Part 17 - I Miss You

2.6K 86 1
                                    

Setelah memasuki mansion, Ryan berjalan menuju ke arah ruangan yang memang di khususkan untuk Daddy nya mengurus pekerjaannya.

"Ada apa daddy memanggil ku?" tanya Ryan setelah sampai di ruangan kerja Daddynya

"Dasar gak ada sopan santunnya, ucap selamat pagi atau apa dulu, malah langsung to the point, dasar anak durhaka....."

Ryan hanya terdiam, tidak menjawab ocehan Daddy nya itu, buat apa emangnya?

"Daddy ada pertemuan dengan rekan kerja Daddy di salah satu restoran, namun Daddy sedang ada pertemuan yang lainnya yang lebih penting, bisakah kau menggantikan Daddy?" 

"Tentu saja aku bisa, kapan itu Dad?"

"Besok malam tepatnya di Canlis, Seattle."

"woaw! baguslah sudah lama aku tidak menikmati wine di sana. Baiklah Dad, tenang saja, kerjasama mu ini akan berjalan lancar." ucap Ryan percaya diri. Tentu saja.

Setelah itu Ryan pun keluar dari ruangan Daddynya dan meninggalkan mansion.

Memasuki mobil kesayangannya dan mempersiapkan dirinya untuk pertemuan besok.

ㆁㆁㆁ

Ryan di pagi hari sudah di sibukkan dengan berbagai berkas yang harus ia tanda tangani, belum gitu ia juga sangat merindukan Kylie, ingin rasanya ia pergi ke apartement wanita itu, namun perkerjaan lah yang harus ia nomor satu kan.

Mulai dari kontrak kerja sama, meeting, permintaan kerja sama, pembayaran yang harus ia cek, sungguh Ryan merasa sangat pusing, andai wanitanya itu berada disampingnya, pasti ia akan merasa semangat tingkat tinggi untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Mengambil salah satu berkas, Ryan pun membacanya, perlahan lahan, hingga dahinya pun mulai mengkerut.

"Berkas apaan ini? Bagaimana bisa bisanya ia meminta imbalan seperti ini? Brengsek!" kesal Ryan, lalu ia menelfon sekretarisnya.

"Angel, kapan kamu menerima berkas dari Wijaya Corp?" tanya Ryan melalui telfon kantor.

"Saya menerima berkas itu dari kemarin sore pak." jawab Angel sekretaris Ryan.

"Yang datang cewek apa cowok?"

"Cewek pak, katanya dia sekretaris dari pak Wijaya." jawab Angel lagi.

"Baiklah, terimakasih." selesai Ryan, lalu menutup telfonnya.

Setelah selesai menelfon sekretarisnya, Ryan pun menatap kosong ke arah berkas yang masih ia pegang sedari tadi.

"Sadar! Sadar!" ucap Ryan kepada dirinya sendiri, yang setelah itu ia buang berkasnya ke tong sampah.

Ryan pun melanjutkan kembali pada pemeriksaan berkas berkasnya, jika tidak segera di selesaikan,  maka setiap jamnya akan tambah banyak berkas yang memenuhi mejanya itu.

Pagi menjelang siang, tidak terasa Ryan sudah berjam jam berada di ruangan kekuasaanya, hingga saat ia melihat jam tangannya.

Waktunya makan siang

Ryan yang tidak mau meninggalkan ruangannya, karna sudah saking nyamannya itupun, menelfon kembali sekretarisnya untuk menitip makan siang, dan membawakan kepadanya sehabis selesai makan.

Sambil menunggu makan siangnya, Ryan kembali memikirkan Kylie, sudah 3 hari ia tidak mengunjungi apartement Kylie.

Sedang apa dia?

Apakah sudah bangun?

Apakah sudah makan?

I really miss her

Hanya itu yang bisa Ryan fikirkan, karna ia tidak mau menelfon Kylie, maka sebagai gantinya besok ia akan mencari Kylie di apartementnya, agar bisa melihat wajah indahnya itu.

Setelah menunggu 1 jam lebih, akhirnya makanan Ryan sudah di antarkan ke ruangannya. Dengan perut yang lapar karna tadi pagi ia belum sarapan, maka tidak heran jika ia begitu lahap memakan makanan itu.

Andai Kylie disini

Makanan yang di beli oleh Angel adalah makanan cepat saji, yang biasa di beli oleh kebanyakan orang. Ryan tau bahwa makanan itu tidak sehat namun mau bagaimana lagi? Ia suka makanan yang seperti itu.

Setelah menikmati makanan, dan membereskan beberapa berkas yang sudah di periksanya. Ryanpun bergegas dan pulang ke mansionnya, karna ia malam nanti akan ada pertemuan dengan rekan kerja Daddynya.

Malam harinya

Dengan setelan kemeja putih di lapisi jas hitam, beserta dasi yang bertengger rapi di lehernya, Ryan berjalan menyusuri sebuah restoran yang sudah di janjikan oleh rekan kerja Daddynya itu.

Menunggu, sambil menikmati wina yang sangat terkenal di tempatnya itu, Ryan memutar mutarkan winenya di meja, sama seperti yang di lakukan kebanyakan orang.

Restoran yang bisa di bilang, adalah tempat yang sangat mahal, karna adanya wine berharga selangit itu, maka tidak heran, jika yang datang untuk makan atau sekedar menikmati wine, adalah orang orang yang berkecukupan tinggi.

Tidak menunggu terlalu lama, akhirnya orang yang Ryan tunggu sudah tiba.

Namun, mendadak emosi melanda dirinya.

"Buat apa mereka kemari? Apakah itu rekan kerja Daddy?" geram Ryan.

Orang itu berjalan mendekati Ryan, lalu mengulurkan tangannya. "Ryan? Sudah lama tidak berjumpa ya."

Ryan hanya terdiam, lalu melihat ke arah samping lawan bicaranya.

"Apakah itu anaknya?" batin Ryan.

Lalu Ryan pun berdiri lalu

"Ya, saya Ryan, dan senang berkenalan dengan anda, Mr. Wijaya?"

Destiny With YouWhere stories live. Discover now