Foolishness

930 106 12
                                    

Semua sudah masuk ke dalam kamar masing-masing. Eyang putri juga sudah terlelap, tinggal Cloudy dan Oma saja yang masih terjaga di kamar tamu ini.

"Cloudy, Oma dan Eyang Putri sudah terlalu lama disini, tiga hari lagi pesawat papamu akan datang menjemput kami." Ucap Oma.

"Tidak bisakah Oma dan Eyang Putri tinggal disini saja bersama Cloudy? Cloudy kesepian sendirian disini, Oma." Keluh Cloudy memeluk Oma dengan manja.

"Kamu ini sudah mau menikah masih saja manja." Sahut Oma memeluk dan mengusap rambut cucunya.

"Aku belum mau menikah Oma, aku masih ingin berkarir." Ucap Cloudy.

"Cloudy, kamu harus tahu ya bahwa papa, mama, Oma, Eyang Putri, kami semua hanya ingin kamu bahagia. Cobalah buka hatimu dan ikhlaskan Maximus benar-benar pergi dan hanya menjadi kenangan indah masa lalumu saja. Seandainya pun kamu tidak bisa menerima Maxi yang sekarang, setidaknya tetap bukalah hatimu untuk pria lainnya. Jangan terus menutup hatimu nak, Maximus tidak akan mungkin kembali lagi." Nasehat Oma lembut.

"Entah kalian sadar atau tidak, tapi aku sudah beberapa kali mencoba untuk menerima kehadirannya, Oma. Bahkan terakhir aku sudah mencoba untuk memanggilnya dengan Maxi, tapi setiap kali aku mencoba menerimanya aku hanya selalu kecewa. Aku takut Oma, aku takut dia juga akan meninggalkan aku seperti Maxi yang dulu." Sahut Cloudy dengan terisak, airmata mulai mengalir di wajahnya yang tenggelam dalam pelukan Omanya.

Oma semakin erat memeluk cucu kesayangannya itu. Dia sadar bahwa tak mudah bagi Cloudy jika harus kembali menerima kekecewaan seperti di masa lalu, hatinya sudah terlalu rapuh meski diluar dia nampak kuat, acuh dan santai.

"Jangan terlalu memaksakan dirimu nak, biarkan cinta itu datang dengan sendirinya, mengalir dengan apa adanya dirimu dan dirinya, karena mencintai itu adalah hal memberi dan menerima, kau tidak bisa terus menerima tanpa memberi apapun, begitu juga sebaliknya kau tidak bisa terus memberi tanpa menerima apapun." Ucap Oma.

"Kau tak perlu mengusahakan apapun untuk bisa mencintainya Cloudy, jangan memaksa cinta untuk masuk ke hidupmu, kau hanya akan selalu terluka, cukup buka hatimu saja, jika akhirnya cinta yang masuk ke hatimu bukanlah cinta Maxi, tak ada masalah dengan kami semua. Kami hanya ingin kau bahagia Cloudy." Lanjut Oma.

Oma melepaskan pelukan Cloudy lalu menghapus air matanya dan memberinya senyuman hangat, mengisyaratkan bahwa dia sangat mendukung dan akan selalu ada untuk cucunya itu.

"Sekarang istirahat ya, besok kita akan bersenang-senang di peternakan dan tentunya akan sangat melelahkan." Ucap Oma dengan terkekeh, begitupun dengan Cloudy yang juga mulai ikut terkekeh.

Oma pun menarik selimutnya setelah mencium kening Cloudy, dan cucunya itu melangkah ke tempat tidur nya sendiri yang ada di samping bed kedua nenek itu.

Malam sudah semakin larut, namun Cloudy tetap belum bisa memejamkan matanya, membaca dan bermain smartphone tetap tidak membuatnya mengantuk malam ini. Cloudy memutuskan untuk keluar dari kamarnya dan melangkah menuju ke kolam renang. Dia terlentang di atas rumput yang ada di tepi kolam sambil memandang ke langit yang sepi dari bintang, sama sepinya seperti hatinya bertahun-tahun ini.

Sekilas otaknya seperti mereview setiap jejak kejadian dirinya bersama Maxi, setiap kali Maxi membuatnya kesal, menangis, marah bahkan kecewa dan sepertinya beberapa kali rasa nyeri karena cemburu.

"Mungkinkah aku sudah membuka hatiku tanpa sadar untuknya?" Tanya batin Cloudy pada langit malam, lalu dia mencoba menenangkan dirinya dengan memejamkan matanya.

Beberapa saat kemudian dia merasa ada yang sedang mengawasinya, tidak! Bukan hanya mengawasinya dari jauh, tapi ada hembusan nafas di wajahnya. Dengan rasa takut, Cloudy membuka matanya perlahan dan terkejut sekaligus lega karena itu bukan hantu, tapi Cloudy segera berguling ke samping dan menjauh dari wajah Maxi yang sangat dekat dengan wajahnya itu.

MAXIWhere stories live. Discover now