13. Perwakilan Kelas

805 58 34
                                    

Niken yang rawat inap akhirnya diperbolehkan pulang. Dia sudah dinyatakan sembuh, meski masih sedikit terasa sakit di bagian kaki kanannnya. Awalnya Niken tidak diperbolehkan sekolah oleh mamanya, namun setelah bersusah payah meyakinkan, akhirnya Niken sudah masuk sekolah hari ini.

"Sekarang jam berapa, Al?"

Aliya yang mendengar itu spontan melihat pergelangan tangannya. "Setengah sembilan."

"Bentar lagi habis pelajarannya." Niken menghela napas lega. Hari ini ada jadwal olahraga, tapi gurunya berhalangan untuk hadir. Seperti biasa, cewek-cewek hanya bisa menonton dari tepi lapangan, karena lapangan sepenuhnya dikuasai oleh rombongan cowok.

Bangku di tepi lapangan olahraga sudah ditempati oleh Niken, Aliya, dan Nabila. Sedangkan teman-teman lainnya duduk lesehan di atas rumput. Mereka tidak keberatan mengenai itu, mengingat Niken yang baru keluar dari rumah sakit.

Beberapa dari mereka sibuk bergosip dan sebagian lainnya tetap fokus menyaksikan pertandingan futsal dari tepi lapangan. Semua yang bertanding cowok-cowok dari kelas Niken semua, karena kebetulan tidak ada kelas lain yang memiliki jadwal olahraga pada jam yang sama.

"OMG! Melvin seksi banget!"

"Mana-mana?"

"Itu!"

"Aw, mau dong disundul!"

Niken ternganga mendengar sorakan kagum penggemar Melvin itu. Aliya yang duduk di sisi kanannya hanya bisa tersenyum geli. Niken penasaran, ia mengikuti arah pandang kaum alay itu. Dari enam belas cowok yang ada di lapangan, akhirnya Niken dapat menemukan sosok Melvin.

Niken bergeming. Ia sedikit kaget melihat penampilan Melvin saat itu, entah kenapa Melvin terlihat jauh berbeda dari biasanya. Kaos olahraga yang ketat sukses menampilkan bentuk tubuh atletisnya, butir-butir keringat pun menambah kesan hot pada cowok tampan itu.

"Ken, mau nitip minum nggak? Aku mau ke koperasi," ucap Aliya seraya bangkit dari duduknya.

"Eh, gu-gue ikut!"

"Enggak usah! Kaki kamu masih sakit, tunggu di sini aja."

"Apaan sih, Al? Lebay deh!" protes Niken. "Kalo nendang bola mungkin gue belum bisa, tapi kalo sekadar jalan ke koperasi gue sanggup, kok!"

"Udah, pokoknya kamu duduk aja di sini. Tuh, kamu lanjutin aja nontonnya!" Aliya menunjuk ke arah lapangan dengan dagunya dan langsung beranjak menuju koperasi.

Niken mendengus kesal, ia tidak suka diperlakukan seperti ini. Saat hendak menyaksikan pertandingan futsal lagi, mata Niken menangkap siluet cewek berhijab. Lidia, dia tengah duduk sendirian di bawah pohon--hanya beberapa meter dari tempat Niken duduk. Niken mengedarkan pandangan, teman-teman yang lain sibuk dengan dengan obrolan masing-masing. Merasa dikacangi, Niken beranjak dari duduknya untuk menghampiri Lidia.

"Ken, mau ke mana?"

Niken menoleh, ternyata Nabila yang bertanya. Niken senang mendengar pertanyaan itu, ternyata masih ada orang yang menganggap keberadaannya. Ia pikir semua orang akan mengabaikannya, tapi ternyata Nabila tidak begitu.

"Ke situ." Niken menunjuk ke arah pohon dengan jempol kanannya. Nabila menoleh dan langsung mengerti maksud Niken. Setelah mendapat anggukan dari Nabila, Niken langsung melangkah menuju pohon yang entah apa namanya itu.

"Lid," panggil Niken. "Boleh gabung?"

Lidia mendongak, lalu mengangguk tanda mempersilakan. Dan akhirnya, Si Dingin dan Si Jutek duduk di atas satu bangku yang sama. Tidak ada yang mencoba membuka pembicaraan. Itu jauh lebih baik ketimbang duduk di tempat yang ramai, namun diabaikan.

Vitamin CintaWhere stories live. Discover now