Part 18 - Mission

2.3K 71 0
                                    

"Bagaimana kabar Daddy mu?" tanya Wijaya.

Ryan yang sedang memutar mutarkan gelas winenya itupun langsung berhenti, lalu mematap sinis ke arah Wijaya, yang setelah itu cepat merubah ekspresi wajahnya menjadi biasa kembali.

"Daddy? Hhmm dia baik baik saja, seperti biasa, bahkan stamina dalam dirinya makin bertambah, walau umurnya sudah sedikit tua." ucapnya, selalu menatap lurus ke arah Wijaya, dengan menaikkan satu sebelah alisnya.

Wijaya yang melihat tanggapan dari anak semata wayang dari sahabatnya itupun mengerutkan dahi tidak mengerti.

"Baiklah, karna kamu yang menggantikan Daddy mu hari ini, saya mau membicarakan sedikit tentang kerja sama perusahaan saya dengan perusahaan Daddymu, bagaimana?" ucap Wijaya.

"Kerja sama? Kerja sama bagaimana yang anda inginkan tuan Wijaya?"

"Mungkin Daddy mu belum memberi tahu mu, kerja sama ini akan melibatkan salah satu pembangunan, yang kami berdua buat, dan pembuatan perusahaan cabang baru yang sudah di atas namakan kami berdua sudah tertera di sana, dan sekarang tinggal membuat langkah akhir, yaitu tanda tangan kerja sama antar kedua perusahaan." jelas panjang Wijaya, lalu mengeluarkan sebuah map berwarna putih.

Ryan melihat map itu, lalu membacanya.

Ya semua yang dikatakan Wijaya benar, namun yang ia pikirkan sekarang bukanlah itu.

Ryan menutup map itu. "Maaf untuk sebelumnya tuan Wijaya, berhubung perusahaan yang di pegang Daddy ku sekarang sudah beralihkan kepada diriku, aku akan membatalkan semua kerja sama itu, dan akan memutuskan kontrak tersebut." ucap Ryan. Lalu berdiri pamit.

Wijaya yang mendengar keputusan dari Ryan pun geram.

Namun saat Wijaya hendak mengejar Ryan, anak dari Wijaya yang sedari tadi diam, kini menahan Daddynya.

"Sabar Dad, biarkan aku yang membantu Daddy kali ini." ucap perempuan yang tak lain adalah anak Wijaya.

Wijaya pun menganggung dan membiarkan anak satu satunya itu kini membantunya, karna yah biarkan saja anak muda yang bertindak sekarang.

"Baiklah, Daddy percaya dengan dirimu, namun Daddy ingatkan, kamu harus berhati hati jika berurusan dengan Ryan, dia sangat berbahaya, dan sangat berpengaruh di dunia ini." ucap Wijaya.

"Maka, karna dua sangat berpengaruh dengan dunia, maka aku akan membantu Daddy dengan caraku, Daddy tenang saja, ini tidak akan menghancurkan dirimu, termasuk karir mu Dad." ucap anak Wijaya.

"Lakukan lah, dan jangan mempermalukan nama Daddy mu ini, karna Daddy sudah memperingatkan dirimu atas dirinya." jelas Wijaya.

"Baik Dad, akan selalu ku ingat, Daddy pulang lah, nanti aku akan pulang dengan taxi."

"Oke, Daddy pulang dulu ya, Daddy tunggu kabar baiknya dari mu secepatnya." ucap Wijaya, lalu berdiri meninggalkan tempat terkenal itu.

ㆁㆁㆁ

"Hey! Tunggu..." Ryan yang mendengar teriakan itu langsung terhenti lalu menoleh kesamping.

"Kenapa langkah mu sangat lebar. Aku sangat lelah mengejarmu." ucap wanita itu.

Tidak peduli Ryan, ia pun kembali melangkah, dan menekan tombol pembuka kunci mobilnya.

Tri...tit...

Ryan pun membuka pintu mobil, dan hendak masuk kedalam, namun sebelum ia bisa masuk kedalam, ia tertahan oleh tangan wanita yang memegang jas mahalnya.

Ryan pun menoleh, dan menatap datar ke wanita yang mengejarnya tadi.

"Bisa gak jangan cepat cepat gitu. Heels ku lecet nih." gerutunya.

"Manja." batin Ryan.

"Kenalin aku Allcia." ucapnya yang tadinya ngosngossan sambil memegang lututnya, kini berdiri dengan tangan kanan yang terulur ke arah Ryan.

Allcia menyengir pelan, saat uluran tangannya di balas oleh pria di depannya. Dengan cepat ia menarik kuat, yang mengakitbatkan kini kedua bibir mereka tersentuh.

Ryan yang mendapatkan perlakuan wanita depannya itupun hanya terdiam. "Jalang."

Allcia yang tidak mendapatkan respon dari Ryan itupun, melepaskan ciumannya lalu mundur selangkah.

Ia lalu menunduk "maukah kau minum bersama ku sebentar di dalam?" ucap Barbara.

Ryan tertarik untuk mengikuti permainan wanita jalang di depannya. Ia pun menutup pintu mobil, lalu mengunci mobilnya menggunakan remot.

Allcia yang mendengar detukan suara pantofel pria itupun mengangkat kepalanya, lalu tersenyum lebar.

Di dalam ruangan VVIP yang di duduki oleh Ryan sebelumnya, ia memesan wine termahal untuk di minumnya.

Allcia sedari tadi hanya terdiam, melihat ketampanan dari pria yang duduk bersamanya di meja itu.

"Uugghh! Bagaimana ia bisa sebegitu tampannya? Udah sukses, billionaire, gagah....sempurna sekali dia." batin Allcia.

"Sudah selesai memandang ketampanan saya?" ucapnya percaya diri.

Allcia yang ketahuan itupun berdehem, lalu membenarkan kembali tempat duduknya.

"Hhmm permisi, sepertinya aku harus ke kamar mandi sebentar." ucap Allcia lalu pergi menuju ke kamar mandi perempuan.

Allcia yang kini sedang berkaca di depan cermin, memegang dadanya.

"Ada apa ini? Mengapa detak jantungku sangat cepat?" ucap Allcia.

"Tidak, aku hanya terobsesi dengan ketampanannya, sadar Allcia, kamu harus membuat pria itu agar kembali bekerja sama dengan Daddy mu." ucap Allcia sendiri dengan salinan dirinya di depan cermin.

Ia pun membuka tasnya, mencari satu lipstik yang ia khususkan untuk melaksanakan aksinya."

Mengoleskan sempurna di bibirnya. Lalu keluar dari kamar mandi.

Allcia pun duduk kembali dan menatap mata Ryan.

Ryan yang merasa di tatap itupun, memunum wine dengan sekali teguk, lalu mengangkat alis kanannya.

Namun perlakuan yang tidak di duganya kembali menghampirinya.

Wanita jalang itu, menciumnya kembali.

Ryan sebelumnya sempat melihat bibir merona Allcia itupun membalas ciuman wanita itu, yang tadinya hanya sebuah kecupan, kini berubah menjadi cumbuan ganas.

Merasa tempat yang di tempati kurang sesuai untuk melakukan hal tersebut. Allcia pun membawa cepat Ryan keluar lalu masuk ke dalam mobil pria itu.

Dan lebih bagusnya lagi, kaca mobil Ryan tidak tembus pandang kedalam.

Kembali melakukan aksinya, kini Ryan mencium Allcia sambil meremas paha Allcia.

"Eengghh.." Ryan yang mendengar desahan Allcia, berubah menjadi menggebu gebu... Dan semakin ganas.

Allcia tiba-tiba, merasakan tumpuan berat, ternyata pria di depannya kini tertepar di bahunya.

"Misi berhasil." sambil menyeringai. "Kau begitu handal baby, namun sayang, hidupmu akan hancur di tanganku." ucap Allcia.

Destiny With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang