kesal

1.5K 179 11
                                    

Mobil Maxi berhenti di sebuah cafe mewah. Cloudy sempat membelalakkan matanya membaca nama tempat itu dan juga menatapnya. Sparkling Cafe.

Cloudy berbalik hendak bertanya pada Maxi, namun ternyata pria itu sudah berdiri di sisi pintunya dan membukakan pintu bagi Cloudy.

"Ayo turun!" Perintah Maxi dan Cloudy hanya menurut, mengikuti langkah Maxi masuk ke dalam cafe yang terbilang mewah itu. Cafe ini sangat berbeda dengan cafe lainnya.

Ada beberapa bagian dalam cafe itu, minibar, smooking room, No Smooking room, bahkan ada tempat duduk outdoor di taman belakang.

Maxi berjalan menuju ke minibar, dan Cloudy segera mengikutinya lalu duduk disebelah Maxi. Seorang bartender menghampiri mereka.

"por favor, haz mi bebida favorita, haz dos"
(Tolong buatkan minuman kesukaanku, buatkan dua)

Sang bartender segera melaksanakan perintah tuannya. Maxi adalah pemilik tempat itu, tanpa Cloudy ketahui.

Cloudy masih terlihat mengamati sekeliling interior cafe itu, terpesona hingga lupa dengan pertanyaan di kepalanya tadi tentang  nama cafe ini.

Maxi yang melihat hal itu lalu menggelengkan kepala.
"Dasar kampungan!" Ucap Maxi lirih sambil meminum minumannya, namun tetap terdengar oleh Cloudy.

Cloudy menoleh ke arah Maxi.
"Siapa? Aku? Biar saja! memang aku tidak pernah ke cafe! apalagi yang semewah ini." Ucap Cloudy, spontan membuat Maxi tersedak minumannya dan terbatuk-batuk. Uhuk! Uhuk! Uhuk!/

"Lalu apa yang kau lakukan selama beberapa bulan disini?" Tanya Maxi tidak percaya.

"Ke kampus, pulang ke apartment, belajar dan mengerjakan tugas, sedangkan saat akhir pekan atau hari libur, aku selalu menemani sepasang orang tua yang kesepian karena tidak dipedulikan oleh putra tunggalnya." Jawab Cloudy menyindir dibagian akhirnya.

Maxi kembali tersentuh hatinya, dan tersenyum tipis, karena mengetahui bahwa gadis ini, calon istrinya lebih memilih menghabiskan liburannya untuk menemani orang tuanya daripada berkumpul dengan teman-temannya.

Setidaknya selama beberapa bulan ini meskipun Maxi sibuk berlatih, tapi calon istrinya tetap aman dari pria-pria lain.

"Oh NO! Kenapa sekarang aku jadi merasa senang bahkan selalu menyebutnya calon istriku?! Ouw No!"  Sangkal Maxi dalam hatinya, menolak Cloudy, namun sebagian hati lainnya meneriakkan YES!.

"Sparkle, ayo kita pulang, aku harus mengerjakan beberapa tugas" ucap Cloudy setelah merasa bosan karena hanya diam menikmati live accoustic music.

Maxi menghela napas berat, bartender dihadapannya tersenyum menyaksikan interaksi bosnya dengan gadis berpenampilan nerd disampingnya.

"Sparkle huh?!" Bisik sang bartender pada bosnya.

Maxi segera memberikan tatapan tajam pada Jose, sang bartender.

"cállate!"
(Tutup mulutmu!)
Ucap maxi menggeram pada Jose

"lo siento jefe ..."
(Maaf boss)
Sahut Jose menahan tawanya.

Cloudy kembali mendesak Maxi untuk mengantarkannya pulang, karena permintaannya tidak kunjung ditanggapi oleh Maxi.

"Ayo Sparkle, aku lelah, disini hanya membuang-buang waktu saja. Aku masih banyak tugas dari kampus!" Rengek Cloudy ditambah kini menarik kaos sweater yang dipakai Maxi.

"Baiklah nerd! Dasar kampungan!" Sahut Maxi lalu melangkah begitu saja, meninggalkan Cloudy yang bingung dan menjadi panik mengeluarkan dompetnya untuk membayar.

MAXIWhere stories live. Discover now