34 : Masuk Angin? Minum Antangin

795 56 38
                                    


●   34   

Masuk Angin? Minum Antangin  


Dalam satu semester, saat yang paling kubenci adalah saat ini. Saat di mana murid-murid harus mengumpulkan seluruh tugas yang ada sebelum Ujian Akhir Semester dimulai. Bukannya diberi kesempatan untuk belajar, kita harus menyelesaikan tambahan tugas yang diberikan dengan alasan ada nilai yang kurang.

Tugasnya pun tidak simpel. Mulai dari pembuatan film pendek, laporan penelitian sampai makalah berlembar-lembar. Dan hari-hariku dimulai dengan duduk di depan meja belajarku dan berusaha menyelesaikannya.

Mataku lelah memandang laptop di hadapanku yang sekarang menunjukkan halaman laporan yang telah kubuat seperempat. Aku menghela napas dan mulai mengetik kembali.

"Ren, ini pendahuluannya udah benar ta?" tanya Louis.

Aku menoleh dan melihat Louis yang sedang tengkurap dengan melihat laptopnya di lantai kamarku.

"Lous, udah berapa kali aku bilang jangan tiduran. Nanti mata kamu rusak," gerutuku.

Sambil berdecak Louis bangkit duduk dan meletakkan laptopnya di atas pangkuan.

"Radiasi Lous."

Louis menoleh dan menatapku malas.

"Tuh sana di meja rias aja," ucapku. Dengan malas, dia berjalan dan meletakkan laptopnya di atas meja yang pernuh dengan tata riasku.

"Udah?" tanyanya.

"Pendahuluannya udah aku cek kok. Kamu tinggal susun saran sama simpulan." Aku menjawab sambil kembali mengerjakan laporanku.

"Oke, bos!"

Paling tidak, saat ini aku tidak sendiri. Walaupun terkadang aku merasa dia hanya menganggu dan membuang waktu berhargaku, tetapi efek baiknya jauh lebih terasa. Setiap saat, dia akan mencetuskan guyonan tidak bermutunya namun selalu berhasil membuatku tertawa.

Dengan kehadirannya di sini juga, Mama jadi sering memasak makanan yang lebih enak dari biasanya. Untung untuk Louis, lebih untung untuk aku.

Hampir setiap harinya aku dapat tambahan jam berduaan sama tuh anak. Walaupun ditemani oleh berkas dan laporan. Aku juga cukup menikmati suasana hening yang ada di ruangan ini. Hanya ada suara ketikan yang menemani.

Senyum yang semula berada di bibirku seketika sirna begitu aku mendengar suara aneh.

"Pyoot."

Hening.

Butuh waktu lima detik untukku menyadari bunyi apa itu. Dan butuh lima detik juga untuk Louis pecah dalam tawanya. Aku memejamkan mataku dan menepuk pelan kepalaku.

Louis masih belum berhenti tertawa. Aku berdecak pelan sebelum memilih melanjutkan saja tugasku. Beberapa saat kemudian Louis sudah berada di sampingku. Walau melihatnya dari ujung mataku, aku tidak menoleh dan tidak berkutik.

Tiba-tiba Louis menekan hidungku dengan jarinya membuatku meringis. "Lous!!!" Suaraku yang keluar terdengar begitu aneh dan lucu membuatnya kembali tertawa.

"LOUS!" teriakku kesal.

Selesai dengan kegiatan tertawanya, dia tetap tersenyum lebar dan menatapku. Aku menatapnya balik dengan cemberut. "Malu?" tanyanya. Aku meliriknya tajam dan mengangguk dalam hati.

Bagaimana tidak malu, ini pertama kalinya aku kentut di hadapanya. Ditambah saat suasana sedang hening-heningnya, membuat suara kentutku terdengar begitu jelas.

LOUISI ☑On viuen les histories. Descobreix ara