6 : Sumpah, Nih Suara Sudah Dapat Izin dari Pemerintah untuk Disebarluaskan?

1.2K 189 126
                                    


●   6   

Sumpah, Nih Suara Sudah Dapat Izin dari Pemerintah untuk Disebarluaskan?  


Setelah berputar-putar di Food Court, akhirnya aku memutuskan untuk makan ayam penyet dan nasi putih saja. Kalau lagi bingung, ujung-ujungnya juga makan ayam atau nasi goreng.

Seperti dugaanku, Louis dan Johan sama-sama memesan nasi goreng. Sedangkan Kamila memesan pangsit kuah. Begitu pesanan masing-masing datang, kita langsung menyerbunya.

Selesai menyantap makanan yang dipesan, kita berbicang sebentar sebelum akhirnya memutuskan untuk nonton. Sesampainya di XXI, kita segera mengecek film-film yang sedang tayang.

"Nonton komedi aja yuk." Louis menunjuk salah satu film.

"Nggak ah, horor aja," sahutku.

"Komedi aja."

"Horor."

"Komedi." Aku bisa merasakan Mbak-mbak yang di kasir memandangi kita heran.

"Horor pokoknya."

"Komedi pokoknya."

Aku menatapnya sebal, bisa tidak sih dia itu nurut gitu sama aku sekali aja. Ngeselin.

"Yaudah nonton aja sana sendiri!!!" Aku berbalik badan dan segera meninggalkan bioskop.

Aku mengentakkan kaki keluar dengan amarah menggebu-gebu. Bisa tidak sehari saja tidak bikin aku kesal. Sekarang siapa coba yang ajak kesini, sudah ditemenin baik-baik tapi masih bikin orang marah. Kalau kerjaannya nolak setiap ucapanku, mending ajak yang lain saja.

Kesabaran seseorang itu ada batasnya, apalagi kesabaranku.

Aku celingak-celinguk bingung harus menuju ke mana, tapi yang jelas aku tidak mau kembali ke sana. Selama ada dia, tidak akan pernah.

Setelah aku berjalan sekitar 3 menit, aku bisa mendegar suara entakan sepatu yang mendekat. Aku merasakan sesuatu di tanganku. Aku melihatnya, tiket bioskop. Horor.

Aku segera membalikan badanku, memandang punggung cowok berjaket hitam yang sekarang berjalan kembali ke arah XXI.

---

Aku berjalan sendirian masuk ke Theater 2, sehabis dari toilet. Aku bisa melihat Johan berada di pojok dekat tangga, di sebelahnya duduk manis Kamila, dan di sebelahnya lagi ada Louis yang sedang menyamil popcorn padahal filmnya belum dimulai.

Tersisa 1 kursi terakhir yang sebelahnya terdapat 4 kursi kosong, seketika bulu kudukku berdiri karena ngeri.

"Louss.. geser dongs."

Louis melirikku. Aku memanyunkan bibirku memohon.

Dia menghela napas tetapi beranjak ke kursi sebelah. Aku tersenyum dan segera duduk.

---

Film berjalan biasa-biasa saja. Seperti menonton film horor biasanya, banyak adegan yang mengagetkan. Akibatnya tidak jarang suara teriakanku maupun teriakan penonton bioskop lainnya terdengar begitu keras mengisi ruangan.

Dan seperti biasanya, akhir cerita selalu menggantung. Aku pun tidak begitu takut setelah filmnya selesai, karena menonton horor adalah kegiatan favoritku sejak kecil.

Mungkin tidak sejak kecil juga, yang jelas sejak aku sudah tidak percaya dengan yang namanya 'momok'.

Waktu menunjukkan pukul 8 malam. Sekarang aku sedang duduk manis di mobil Louis yang lagi terkena macetnya kota Surabaya.

LOUISI ☑Where stories live. Discover now