26 : Sesama Jomblo Harus Saling Mengerti

821 74 76
                                    


●   26   

Sesama Jomblo Harus Saling Mengerti  


Sekitar pukul lima di sore hari, pertandingan pun selesai. SMA Pelita 1 meraih kemenangan dengan skor 45-8. Walaupun aku tidak mengerti basket, aku bisa melihat lawan kali ini cukup mudah.

Kemampuan sekolah kita jauh di atas mereka. Tapi tentu saja ini masih pertandingan pertama, masih akan ada pertandingan-pertandingan berikutnya yang lebih sulit.

Aku tersenyum dan melambaikan tanganku begitu melihat Louis dan Johan dari kejauhan. Louis sudah mengganti jersey-nya dengan kaos hitam dan celana pendek selutut. Sepatu basketnya juga diganti dengan sandal jepit.

"Hei," sapanya begitu sampai di hadapanku.

"Congrats, guys!" cetus Kamila yang berdiri di sampingku.

"Cie yang nyetak 23 poin!" Cia menyenggol lengan Johan. Johan hanya tertawa.

"Cie yang nyetak 14 poin," bisikku ke Louis dengan maksud mengejek.

Dia cemberut kemudian mengangkat alisnya. "Keren aku kan tapi?" bisiknya balik.

Aku menatapnya dengan wajah serius, kemudian menghela napas dan menggelengkan kepalaku pelan. Dia cemberut seperti anak kecil.

Aku menahan senyumku.

"Udah sore, pulang yuk," ajak Michelle.

"Kalian dijemput siapa?" tanya Johan.

"Kalian bawa mobil sendiri-sendiri ta ke sini?" tanya Cia balik. Mereka berdua mengangguk.

"Nunut deh," kata Kamila. Cia dan Michelle juga mengangguk.

"Bagi. Louis antar sapa?" Johan menoleh ke Louis.

"Aku antar Renata. Kamu antar yang lain. Yuk Ren." Louis segera menarik tanganku pergi. "Bye guys!" Aku tertawa dan melambaikan tanganku.

"Ya nggak adil!" keluh Johan.

"Cup cup.. Sesama jomblo harus saling mengerti. Udah ayo..." Kamila menggandeng lengan Johan.

"Mampir dulu ke McD ya Jo!" seru Cia.

---

Mobil Louis berhenti pada salah satu rumah makan. Aku melepas sabuk pengamanku dan keluar dari mobil, begitu juga dengan Louis.

Louis melangkah mendorong pintu, membiarkan aku masuk. Aku segera memilih satu meja yang kosong dan duduk di sana. Louis mengikuti dan duduk di hadapanku.

Begitu kita duduk, pelayan wanita yang terlihat masih cukup muda mengulas senyum kemudian memeberikan buku menu. Kita segera membukanya, melihat-lihat apa yang akan kita pesan. Setelah sekitar lima menit, akhirnya aku menentukan nasi bakmoy dan es teh manis.

Louis memesan nasi goreng sosis dan es sirup. Setelah mengulang pesanan kami, pelayan itu membereskan buku menu di meja dan segera pergi ke belakang.

"Besok ngapain?" tanyanya.

"Hm..." Aku berpikir, "nggak ngapa-ngapain kenapa?"

"Nonton, yuk. Udah lama kan nggak nonton," ajaknya.

"Nonton apa?" tanyaku sambil berpikir ada film apa yang bagus di bioskop.

Dia mengangkat bahunya. "Apa aja."

LOUISI ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang