09. Tidak Mungkin

841 73 46
                                    


Hari Rabu, ma'am Sisil lagi-lagi tidak menampakkan diri. Jika ditanya 'siapa guru yang paling sering bolos' maka ma'am Sisil-lah jawabannya. Berbanding terbalik dengan bu Nila, beliau adalah guru paling rajin di sekolah Niken. Walaupun rajin dan selalu tersenyum, tidak banyak siswa yang suka dengan kehadiran bu Nila. Iya, dia itu guru fisika.

Suntuk, Niken tidak tahan jika harus berlama-lama di dalam kelas. Semenjak membuat perjanjian dengan Danu, Niken sudah mulai bisa melupakan Kanza sedikit demi sedikit.

"Kalo kamu nggak mau bikin Mama kecewa, kamu harus berhenti mikirin Kanza!" tegas Danu malam itu. Tentu saja Niken tidak langsung menyetujuinya, karena ia yakin bahwa Kanza pasti kembali.

"Kak, aku nggak bisa lupain dia gitu aja. Aku yakin dia pasti kembali. Aku harus tahu alasan kenapa dia pergi gitu aja."

"Dia nggak mungkin kembali, Ken. Bahkan untuk sekadar ngabarin kamu aja dia nggak pernah."

Niken menggeleng, tidak setuju dengan apa yang Danu ucapkan. "Mungkin dia lagi ada masalah, mungkin sesuatu sedang terjadi sama keluarganya. Kak Danu pasti ngerti masalah itu."

"Ken, dengerin Kakak!" Danu menyentuh pundak adiknya. "Ngasih kabar itu cuma tiga menit, nggak lebih sulit dari membangun candi dalam satu malam."

Niken speechless, tak ada kalimat yang dapat menyangkal ucapan itu. Danu benar, sesibuk apakah Kanza sampai-sampai tak sempat memberi kabar kepada pacarnya? Karena tak ingin membuat sang mama kecewa, akhirnya Niken menyetujui perjanjian itu.

"Al, keluar, kuy!" ajak Niken. Jika dulu Aliya yang suka mengajaknya keluar kelas, sekarang justru sebaliknya. Niken tidak mau menutup diri lagi, dia ingin mencoba bersosialisasi dengan teman-teman lainnya. Siapa tahu dengan keakrabannya bersama teman-teman bisa membuat kenangan tentang Kanza semakin terkikis?

"Aku mager, Ken," balas Aliya pelan. Sedari tadi ia hanya tertunduk di atas meja.

"Lo kenapa, sih? Kok hari ini lemes banget?"

Aliya menguap lebar dan sama sekali tidak berniat untuk menutupinya. "Aku begadang, ngantuk banget nih."

"Begadang? Tumben?" sindir Niken.

"Iya, aku nungguin Shawn Mendes siaran langsung di instagram."

Terbahak, Niken tak dapat menahan diri untuk tidak mengekspresikan kegelian yang ia rasakan. Sahabatnya itu paling anti-begadang, karena dia akan telat bangun pagi jika tidur terlalu malam. Namun ternyata, Aliya rela begadang dan menahan kantuk di kelas demi menunggu sang idola siaran langsung.

"Al, Al ... ada-ada aja!"

"Udah sana! Aku mau tidur."

Niken terkekeh pelan dan langsung beranjak keluar kelas. Bisa-bisa dia ikut terlelap jika masih menetap di dalam kelas. Di koridor, ternyata banyak murid-murid lain yang juga berkeliaran di luar kelas, padahal ini belum waktunya istirahat.

Terlalu asyik dengan pemikirannya, Niken tidak sadar kalau sekarang ia sudah tiba di kantin belakang. Di sini pun sama, banyak siswa-siswi yang menghiasi setiap sudut kantin. Karena tidak mau ambil pusing, Niken langsung mengampiri salah satu stan yang menjual mie ayam. Kemudian duduk di salah satu kursi, lengkap dengan mie ayam dan es teh manis.

Belum sempat Niken menyuapkan makanan itu ke dalam mulutnya, segerombolan kakak kelas menghampiri dan langsung menggebrak meja di hadapannya. Sontak saja Niken kaget dan sendok yang ia pegang jatuh mengenai rok abu-abunya.

"Laper, ya?" ucap salah satu kakak kelas yang tak lain adalah Tasya.

Niken mendongak, menatap sengit Tasya yang kini tengah tersenyum bersama pasukannya. Niken mencoba untuk tidak meladeni dan kembali menatap seragamnya yang kini basah dan terasa lengket.

Vitamin CintaWhere stories live. Discover now