31. Vitamin Cinta

1K 57 47
                                    

Hari terakhir class meeting, hari di mana pesta itu akan berlangsung. Hanya menghitung jam, maka Niken akan tampil di atas panggung. Pukul 08.00, sebentar lagi pembagian hadiah pada juara lomba akan diselenggarakan. Sadar diri, karena tak menang dalam perlombaan apa-apa, Niken dan Aliya memutuskan untuk pergi dari lapangan.

"Al, ada yang mau gue omongin," ujar Niken ketika sampai di koridor, duduk di kursi besi panjang.

"Eh, kebetulan. Aku juga ada yang mau diomongin sama kamu."

Niken mengangkat alis. "Pas banget, tapi gue duluan, ya?"

Aliya mengangguk, dengan senang hati.

"Jadi, dari kemarin itu, gue dapet Line. Ada orang yang mau ngajak ketemuan di taman. Dan lo tahu siapa orangnya?"

Aliya mengangguk, lagi.

"Eh, lo tahu?"

"Kanza, dia, kan?"

Niken bungkam.

"Ken," panggil Aliya. Tatapannya begitu tajam, raut wajahnya tampak serius. Niken menelan ludah. Ada apa ini?

"Hal yang mau aku omongin adalah ... kamu harus datang. Kamu harus ketemu sama Kanza.

"Apa pun yang dia katakan, kamu harus percaya. Maaf, aku lebih dulu tahu daripada kamu.

"Percaya sama aku, Ken. Saat kamu tiba di sana, kamu akan mendapatkan sebuah kebenaran."


***

Niken menangis, tak berhenti terisak sepanjang jalan. Pergerakan mobil terasa begitu lambat, membuat Niken mengeram kesal. Niken menyesal, sungguh menyesal.

Pukul tiga sore, sesuai janji, Niken pergi ke taman untuk menemui Kanza. Niken pikir ia hanya akan mendengar penjelasan serupa, bahwa semua itu hanya salah paham, bahwa Melvin benar-benar mencintainya. Tapi, ya Tuhan, ternyata itu tidaklah benar. Penejelasan yang Kanza berikan sungguh tidak disangka-sangka.

"Sebelumnya aku mau ngucapin makasih, karena kamu udah bersedia datang ke sini." Kanza memulai percakapan.

Niken menghela napas, lantas mengangguk. Dia datang kemari untuk mendengarkan penjelan penting, penjelasan yang sukses membuat Aliya berubah dalam semalam. Entahlah apa yang Kanza katakan padanya, Aliya tiba-tiba saja menjadi serius.

"Kamu benar, aku-lah yang minta ke Melvin buat jagain kamu," ujar Kanza, tatapannya begitu dalam. "Aku minta ke Melvin, supaya dia gantiin aku. Aku pergi, dan Melvin datang. Ken, aku datang ke sini bukan untuk belain Melvin. Aku datang ke sini bukan untuk jelasin perasaan Melvin ke kamu. Aku cuma mau jelasin alasan kenapa aku pergi. Alasan kenapa aku menghilang. Alasan kenapa aku minta Melvin buat dekatin kamu."

Niken terdiam kala itu, menantikan kelanjutan kalimat Kanza. Taman cukup ramai, tapi tak banyak yang hinggap di dekat mereka.

"Waktu itu, tepat setelah aku nganterin kamu pulang, setelah aku pergi ke toko boneka untuk beli hadiah ulang tahun kamu, peristiwa itu terjadi, Ken. Rumahku ramai, halamannya dipenuhi para tetangga, beberapa mobil polisi terpampang di depan pagar. Di saat aku mau masuk ke dalam, tiba-tiba langkah aku terhenti. Papa, dengan berlinang air mata, menangis di depan aku. Tangannya diborgol. Papaku ditangkap polisi karena kasus korupsi.

"Aku pikir itu adalah kejadian paling menyedihkan dalam hidupku. Ternyata bukan, Ken. Fakta paling mengenaskan justru terjadi ketika aku masuk rumah. Mama, dikelilingi ibu-ibu tetangga, jatuh pingsan. Kami langsung bawa beliau menuju rumah sakit. Dan kamu tahu apa yang terjadi? Mama bukan sekadar shock dengan penangkapan Papa, tapi ... Mama divonis terkena tumor hemangioblastoma, dan harus dioperasi secepatnya."

Vitamin CintaWhere stories live. Discover now