringkan wajah dan menyipitkan kedua matanya, ingin melihat lebih jelas wajah anak baru tersebut. Ketika mengetahui siapa sosok yang dimaksud, Maura membeliak dengan tangan menutup mulutnya, berbeda dengan si murid baru yang menyeringai.

Cowok itu bangkit dari duduknya dan berjalan mendekat. "Hai Maura! Kebetulan yang menyenangkan ya bisa sekelas."

"Az-Azka?"

***

Bel istirahat baru saja berbunyi, suasana koridor yang sepi menjadi ramai seketika. Murid-murid SMA Angkasa kini memenuhi koridor menuju kantin meski tak sedikit pula yang berbelok ke arah toilet atau perpustakaan.

Di antara kerumunan tersebut terlihat sepasang sahabat berjalan beriringan. Nathan dan Naina adalah dua siswa yang selalu menjadi pusat perhatian. Mereka memiliki visual yang membuat banyak orang iri.

Nathan Arkana Biru memiliki rupa bak lukisan. Hidungnya yang mancung menjadi salah satu dari anggota tubuh yang disukai. Jangan lupakan kulit putih pucatnya yang bersih. Lalu, ada Naina Azalea Bintari. Cewek bertubuh semampai bak model di majalah remaja itu memiliki raut ayu yang membuat orang-orang betah memandangnya.

Naina mengaitkan lengan pada cowok di sebelahnya. Tak lelah berceloteh sepanjang jalan menuju kantin. Nathan sendiri menanggapi dengan senang hati. Sampai tempat tujuan, mereka melangkah ke arah pojok di mana sudah ada dua siswa yang menunggu. Namun, raut mereka berubah sebal melihat dengan siapa Nathan datang.

Mungkin Nathan merupakan sahabat mereka, tapi tidak dengan cewek yang merupakan sahaba kecil Nathan. Entah mengapa keduanya tidak bisa akur dengan Naina sejak dulu.

"Pantesan lama!" celetuk cowok berwajah baby face lalu menyeruput es jeruk di tangannya. Naina yang merasa tersindir melengos seketika. Kalau bukan karena paksaan Nathan, ia lebih memilih bergabung dengan sahabat perempuannya.

"Jangan mulai deh, Ren!" Nathan melemparkan tatapan penuh peringatan pada Reno yang malah melirik pada cowok di sebelahnya, Gavin. Mereka saling melempar senyum sinis sebelum fokus pada makanan masing-masing.

Menghela napas, Nathan menarik kursi dan mempersilahkan Naina duduk. Melihat pemandangan di depannya, Gavin yang sejak tadi hanya diam kini berdecak. Nathan yang memperlakukan Naina bak ratu membuat mereka tidak suka. Sudah jelas perasaan sahabatnya pada cewek itu bertepuk sebelah tangan, tapi Nathan yang sudah bucin tak mempan diberi tahu.

"Maura tuh! Makin hari tambah lucu aja," tunjuk Reno yang refleks membuat Nathan mengikuti arah pandang sahabatnya. Tak jauh dari posisi mereka, tampak sosok mungil dengan rambut yang dicepol berantakan tengah berceloteh bersama teman sekelasnya

Naina yang tak suka focus Nathan teralih segera menarik lengan cowok itu dan berkata, "Lucu apanya? Nyebelin sih iya."

"Lebih nyebelin yang ngomong sih." Pelan, tapi menohok.

Reno yang mendengar gumaman Gavin hanya bisa menahan tawa, berbeda dengan kedua orang di seberangnya yang menampakan raut sebaliknya.

"Apa lo bilang?" Naina yang mulai terpancing memukul meja di depannya. Gavin sendiri hanya memutar bola mata malas.

"Udah, Nai!" pinta Nathan menahan lengan sahabat yang merangkap sebagai pujaan hatinya itu.

Naina menatap cowok di sebelahnya tak terima. "Tapi Nath, sahabat kamu itu nyebelin banget sih!"

Mendesah berat, Nathan mengusap bahu Naina, meminta untuk tenang. Ia kemudian beralih pada kedua sahabatnya, memberikan gelengan kecil. Nathan tak meminta banyak hal. Ia hanya ingin kedua sahabatnya dan Naina akur. Itu saja sudah cukup.

***

Cemburu adalah hal normal yang dirasakan seseorang saat melihat sosok yang disukainya begitu dekat dengan perempuan lain, begitupun Maura. Melihat sang pujaan hati merangkul bahu Naina membuat sesuatu dalam dadanya terasa terbakar.

Ingin sekali Maura menggebrak meja di depannya, tapi Risa yang duduk di depannya terus berusaha membuatnya agar tetap tenang. Sudah cukup Maura sering bersikap tidak tahu malu saat mengejar Nathan.

Tak ingin melihat sahabatnya larut dalam amarah, Risa menyuruh segera menghabisakan makanannya lalu kembali ke kelas. Kebetulan sebentar lagi bel pertanda istirahat berakhir berbunyi. Maura yang berjalan sembari menunduk dan mendumel malah menabrak siswa lain yang berjalan dari arah berlawanan.

"Eh sorry, gue lagi main ponsel jadi gak liat."

Suara asing tersebut membuat Maura mendongak. Matanya memicing seketika mengetahui siapa yang bertabrakan dengannya.

"Sorry? Lo tuh kalau jalan hati-hati dong!" teriak Maura memegang dadanya.

Azka yang tadinya merasa bersalah kini malah mengernyitkan dahi, berbeda dengan Risa yang hanya bisa mengumpati sahabatnya dalam hati. Cewek itu menyenggol lengan Maura. "Yang kena itu dahi, Mou!" ucapnya gemas. Untung saja Kiana tidak ikut ke kantin dan memilih mencari jajanan di luar sekolah. Kalau tidak, Maura akan habis diserang cubitan penuh emosi.

"Eh? Iya ya," gumam Maura lalu menatap polos pada cowok di depannya yang menatap takjub dengan sikapnya.

"Ada apa nih?" Suara lain yang masuk membuat ketiganya menoleh.

Gavin menyeruak di antara adik kelasnya. Dulu mereka tidak terlalu dekat, tapi menjadi sering saling sapa semenjak Maura menobatkan diri menjadi pengagum terang-terangan Nathan. Lebih tepatnya setelah peristiwa di mana Gavin mengambil minumannya di lapangan basket waktu itu.

"Gue ke sini kok malah pada diem sih?" tanya Gavin heran.

Maura melirik Risa yang hanya mengedikan bahu. Ia kemudian menggeleng. "Gak papa, Kak."

"Lo tumben gak nyamperin Nathan?" pertanyaan itu berhasil membuat Maura terdiam. Jangan tanya bagaimana Azka yang sedari hanya memandang tak mengerti.

"Gak deh lagi absen." Maura menjawab dengan nada sebal. Hal tersebut dengan mudah membuat Gavin paham. Pasti karena sahabatnya sedang bersama Naina.

"Duluan Kak!" pamit Maura tak semangat. Risa sempat melempar senyum sopan pada kakak kelasnya sebelum mengikuti langkahnya yang sudah berlalu pergi lebih dulu.

"Elo gak pernah bilang kalau dia aneh," gumam Azka melirik cowok yang merupakan putra dari kakak mamanya. Gavin terkekeh sebelum bertanya pada adik sepupunya, "Tapi lucu, kan?"

Azka memandangi pintu kantin yang menampilkan penampakan punggung teman sekelasnya. "B aja." 

Tbc

Hai!
Mana nih yang udah lupa sama jalan ceritanya?
Yuk komen yang baca ulang cerita ini!

(Not) With You (Revisi)Where stories live. Discover now