"Lisa!" Teriak Yolan senang dan berlari secepatnya ke arah Lisa yang tengah duduk. Dia menarik kasar wanita itu hingga berdiri, dan memeluknya erat, sempat berputar beberapa kali. "Kangen banget. Belum pernah gue sekangen ini sama Lo. Bawa oleh-oleh apa nih, dari Paris?"

Lisa berdecih sebal dan mendorong Yolan menjauhi tubuhnya, agar bisa melihat dengan jelas wajah si pembohong.

"Sialan lu ya, bohongin gue!" Seru Lisa sebal dan menjitak kepala Yolan, hingga dia terhuyung selangkah ke belakang.

"Hehehe, kalo nggak gitu mana mungkin Lo bisa ada di sini. Iya kan, Ga?" Yolan memandang Saga, mencoba mencari pembelaan. Saga menatapnya datar, tanda tak setuju.

"Tapi bohong Lo keterlaluan, Yol. Gue panik setengah mati di sana tahu nggak? Gue bela-belain naik pesawat pribadi klien gue jam 12 malam. Untung dia mau bantu gue,"

"Nggak tahu," jawab Yolan polos dan semakin membuat Lisa mendidih. Tepat saat Lisa akan kembali marah, Yolan berkata "Cieee... Liat tuh, muka suami elo, udah semerah pantat monyet Jepang gara-gara Lo bilang panik setengah mati. Senyumnya jangan ditahan Pak. Lepasin aja," Lisa segera mengikuti arah mata Yolan, berbalik menatap Saga yang terkejut saat matanya bertemu tatapan Lisa. Saga berdehem, cepat-cepat memalingkan wajahnya. Lisa tak dapat menahan senyumnya ketika tak berhasil melihat wajah merah Saga. Namun, telinga layarnya sudah cukup menunjukkan betapa merah wajahnya saat ini.

"Lo tahu nggak? Dia minta bubur yang ada telur, ikan teri sama irisan daun bawang. Udah dimasakin sama persis, nggak dimakan. Gue tanya beli di mana, eh, katanya nggak tahu. Ternyata itu masakan elo," Yolan kembali menambah bumbu-bumbu drama. "Terus dia minta toast yang ada telur bentuk hati di tengahnya. Itu juga elo yang buat?"

Saga yang setengah mati menahan malunya memilih bersembunyi di dalam selimut. Membuat Lisa dan Yolan tertawa.

"Udah deh, jangan marah-marah lagi. Sorry ya, gue udah buat Lo kepikiran. Tenang, itu murni ide gue. Saga nggak ada peran apa pun. Gue senang Lo udah balik. Capek tahu, ngurusin suami elo. Marco aja sampai nyerah," Yolan maju dan memeluk Lisa lagi. Kini Lisa membalas pelukannya.

"Thank you ya, bilang ke Marco juga thank you udah bantu gue jaga Saga. Maaf ngerepotin kalian berdua,"

"Iya deh, gue balik ya. Udah gih, kangen-kangenan lagi ama suami elo," Yolan mengangkat kedua alisnya bersamaan dengan cepat.

"Apaan, sih," ujar Lisa malu.

"Kalo ada waktu ngumpul yuk. Udah lama kita nggak nongkrong,"

"Iya, ntar gue kontak di grup," Lisa kembali memeluk Yolan cepat sebelum dia keluar.

"Ga! gue balik ya. Ingat, lo kalah, lho. Gue yang menang," teriak Yolan diambang pintu. Saga tak bergeming dari dalam selimut. Yolanda cekikikan dan segera keluar kemudian menutup pintu, sebelum Lisa sempat bertanya tentang taruhan apa yang dimaksud wanita gila itu. Namun penasarannya segera hilang saat melihat Saga bergerak pelan di bawah selimut.

Lisa berjalan ke arah Saga yang masih tak keluar dari persembunyiannya. Lisa duduk di pinggir ranjang dengan posisi menyamping. Sambil menahan tawanya, Lisa menyibak selimut yang membungkus tubuh Saga dengan sekali sentak.

"Apa... Yang dibilang Yolan benar? Kamu minta mereka masakin kamu makanan yang aku masakin untuk kamu?" Ujar Lisa pada Saga, tepatnya pada punggung Saga. Karena pria itu tengah berbaring sambil telungkup, belum mampu menatap Lisa. Mungkin wajahnya masih merah. Lisa melihat belakang kepala Saga bergerak mengangguk, mengiyakan pertanyaan Lisa. Tangan Lisa segera bergerak menutup mulutnya sendiri, mencegah teriakan bahagianya keluar karena jawaban Saga. Sungguh, Lisa semakin menyukai suaminya ini. Mungkin, sudah mulai cinta?

"Kamu... mau aku masakin makan malam?" Tawar Lisa sambil mengelus pelan punggung Saga. Perlahan, Saga berbalik menghadap Lisa dan tersenyum.

"I'd love to..." jawabnya singkat "kalo kamu nggak capek," lanjut Saga dan menggenggam salah satu tangan Lisa. Dia tak mau membuat wanita itu semakin lelah.

"Enggak apa-apa, kok. Aku balik ke apartemen habis kamu mandi,"

"Iya," ujar Saga pendek kemudian hening. "Lisa," suara Saga memecah kesunyian. Pria itu memutuskan untuk duduk. "Terima kasih. Saya belum ucapin terima kasih dari pertama kamu merawat saya, sampai sekarang kamu udah di sini, jauh-jauh datang untuk saya. Thank you so much. It means a lot," satu tangan Saga yang bebas merapikan anak rambut Lisa ke belakang telinganya, kemudian beralih mengelus pipi Lisa, hingga turun sampai di lehernya. Jari-jari Saga menekan tengkuk Lisa agar mendekati wajahnya.

Perlahan, wajah mereka semakin mendekat. Tanpa dikomando, mata Lisa tertutup, seperti tahu Saga akan menciumnya. Wajah mereka semakin dekat hingga Lisa bisa merasakan hangatnya nafas Saga menerpa wajahnya.

Tinggal sedikit bibir mereka akan bersentuhan, tiba-tiba pintu dibuka dengan kasar.

"Heh, bangsat, kata Yolan Lisa ud-holly shit! Gue nggak liat apa-apa!" Marco yang masuk tiba-tiba dan sempat melihat mereka berdua hampir berciuman tak jadi masuk dan segera menutup pintu kembali, secepat dia membukanya.

Lisa dan Saga yang tertangkap basah masih mematung sama seperti posisi awal. Jantung mereka sama-sama masih bertalu cepat karena ketahuan hampir berciuman oleh Marco. Pria itu jadi ragu untuk melanjutkan aksinya, sementara Lisa membuka matanya sedikit, mencoba mengintip apa yang dilakukan Saga hingga begitu lama tak kunjung ada pergerakan selanjutnya.

"Saya mandi dulu," ucap Saga dan menarik mundur kepalanya. Dia segera turun dari ranjang dan langsung masuk ke dalam kamar mandi. Meninggalkan Lisa yang masih memejamkan mata. Wanita itu mendesah pelan, menjatuhkan tubuhnya ke belakang, di ranjang yang empuk, sementara kedua kakinya menggantung di luar ranjang. Matanya menerawang menatap langit-langit dengan kecewa.

"Hampir,"

***
TBC

Hai haiiii.. Uda Diabetes belum saking sweet-nya? Atau nggak cukup sweet menurut kamu? Wakakakak semoga gak mengecewakan ya. Ngetiknya ini sambil nangis darah, pengen jugaaa 😂😂😂

Segini dulu ya, harus semedi dulu biar dapat ide. Soalnya aku nggak pernah ada draft. Begitu ada ide langsung ngetik. Kalo udah buntu, ditinggal dan balik nulis lagi kalo udah dapat ilham. Makanya aku nggak bisa update serajin dulu. Karena kalo udah menuju pertengahan dan tamat, kebiasaan jelek aku pasti macet ide. Jadi aku harap teman-teman ngerti dan tetap baca cerita ini. Terima kasih buat dukungannya dari awal hingga part 25 ini. Keep voment ya! Thank you ♥️🙏

Are We Getting Married Yet?Where stories live. Discover now