Chapter 32~ Talk

155 15 0
                                    

~Andrea ~

Saat kakak sampai dirinya kebingungan melihat Kyla yang akan ikut ke rumah. Dia hanya membawa motor sehingga tidak mungkin jika Kyla ikut bersama kami. Sehingga mau tidak mau kakak mengantar kami secara satu persatu. Awalnya Kyla mengajakku untuk menaiki kendaraan umum saja tapi kakak melarangku akibat kondisiku yang baru saja pulih sehingga dirinya terpaksa menempuh perjalanan dua kali untuk menjemput Kyla.

"Makasih ya kak! Nanti aku traktir deh!" Teriakku saat kakak kembali memacu motornya untuk menjemput Kyla. Saat ini aku sudah sampai di depan rumah.

Dengan cepat aku langsung menemui mama dan memintanya untuk membuatkan cemilan dan makan siang untukku dan Kyla. Setelah itu aku langsung ke kamar dan berganti baju. Aku sempat berpikir untuk menggunakan kursi rodaku atau tidak. Tapi tidak ada gunanya juga jika aku memakai kaki palsuku karena Kyla telah mengetahui semuanya. Itu hanya membuat kaki palsuku menjadi cepat rusak jika aku memakainya.

Aku pun turun dengan menggunakan kursi rodaku dan menunggu Kyla di dapur. Entah mengapa Kyla dan kakak sangat lama sampai rumah. Semoga saja mereka mampir ke supermarket untuk membeli cemilan sehingga mama tidak perlu membuatkan cemilan untuk kami. Sambil menunggu, aku membantu mama untuk membuat makan siang.

"Kau yakin untuk memakai kursi rodamu itu sweetheart?" Tanya mama entah untuk yang keberapa kalinya.

"Mama.. Sudah berapa kali aku menjawabnya. Kyla sudah mengetahui kalau aku lumpuh. Jadi tidak ada gunanya untuk memakai kaki palsuku." Jawabku kesal.

"Baiklah-baiklah. Mama hanya meyakinkannya saja. Mama tahu kaki palsumu bukan hanya membantumu berjalan, itu juga membuatmu merasa aman. Kaki palsumu sangat berarti bagimu bukan?" Tuturnya sambil meletakan lauk untuk makan siang.

Yang mama katakan itu benar. Kaki palsu ini membantuku menyembunyikan ketakutanku. Bisa dibilang kaki palsu ini adalah topeng yang membuatku merasa aman. Aku tidak pernah membiarkan orang lain melihatku menggunakan kursi roda. Tentu saja selain keluargaku dan juga Om Jason. Bahkan sepupu-sepupuku yang mengetahui keadaanku jarang sekali melihatku menggunakan kursi rodaku.

Entah mengapa aku benar-benar merasa cacat saat aku menggunakannya. I feel insecure. Saat aku menggunakan kursi rodaku, aku merasa menjadi diriku yang lemah dan tidak bisa apa-apa. Aku menyadari itu semua karena psikolog yang papa bayar untuk menanganiku. Sejak saat itu mereka berusaha untuk mengharuskanku memakai kursi roda di depan orang selain keluarga dan tentu saja mereka tidak pernah berhasil membujukku. Aku sangat tidak suka jika dianggap lemah.

"Maaf lama.." Seru Kyla memasuki dapur secara tiba-tiba. Mengetahui kehadirannya seketika tubuhku menegang.

Saat ini posisiku menghadap ke arah kitchenset sehingga aku membelakangi Kyla dan aku sangat takut untuk memutar balikkan kursiku. Sepertinya mama menyadari ketakutanku sehingga dia meninggalkan pekerjaan memasaknya dan menghampiri Kyla dan mengambil barang belanjaan dari tangannya dan pergi untuk bertemu kakak.

"Ehmm... Tadi aku dan kakakmu pergi ke supermarket untuk membeli beberapa cemilan dan katanya kau berhutang atas itu." Katanya dan mulai berjalan mendekatiku. Aku mengambil nafas panjang dan memberanikan diriku untuk memutar kursi rodaku.

"O...Oke thanks by the way." Kataku sambil menatap ke arah manapun selain matanya.

"Aku masih tidak percaya kalau kau benar-benar lumpuh." Bisiknya tidak yakin.

"Ehmm... Yaps dan di rumah aku menggunakan kursi roda." Kataku gugup.

"Dre... Kau tidak perlu merasa gugup di depanku. I won't judge or criticize you okay.." Serunya lembut sambil mendekatiku dan berlutut sehingga dirinya sejajar denganku. Aku pun menghembuskan nafas yang selama ini tidak kusadari kutahan.

Prolog✓Kde žijí příběhy. Začni objevovat