1 : Kecoa Adalah Musuh Bebuyutanku

3.3K 369 388
                                    


●   1   

Kecoa Adalah Musuh Bebuyutanku



Panas.

Satu kata yang menggambarkan kondisiku saat ini.

Sekarang aku bersama anak-anak baru lainnya sedang berdiri di lapangan, di bawah teriknya matahari. Kenapa? Biasa, dihukum kakak kelas. Alasannya? Banyak yang salah atribut.

Kalau di sekolah lain, mungkin namanya OSPEK, tapi di sekolahku, SMA Pelita 1, namanya LOS. Latihan Orientasi Siswa. Intinya sama saja. Disuruh bawa ini itu, dijemur di lapangan. Indah.

"Duuuh.. sampe kapan kita disuruh berdiri di sini?!" keluh Kamila.

"Gatau panas banget lagi... capek kakiku astaagaaaa..," sambung Cia.

Aku hanya bisa mendesah, tidak kuat menjawab keluhan kedua teman baruku: Kamila Hartanto dipanggil Kamila, orangnya periang dan cerewetnya tidak ketulungan. Dia yang pertama kali menyapaku untuk berkenalan. Dia tidak tahu betapa berterima kasihnya aku. Wajar lah, aku anak SMP lain, tidak kenal siapa-siapa.

Dan lebih bagusnya lagi, dia membawa teman sepaketnya: Maria Anastasia dipanggil Cia. Entah dari mana nama sebutan itu. Mungkin dari Anastasia diambil Sia-nya terus diplesetin jadi Cia? Yup pintar. Cia itu orangnya tidak kalah ramai dari Kamila, tapi dia terkadang terlihat serius. Kalau menurutku, kelihatan dewasa. Kita bertiga masuk dalam satu kelompok LOS yang sama yaitu kelompok Captain America. Ya, OSIS kali ini menggunakan nama-nama super hero Marvel. Ada yang Iron man, Hulk, Hawk eye, Thor dan Black Widow.

"Oke. Sekarang kalian semua boleh istirahat. 30 menit lagi kumpul di aula lantai empat. Mengerti?!" teriak Kak Edwin, ketua OSIS tahun ini yang muka dan suaranya serius abis. Dari tadi pagi sampai sekarang aku belum pernah lihat dia senyum. Padahal jelas-jelas manusia. Oke, kalau sudah mulai ngacoh gini tanda-tanda lapar.

Murid-murid semua berteriak senang, dan segera berjalan keluar dari lapangan. Ada yang ke kelas, ada yang ke kantin, ada juga yang berlari ke toilet. Dari tadi nahan tuh pasti, kasihan.

"Ren! Ke kantin yuuuuk!" ajak Kamila.

"YUK!" jawabku dengan lantang. Dijamin itu perutku yang berkata. Beneran deh.

----

"Gimana hari pertama di sini?" tanya Kamila yang duduk di sebelahku.

"Biasa aja," jawab Cia.

"Ye.. sapa yang nanya situ, orang aku nanya Renata kok," sahut Kamila. Cia yang duduk di hadapanya melirik Kamila tajam, kemudian kembali menyantap makanannya.

"Hm.. mayan.." Aku menjawab cuek. Maklum, lagi fokus makan bakso.

"Eh.. boleh gabung nggak?" tanya seorang gadis yang tak ku kenal.

"Boleh dong, duduk aja! Namaku Kamila. Kamu siapa?"

"Michelle Nathania. Panggil aja Michelle."

"Aku Cia. Dari kelompok apa?"

"Iron man." Michelle tersenyum simpul.

Aku merasa ada yang menyenggol lenganku. Aku menoleh ke Kamila dan mengangkat alisku. Kamila melirik ke arah seorang gadis yang sekarang sedang memandangiku. Ah.. kenalan. Lagi-lagi tidak fokus gara-gara bakso.

"Renata," sahutku kemudian.

Michelle tersenyum lebar menunjukkan gigi gingsulnya. Manis. Aku membalas senyumnya lalu kembali memakan baksoku.

----

Aku, Kamila dan Cia duduk bersila melingkar. Kita disuruh berkumpul di aula terus berdiskusi tentang unjuk bakat apa yang akan kita tampilkan di hari akhir LOS nanti. Kelompok kami memutuskan untuk bernyanyi bersama. Simpel. Diskusi selesai. Akhirnya kita bertiga asyik mengobrol sendiri.

Aku mendengarkan dengan saksama apa yang diceritakan Kamila. Dia sedang bercerita tentang pengalamannya dengan kecoa. Seperti yang sudah diketahui seluruh orang yang mengenalku, aku dan kecoa itu GAK banget. Bisa dibilang, kecoa adalah musuh bebuyutanku.

"Terus ya.. waktu aku jalan sendirian ke dapur, tiba-tib-" Seketika aku merasakan sesuatu ada di punggungku..

"AHHHHHH.... HUAHHHH AAAH GAMAU GAMAU GAMAU GAMAUUUU!!!" Aku segera berdiri dan melompat-lompat sambil memejamkan mataku. Tanganku sibuk berusaha menyingkirkan sesuatu yang kurasa ada di punggungku. Saat itu aku hanya bisa berdoa, Ya Tuhan tolong selamatkan diriku yang sedang menghadapi cobaan ini. Tolong singkirkan benda yang-aku-tidak-mau-sebutin-namanya ini dari tubuhku. Ya Tuhan se-

"ADA APA DI SANA BUAT KERIBUTAN?!" Suara itu membangunkanku. Aku membuka mataku dan melihat Kamila dan Cia menatapku bengong. Aku mengalihkan pandangku ke sekitar. Semua, iya semua orang termasuk seluruh anak baru, kakak OSIS dan guru-guru sekarang melihat ke arahku. Pandangan aneh, seperti melihat benda asing yang baru muncul dalam 1000 tahun.

OH. Crap.

Aku segera menundukkan kepalaku dan menutupnya dengan kedua tanganku.

"Kenapa teriak-teriak?!" Aku menoleh ke arah sumber suara. Kak Edwin.

Tuhan berikan aku cincin ajaib untuk menghilang dari kejadian ini.

"I—itu.. eh.. nggak apa-apa kak. Ma--maaf," jawabku sambil menghindar dari tatapan 1001 orang.

"Yaudah kembali ke diskusi masing-masing kelompok!!"

Setelah melihat pusat perhatian bukan di aku lagi, aku menoleh ke Kamila dan Cia yang sedang berusaha menahan tawa mereka. Makasih banyak guys!

Kemudian saat aku mau kembali duduk ke posisiku semula, aku melihat ada seorang cowok yang sedang berdiri di dekatku. Tinggi. Rambut dipotong rapi. Mata sipit. Dia memandangku lurus tanpa ekspresi. Aku memandangnya bingung, sejak kapan dia di sana? Sampai mataku jatuh pada apa yang dibawanya. Boneka kucing. Hah? Ngapain bawa boneka kucing ke sekolah?

Deg. Seperti potongan puzzle yang akhirnya berhasil kupasangkan, aku sekarang paham apa yang sebenarnya terjadi. Aku, Renata Julianne, teriak-teriak seperti orang gila, dilihatin seluruh makhluk hidup yang ada di aula, mempermalukan diri di hari pertama masuk sekolah, hanya karena sebuah boneka dengan mata besar dan kumis panjang.

Musuh bebuyutan baru.

----

Catatan Penulis :

Itu dia chapter pertama dari Louisi. Semoga kalian menyukainya! 

Jangan lupa Vote dan Comment!

Sampai jumpa di chapter berikutnya!

Chapter 2 : Lima Huruf yang Paling Kubenci


    ☘  

LOUISI ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang