Decision (2)

843 107 8
                                    

"Kau tidak kasihan padanya?" Tanya Cloudy lagi.

"Bagaimana jika kau saja yang memutuskan? Aku harus kembali kesana atau masuk ke apartmentmu?" Maxi balik bertanya sungguh membuat sulit pikiran Cloudy.

❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️

Maxi menatap pada Cloudy, menunggu pilihan Cloudy. Cloudy pun menghela napas panjang dan berat.

"Aku takut dia bunuh diri di dalam apartmentmu. Bagaimana jika kita antar dia pulang ke rumahnya saja? Setidaknya jika dia berbuat hal menakutkan tidak di tempatmu. Bagaimana menurutmu?" Ucap Cloudy.

"Menurutku sebaiknya kita masuk ke tempatmu dan biarkan saja dia berbuat semaunya, andai dia bunuh diri sekalipun itu justru bagus, karena dia tidak akan mengganggu kita lagi." Sahut Maxi.

"Dasar gila! Dia pasti akan menghantuimu selamanya." Ucap Cloudy.

Tak lama mereka berdua melihat Claire keluar dari apartment Maxi dengan membawa tasnya. Claire membanting pintu apartment Maxi dengan kasar dan langsung melangkah pergi, tanpa sadar bahwa ada dua orang yang melihatnya dari belakangnya.

"Kasus selesai! Sekarang ada yang harus aku bicarakan denganmu berdua!" Ucap Maxi lalu mereka pun masuk ke dalam apartment Cloudy.

Maxi duduk di sofa, sedangkan Cloudy mengambilkan minuman bagi mereka berdua.

"Minumlah!" Ucap Cloudy.

"Terima kasih." Sahut Maxi lalu meminum air.

"Apa yang ingin kau bicarakan?" Tanya Cloudy.

"Aku merindukanmu." Ucap Maxi tersenyum, spontan Cloudy pun jengah.

"Ada apa Maxi?" Tanya Cloudy lagi.

"Apa kau tidak merindukanku?" Tanya Maxi balik.

"Ada apa Maxi?" Cloudy kembali bertanya.

"Jawablah, apa kau merindukan aku?" Tanya Maxi lagi.

"Iya aku merindukanmu, kemana saja kau tidak mengirim kabar apapun? Aku tidak percaya kalau kau merindukan aku!" Sahut Cloudy kesal.

"Kau juga tidak menghubungiku, aku juga tidak percaya kalau kau merindukan aku! Pasti kau selalu sibuk dengan Benny, sampai melupakan aku!" Ucap Maxi juga kesal.

"Astaga! Bicara denganmu benar-benar membuatku lelah!" Keluh Cloudy.

"Ada apa sebenarnya?! Kau ingin membicarakan apa?!" Tanya Cloudy penasaran.

"Kau tahu kan kalau aku mahasiswa unggulan di fakultas kita dan di angkatanku?" Tanya Maxi dan Cloudy mengangguk setuju.

"Aku mendapatkan kesempatan untuk melakukan penelitian di pertambangan minyak di China selama dua tahun. Saat ini kilang minyak yang ada di China terus berkembang, maka itulah mereka membutuhkan beberapa penelitian dan bekerjasama dengan beberapa kampus besar." Ucap Maxi lagi dan Cloudy masih diam mendengarkan saja, karena dia belum paham apa maksud cerita Maxi itu.

"Tapi bukan hanya aku saja yang mendapat kesempatan itu, tapi Claire juga mendapatkan kesempatan yang sama. Entah Claire sudah mengetahui hal ini atau belum, karena aku juga baru diberitahu sore tadi saat aku baru saja mendarat dan tiba di kampus." Lanjut Maxi, Cloudy mulai menghela napas panjang, terus mencoba bersabar.

"Cloudy, bagaimana menurutmu? Apakah aku harus mengambil kesempatan ini?" Tanya Maxi.

"Kalian hanya berdua saja yang dikirim oleh kampus?" Tanya Cloudy dan Maxi mengangguk.

"Aku lapar, aku tidak bisa berpikir jika sedang lapar." Ucap Cloudy dan berdiri melangkah ke dapur untuk menyiapkan makan malam.

Maxi pun menunggu dengan tenang di meja makan, hingga mereka selesai makan, Maxi tetap tenang menunggu jawaban Cloudy.

MAXITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang