18 : Mungkin? Mungkin

758 80 30
                                    


●   18  

Mungkin? Mungkin


"Non. Udah sampe rumah nih."

Suara Pak Noeh membangunkanku. Mataku yang masih tidak fokus perlahan membuka lebar. Aku mengambil tas punggungku, kemudian turun dari mobil masuk ke dalam rumah.

Begitu masuk rumah, aku segera menuju kamarku.

Kujatuhkan tasku di lantai. Aku duduk di meja riasku, menatap kembaranku di cermin. Entah berapa lama aku memandanginya. Dia memasang wajah sedih dan kacau, tatapannya kosong.

Aku mengusap wajahku pelan kemudian mengambil ponsel di kantong rok seragamku. Aku menyalakannya dan membuka notifikasi Instagramku dua jam yang lalu.

Darwin_g121 tagged you in a post.

Aku memandangi foto yang muncul di layar ponselku.

Seharusnya kalau dia melakukan ini, aku akan melompat dan menari kegirangan. Hatiku seharusnya akan bergetar dan senyum lebar akan menghiasi wajahku.

Tapi sekarang, aku duduk diam. Hatiku tidak bergetar dan wajahku begitu datar.

Suara gemuruh di luar membuatku menoleh ke arah jendela yang kordennya terbuka. Hujan.

Pertanyaan kecil langsung terlintas di otakku, apa di sekolah juga hujan ya?

Louis dan anak basketnya sedang latihan di sana. Kalau hujan, pasti Louis akan mengomel: "Ya.. kok hujan lagi!! Aku baru cuci sepatu!"

Tapi ujung-ujungnya.. dia juga tidak berhenti main basket dan terus hujan-hujanan.

Perlahan, terukir senyum simpul di wajahku.

---

Aku sudah mencoba menelepon Michelle berulang-ulang kali, tapi jawabannya tetap sama. Nihil. Pesanku sejak sejam yang lalu juga tidak dibaca.

Dia benar-benar marah. Dan sepertinya akan butuh beberapa hari agar dia mau berbicara denganku lagi. Buruknya, besok adalah Sabtu. Yang artinya aku akan lebih susah untuk menemuinya.

Aku memutuskan untuk menelepon Kamila. Berharap dia tidak marah, dan bisa membantuku mengenai permasalahan ini.

Aku menunggu nada sambung yang kudengar berubah menjadi suara nyaringnya, tetapi yang kudengar hanyalah suara operator. Mungkin dia sedang sibuk? Atau dia sedang tidak membawa ponselnya. Mungkin? Mungkin.

Apa aku coba telepon Cia ya? Tapi apa dia sudah tahu soal ini? Seharusnya sudah, karena dia pasti menyadari keanehan sikap kita sampai pulang sekolah. Cia pasti sudah tanya ke Kamila, dan Kamila pasti sudah cerita.

Aku mencoba menelepon Cia untuk ketiga kalinya, dan hasilnya sama. Tidak ada jawaban. Apa mungkin mereka sedang di tempat yang sama? Iya, mungkin Kamila dan Cia sekarang sedang menghibur Michelle. Baguslah, paling tidak dia tidak sendiri.

Aku menghela napas. Aku melihat bayangan pada cermin di hadapanku sekali lagi kemudian beranjak untuk menggeletak saja di kasurku yang empuk.

Aroma sprei yang menyelimuti hidungku membuat mataku menjadi berat. Perlahan aku menutupnya dan terlelap. Berharap aku bisa melewati mimpi indah untuk sebentar saja.

---

Keesokan harinya, aku berjalan keluar kamar menuju meja makan. Di sana sudah ada papa, mama dan Kak Rendy.

LOUISI ☑Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ