21 : Apa Susahnya Sih, Cium, Selesai

875 82 68
                                    


●   21   

Apa Susahnya Sih, Cium, Selesai


Kabar baik. Satu minggu terburukku dalam setiap bulan akhirnya datang. Aku iri pada orang-orang yang perutnya tidak keram ataupun sakit. Karena aku selalu merasakannya, dan itu benar-benar tidak nyaman.

Pagi ini rasanya aku hanya ingin berbaring di kasur seharian. Butuh kekuatan super milik mama sehingga aku sekarang sedang dalam perjalanan menuju sekolah.

Hebatnya lagi, mood-ku selalu tidak karuan. Berharap saja tidak ada yang menyentuhku. Tapi kehidupan tidak selalu berjalan seperti yang kita inginkan bukan?

Aku sedang berjalan di koridor sekolah menuju kelasku tercinta menggendong tas punggungku yang hari ini terasa dua kali lipat lebih berat begitu aku merasakan ada lengan yang memeluk bahuku kemudian mengunci leherku.

"Lous! Lepasin!" teriakku kesal.

Louis melepas tangannya yang mengunci leherku, tetapi membiarkan lengan satunya tetap menggantung di bahuku. "Pagi, cantik," sapanya dengan nada lembut.

Aku membuat wajah ingin muntah. "Genit!"

Saat itu juga, ada rasa perih yang timbul di perutku. Aku sedikit merintih dan memeganginya. "Kenapa?" tanyanya cemas.

Aku menggeleng. "Nggak."

Louis melepaskan pelukannya kemudian menatapku. "Oh."

Aku membalas tatapannya bingung. "Oh apa?" tanyaku.

"Oh. Itu," ucapnya gagu.

Louis dan aku tidak pernah membahas soal minggu spesialku, tapi aku yakin dia cukup tahu saat aku sedang melaluinya. Karena tingkat emosiku menjadi naik serastus kali lipat lebih tinggi.

"Itu apa?" Sekarang aku tersenyum, menggodanya.

Dia menggaruk rambutnya dan sedikit salah tingkah. "Nggak apa."

Wajahnya sekarang begitu polos membuatku sangat gemas. Aku mencubit keras pipinya.

"Ih! Apaan, Ren?!" Dia menatapku kesal.

Aku tersenyum lebar. "Lucu."

Dia mengalihkan pandangan kemudian maju melepaskan tas dari punggungku. Dibawanya tasku yang sangat berat itu dan berjalan menuju kelas.

Aku mempercepat langkahku dan mengikutinya.

Begitu masuk kelas, aku bisa melihat suasana kelas sudah ribut. Michelle dan Cia tampaknya belum sampai. Sedangkan, Kamila sekarang duduk di tempatnya sambil memandangku dengan senyuman menggoda.

Aku menatapnya bertanya.

Louis meletakkan tasku di tempat dudukku kemudian bergerak menuju tempatnya.

"Thanks," ucapku pelan. Dia hanya membalas dengan senyumnya.

Aku duduk di kursiku dan mendapati Kamila masih pada ekspresi wajah yang sama. "Kenapa sih?" tanyaku akhirnya.

Senyumnya makin lebar. Dia bergerak menuju telingaku seperti mau membisikkan sesuatu, kemudian mengurungkan niatnya.

"Nggap apa-apa," jawabnya masih tersenyum. Aku hanya bisa menggelengkan kepalaku.

---

"Chelle, Cia.. tadi pagi Louis bawain tasnya Renata lho sampe kelas," bisik Kamila.

"Sumpah?!" teriak Michelle dan Cia bersamaan.

LOUISI ☑Where stories live. Discover now