Chapter 3~I'll Take The Risk

601 46 0
                                    

~Andrea~

Selama di perjalanan aku kembali mengingat apa yang baru saja terjadi di kelas dengan si ketua kelas. Ugh... Betapa malunya diriku. Apa yang akan dipikirkannya mengenai diriku? He's so weird! Maybe I'm the one who weird in here.

Apa mungkin semua ketua kelas memang seperti itu? Sangat peduli kepada setiap teman sekelasnya dan sangat baik kepada mereka. Andai saja aku dapat menjalani hidup seperti orang lainnya, bersekolah seperti pada umumnya. Aku akan mengetahui seperti apa perilaku orang-orang kepada temannya dan apa saja yang harus aku lakukan di sekolah. Aku berharap kejadian itu tidak pernah terjadi padaku.

"Hei ada apa dengan mukamu?" Kata kakak menyadarkanku dari lamunan. Ternyata kami sudah sampai di rumah dari lima menit yang lalu dan kakak hanya memperhatikanku yang masih duduk di motor sementara dia sudah berdiri di samping motor.

"Apa ada masalah di sekolah?" Tanyanya khawatir.

"Hmm.... Nothing!" Elakku.

"Ayolah something must happened." Katanya tanpa menyerah.

Aku pun bergegas masuk tanpa mempedulikan keingintahuannya yang sangat besar itu. Aku langsung masuk ke kamar, mengganti baju, melepas kaki palsuku dan berbaring di kasur. Pikiranku kembali melayang tentang si ketua kelas itu.

Bisa dibilang sudah lama aku tidak tertawa dan bermain-main seperti itu selain bermain bersama kakak ataupun Rafa. Bisakah aku berteman dengannya? Tapi bagaimana jika orang-orang menjauhiku? Really! I dont know what should I do!? Haruskah aku tanya kepada kakak atau mama? But what they gonna say to me?

Mukanya kembali terbayang di kepalaku dan aku membiarkan memori mengenai kejadian tadi siang tereka ulang di kepalaku. Entah mengapa aku menyukai hal ini, bermain-main seperti layaknya remaja seusiaku.

Aku sangat merindukan saat-saat seperti tadi. Tapi aku harus menjauh, aku terlalu takut untuk berteman dengan orang lain yang pada akhirnya mereka akan meninggalkanku ataupun tidak ingin berteman denganku lagi. Apa yang akan terjadi jika si ketua kelas mengetahui tentang keadaanku yang sesungguhnya? Aku sangat yakin dia akan meninggalkanku dan aku belum siap akan hal itu.

Aku pun membiarkan pikiranku berkeliaran dengan bebas. Melamun, mungkin itu adalah hal yang sangat sering aku lakukan jika pikiranku sedikit tertekan. Aku memikirkan segala hal yang dapat kupikirkan bahkan hal kecil yang sebenarnya tidak perlu aku pikirkan.

Tanpa sadar aku telah memasuki dunia yang tenang di mana segalanya bisa terjadi. Mimpi. Aku beruntung selama tidur tadi aku tidak memimpikan sesuatu hal yang aneh. Saat terbangun aku mendapati langit sore di luar jendela kamarku. Aku berbaring sebentar lagi karena terlalu malas untuk bergerak. Lagi-lagi pikiranku kembali memikirkan si ketua kelas.

Kesal dengan pemikiranku akan dirinya yang tak pernah habis, aku beranjak ke kamar mandi untuk menenangkan pikiranku. Air hangat selalu membantuku menenangkan pikiranku. Uap-uap yang dihasilkan saat suhu dari air yang panas menyatu dengan udara dingin, selalu dapat merilekskan pikiranku. Aku merendamkan seluruh bagian tubuhku ke dalam air dan berendam cukup lama di sana, membiarkan pikiran-pikiranku hilang digantikan dengan kenyamanan saat berendam. Mandi sore merupakan rutinitas yang sangat kusukai, tidak heran aku dapat menghabiskan waktu yang cukup lama saat mandi.

Selesai mandi aku segera turun menggunakan kursi rodaku karena aku tidak perlu menyembunyikan kelumpuhanku saat di rumah. Lagian aku perlu membuat kaki palsuku tetap awet karena kaki palsu spesial seperti itu hanya ada satu di dunia.

Dan jika kalian bertanya-tanya bagaimana caraku mandi dengan kakiku yang lumpuh, kurasa kalian tidak perlu mengetahuinya secara detail. Segala pelengkapan di rumah ini sengaja di desain pendek oleh ke dua orang tuaku agar lebih memudahkanku, termasuk kamar mandi.

Prolog✓Where stories live. Discover now