28- Thanks Azka

3.4K 243 13
                                    

Karena untuk jatuh hati padamu memang begitu mudah. Yang sulit adalah membuatmu balik jatuh hati padaku.
***

"Maura deket banget ya sekarang sama Dinda?"

Gavin yang tengah memakan kuaci mengerutkan dahinya kemudian menggeleng, sedangkan Nathan malah kembali mengutarakan rasa penasarannya. "Masa sih lo nggak tau? Tadi pagi gue liat mereka berangkat bareng. Dinda bonceng Maura."

"Lo bercanda, ah!" sanggah Gavin. Setahunya mereka tak pernah memperlihatkan kedekatan apapun. "Maura udah maafin elo?"

Nathan menggeleng. "Belum, tadi pagi pas mau nyamperin dia langsung kabur. Makanya gue ke kelas barengan sama Dinda karena itu tadi mereka berangkat bareng."

"Sejak kapan mereka deket?" Gavin mencondongkan badannya, melirik Dinda yang asik mengobrol dengan teman sebangkunya.

"Udah lumayan lama. Gue kira lo tau makanya nanya." Nathan menggaruk kepalanya. "Lo masih inget kejadian di depan kelas waktu Dinda ngajak bicara tiba-tiba?"

Gavin mengangguk.

"Sebenarnya Dinda marahin gue bukan karena Naina, tapi belain Maura. Dia tau rencana gue."

Gavin tertegun. Jadi, dulu dirinya salah paham?

"Gue mau ke koperasi dulu, kali aja ketemu Maura." Nathan bangkit dari duduknya, meninggalkan Gavin yang masih terdiam.

Harapan Nathan terkabul. Maura muncul dari dalam kelas sambil memeluk sebuah buku. Menyadari kehadiran, cewek itu hendak berbalik, tapi Nathan langsung mencegahnya.

"Jangan lari!"

Cewek imut itu mendengkus tanpa memandangnya. Hal tersebut membuat Nathan tersenyum miris. Maura yang dulu selalu mengikuti ke manapun pergi kini terus menghindarinya.

Ini bukan tentang cinta datang terlambat karena ia tahu yang dirasakannya bukan cinta. Nathan hanya, apa ya? Merasa kehilangan? Dan merasa bersalah tepatnya.

Nathan sudah terbiasa dengan kehadiran Maura di sekitarnya.

"Mou, gu ... mm aku nggak bakal meminta kamu memaafkan semuanya setelah apa yang terjadi. Aku bakal nunggu kamu yang memaafkan dengan suka rela," lirihnya lalu berbalik melanjutkan langkahnya menuju koperasi.

Ada rasa lega meski Maura belum memaafkannya, setidaknya cewek itu mau mendengarkan perkataannya.

Kalau saja dulu ia tak memanfaatkan Maura, setidaknya menerima sebagai teman mungkin keadaanya akan berbeda. Namun, ia tak bisa mengembalikan waktu.

Satu orang telah pergi karena keegoisannya.
***

Maura turun dari taksi dengan gaya sporty-nya. Beberapa hari yang lalu Gavin mengajaknya bersepada di taman dan baru hari ini terealisasikan.

"Makasih ya, Pak."

Cewek itu menyerahkan tiga lembar dua puluh ribuan setelah sang sopir membantu mengambil sepedanya yang disimpan di bagasi. Maura menyeret sepedanya memasuki halaman rumah Gavin yang terlihat asri.

"Kak Gavin!" Maura mengetuk pintu kayu bergaya klasik. Ia mengeluarkan handphone, hendak menghubungi Gavin ketika pintu terbuka, menampakan cowok itu yang sudah rapi dengan mengenakan kemeja abu, jeans serta sneaker kesayangannya, tak lupa tas yang tersampir di bahunya.

"Loh, Mou ada apa?"

Maura menjatuhkan rahangnya seketika. "Kak Gavin nggak ingat?"

Gavin yang mendapati sebuah sepeda tergelatak di undakan tangga tersadar lalu menepuk dahinya.

(Not) With You (Revisi)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin