"Cloudy kesayangan Oma, kau baik-baik saja nak?" Tanya si Oma, ibu dari mamanya. Cloudy mengangguk tersenyum.

"Masuklah Oma, Eyang Putri." Ucap Cloudy.

Lalu dua wanita itu melangkah masuk, Cloudy heran kenapa kedua neneknya ini tidak membawa koper atau tas apapun?

Beberapa detik kemudian pertanyaannya terjawab oleh seorang pria yang membawa dua koper dan dua tas jinjing besar, keluar dari lift dan berjalan ke arahnya. Pria yang semalam membuatnya menangis hingga pagi ini. Cloudy sungguh enggan bertemu dan bertatap muka dengan pria itu.

Maxi berjalan tanpa ekspresi terus menatap Cloudy yang penampilannya saat ini sangat menyedihkan. Cloudy menjadi canggung dengan tatapan itu. Cloudy segera masuk tanpa menutup pintu apartmentnya, dan juga tidak bicara apapun pada Maxi. Maxi masuk ke apartment Cloudy meski sang pemilik tidak mempersilahkan masuk.

Eyang putri adalah ibu dari papanya Cloudy, usianya 72 tahun, seumuran dengan Oma. Mereka sangat rukun bahkan tinggal bersama dalam satu rumah setelah sama-sama berstatus janda. Mereka adalah sahabat sejak sekolah dan terus menjadi dekat bahkan menjadi keluarga saat anak-anak mereka menjadi sepasang suami istri. Papa dan mama Cloudy. Eyang Putri lebih lembut dan tenang pembawaan dirinya, beda dengan Oma yang lebih ceria dan cenderung cerewet.

"Nduk, nopo rupamu elek tenan?" Tanya Eyang putri dalam bahasa Jawa..

(Nak, kenapa wajahmu jelek sekali?)

"Mboten nopo-nopo Eyang putri. Kulo dereng tilem saking wingi." Jawab Cloudy dalam bahasa Jawa.

(Tidak apa-apa Eyang Putri. Saya belum tidur dari kemarin)

Maxi tak mengerti bahasa yang Cloudy ucapkan pada neneknya yang memakai pakaian kuno tradisional Indonesia itu.

"Kenapa kau sampai tidak tidur dari kemarin? Kau terlihat seperti baru saja menguras airmatamu?" Tanya si Oma.

Maxi masih menatap Cloudy, kini tatapannya penuh penyesalan setelah mendengar ucapan nenek yang berpakaian lebih modern dari yang satunya.

"Oma sama Eyang putri kenapa tidak memberi kabar Cloudy dulu sih kalau mau kesini. Hanya berdua saja kan bahaya perjalanan jauh." Ucap Cloudy masih tetap mengacuhkan Maxi yang terus menatapnya.

"Kami naik pesawat pribadi papamu, Oma memang ingin memberi kejutan padamu. Jadi Oma pesan sama calon suamimu ini untuk merahasiakannya." Sahut si Oma.

Cloudy menoleh menatap ke Maxi, dan Maxi tersenyum, namun Cloudy segera mengalihkan pandangannya lagi.

"Grandma, saya permisi pulang dulu." Ucap Maxi merasa bahwa dirinya tak lagi dibutuhkan disana.

"Eh Maxi, kita breakfast bersama dulu ya, Calon istrimu ini masakannya enak lho." Sahut si Oma sambil menepuk pundak Cloudy.

"Oma....kepala Cloudy masih sakit, Cloudy butuh istirahat, kenapa justru disuruh masak sih?" Sahut Cloudy kesal.

"Cloudy, tidak baik membiarkan pria kelaparan di pagi hari, apalagi dia sudah menjemput dua nenekmu ini, membawakan koper dan tas kami. Ayolah kau memasak dan Oma akan menemani calon suamimu ini." Ucap Oma.

Cloudy menoleh ke Eyang Putri berharap ada pembelaan, tapi Eyang Putri malah sudah tertidur bersandar di sofa. Cloudy hanya menghela napas lalu ke dapur dan membuat masakan.

Setengah jam berlalu dan kini Cloudy mulai menata makanannya di meja, terdengar tawa Oma yang mengobrol bersama Maxi.

"Oma, ayo sarapan, semuanya sudah siap." Panggil Cloudy lalu duduk di sofa mencoba membangunkan perlahan Eyang Putrinya.

MAXITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang