Jungkook tanpa sadar memundurkan langkahnya bersamaan dengan helaan napas panjang tak percaya. Jelas sekali ucapan Jisoo tadi menyiratkan bahwa hubungan jalinan kasih mereka bagi Jisoo bukanlah hal besar. Gadis yang semakin ia cintai ini hanya menganggap hubungan mereka sebatas selingan untuk jiwa muda yang labil, sedangkan Jungkook sudah menganggap Jisoo segalanya karena ia tak memiliki siapapun.

“Ini alasanku sulit menerimamu di awal, kita terlalu berbeda, tidak! Bahkan sangat.” Kali ini Jisoo terdengar seperti membenarkan dirinya. Bayangannya saat pertama kali menjalin kasih dengan Jungkook mulai tergambar sedikit demi sedikit. Ketidakcocokan karena tak bisa saling mengerti di posisi satu sama lain.

“Pada akhirnya, hanya aku yang mencintaimu di sini ‘kan? Kau tidak pernah, iya ‘kan?”

Jisoo sedikit berhela napas di sana, frustasi dengan Jungkook yang dikuasai emosi, “Aku tidak akan mencium lelaki yang tidak kusukai!”

“Siapa yang tahu itu!” Kendali Jungkook pada emosinya seolah lepas kini, ia bahkan sudah berucap yang seharusnya tak ia ucapkan.

“Jeon Jungkook!!” rahang Jisoo mengeras, menekankan seluruh kalimatnya hingga bola matanya bergetar menahan emosi.

“Kau menganggapku beban ‘kan? Jika gadis lain bermanja meminta ini itu dengan kekasihnya, kenapa kau harus berjuang sendiri, oh? Itu karena kau tidak mencintaiku! Kau merasa terbebani olehku!” Jungkook berhasil mengejutkan Jisoo sepenuhnya dengan semua nada tinggi yang tersirat diucapannya itu.

Helaan napas kembali terhembus dari Jisoo, ia seolah menenangkan dirinya agar tak terbawa emosi yang mulai ditularkan Jungkook padanya. “Lalu, kau ... kau menganggapku apa? Gadis murahan yang menerima uangmu? ‘Ini kuberikan uang, jadi main denganku dan jangan bekerja!’ Iya?!” Kegagalan dalam mengatur emosinya semakin membuat Jisoo meladeni Jungkook, meladeni semua omong kosong yang keluar begitu saja karena paksaan emosi.

“Kapan aku begitu?!”

“Kelakuanmu yang membuatku seperti itu! Sekali aku tidak mengangkat telepon kau kesal, terlambat balas pesan kau marah, aku bilang tidak bisa kau terus menempel dan memohon. Aku bonekamu? Harus ada 24 jam bersamamu?”

“Hei! Lee Jisoo!” kini Jungkook yang mengatupkan kedua giginya menahan emosi, sedangkan Jisoo yang mulai meluapkan emosinya. Sesaat keduanya mulai terbungkam, suasana semakin mencekam dan terkesan begitu dingin. Hanya hembusan napas yang menggebu dari masing-masing yang terdengar, keduanya mulai menyadari bahwa jika membahas hal seperti ini tak akan ada habis dan hanya menguras energi mereka.

“Pulanglah, besok kita bicara lagi.” Jisoo seolah yang lebih dulu mulai disapa kewarasannya pun perlahan memajukan langkahnya, gerakan tangan meraih pergelangan tangan Jungkook menjadi upaya penyelesaian perdebatan ini. Sebelum Jungkook menepisnya, menjauh saat Jisoo bahkan belum menyentuhnya.

“Aku tahu aku kekanakan. Tapi, aku tidak mau berpura-pura dewasa dihadapanmu. Aku akan marah saat aku marah. Aku akan biang tidak suka saat aku tidak suka” Kalimat itu menjadi kalimat terakhir Jungkook sebelum ia pergi meninggalkan Jisoo yang bahkan tak menahan kepergiannya. Tak ada niat Jisoo sedikit pun untuk menahan Jungkook di sana, ia hanya menatap punggung tegap yang mulai sedikit menunduk itu semakin jauh. Sendiri menjadi solusi terbaik untuk dirinya dan juga Jungkook saat ini.

***

Kerenggangan akibat perdebatan beberapa hari yang lalu masih menjadi pemicu terbesar Jisoo dan Jungkook tak berhubungan hingga saat ini. Jungkook kembali hanya menemani Jimin dengan segala permainannya dengan wajah yang termenung. Sesekali Jimin bahkan dibuat terkejut kala Jungkook tiba-tiba mendesah hebat dengan penuh emosi. Sedangkan, Jisoo masih dan selalu sibuk dengan pekerjaannya. Bahkan tubuhnya mulai menunjukkan keprotesannya dengan segala rasa lelah dan sakit di beberapa bagian tubuh.

RUMORSWhere stories live. Discover now