"ARRRGHH!"

Gray menjerit sakit. Kekuatannya lenyap, dia kembali ke wujud manusia normal. Walau rambutnya masih sama, memutih sebagian.

"GRAY!" pekik Nagisa dan Helena bersamaan. Keduanya menitikan air mata, melupakan rasa malunya melihat orang yang disayangi terluka parah.

Dua iblis maju, mengangkat paksa Gray yang penuh luka dan darah 

Pedang Gray melayang, terbang perlahan menuju tangan Satan.

"Azazel meninggalkan warisan yang hebat," puji Satan mengamati pedang Gray. Pedang itu mengeluarkan desis ketika jari Satan menelusuri bilahnya, luka bakar muncul di jari Satan tapi dia tak peduli. "Aku tak menyangka, Azazel mampu membuat benda seperti ini, benda yang membunuh kaumnya sendiri. Bahkan melukai diriku,"

Gray lemah tak berdaya ketika dia dilemparkan ke bawah kaki Satan. Gray meringkuk kesakitan,  pukulan Lucifer dan Bael membuat organ dalamnya serasa terbakar.

"Waktu kita tidak banyak, aku ingin kau cepat memilih bergabung denganku atau membiarkan kedua gadis itu merasakan pedihnya siksaan di Neraka," kata Satan lagi mengulang tawarannya,  matanya masih mengagumi pedang karya Azazel.

Lucifer maju, berjongkok di dekat telinga Gray.

"Terimalah tawarannya, kau akan menerima sesuatu yang tak pernah engkau bayangkan," goda Lucifer berbisik. Sebenarnya dia merasa iba melihat keponakannya itu disiksa. Walau sudah menjadi iblis bahkan bergelar Raja Neraka, tapi darahnya masih mengandung darah malaikat.

Gray meludahkan darah di mulutnya ke atas tanah. Tak menghiraukan kata-kata yang meluncur dari mulut pamannya itu. 

Lucifer mengembuskan napas. "Jika kau menolak..."

"Kedua temanku akan dibunuhnya, kan?" potong Gray meneruskan kata-kata Lucifer, menggumam parau.

"Itu lebih baik jika mereka mati, tapi Satan tak ingin hal itu. Jika kau menolak, kau akan dipaksa menyaksikan mereka berdua menjadi budak seks Asmodeus, kau tahu dia kan? Sang Dosa Nafsu, salah satu tujuh dosa besar. Selain dipaksa melayaninya, kedua gadis itu akan dibuang ke tempat-tempat prostitusi, melayani pria hidung belang satu ke pria hidung belang lainnya. Pikiran mereka tetap sadar, tapi fisik mereka akan dipaksa oleh Asmodeus untu melayani pria-pria itu, kau paham risikonya bukan, Azrael?" Lucifer mencoba mempengaruhi pikiran pemuda tersebut.

Gray tersedak, terbatuk-batuk karena darah yang di mulutnya tertelan tidak sengaja. Hatinya terasa sakit, pikirannya terbentur akan tembok tinggi. Dia tak bisa berpikir jernih.

"Tenang saja, jika kau menerima tawaran Satan, mereka tidak akan disakiti, kecuali mereka menyerang kami, tapi itu tidak mungkin karena perbedaan kekuatan kami dengan mereka berdua. Pikirkan baik-baik, karena jarang sekali Satan berbaik hati seperti ini," kata Lucifer menepuk lembut bahu Gray, beranjak pergi dan kembali berdiri di samping istrinya yang sedari tadi diam mengagumi ketampanan keponakan suaminya itu.

Gray mencoba berdiri, tapi dia tak sanggup. Bukan karena fisiknya yang melemah, tapi mentalnya sudah dihancurkan. Dia dipaksa untuk memilih.

"Maafkanku Helena, Nagisa," pelan dia mengangguk, ditujukan kepada Satan. 

Luka-luka di tubuh Gray menghilang, dia berdiri tegak memandang Satan.

"Gray," bisik Nagisa berharap Gray tidak apa-apa.

Helena merasa ada yang tidak beres, perasaannya begitu kalut.

"Jawabanmu apa, Nak?" tanya Satan tertarik.

"Aku menerima tawaran bergabung denganmu," kata Gray dengan berat hati.

Satan semringah mendengar jawaban dari pemuda itu.

"Tapi, kau tak boleh menyentuh mereka berdua," kata Gray lagi, menunjuk ke arah Helena dan Nagisa tanpa sanggup memandang.

"Apa maksudmu, Gray?" tanya Nagisa lirih, mematung tak percaya.

"Apa yang dia lakukan?" Helena terpaku mendengar kata-kata yang keluar dari mulut orang yang dicintainya itu.

"Itu hal mudah, aku tak akan menyentuh mereka, sebagai hadiah tambahan akan kusembuhkan luka dan kukembalikan pakaian mereka" seusai berkata seperti itu. Rantai yang membelenggu leher Helena dan Nagisa terlepas. Luka mereka perlahan menutup, rasa sakit mereka menguap, dan pakaian mereka digantikan yang baru.

Diam-diam Asmodeus merasa kecewa. Sebab dia sudah membayangkan mereka berdua menjadi budak seks untuknya.

Satan juga mengembalikan pedangnya, Gray menangkap dan memasukkannya ke sarung pedang di punggungnya.

"Boleh aku bertanya satu hal?" kata Gray. Ekspresi wajahnya sulit ditebak.

"Apa?"

"Kenapa kau sebegitu inginnya menguasa dunia?"

"Dunia? Kau pikir aku lahir kembali hanya untuk menguasai dunia?!" Satan tertawa keras. Begitu juga seluruh iblis, kecuali Lucifer, Bael, dan Lilith. Astaroth hanya berpura-pura tertawa.

"Kenapa kau tertawa?"

"Mana mungkin aku berhasrat memiliki dunia yang sudah tua ini, Tuhan bahkan mengizinkanku untuk mengambil manusia sebagai sekutu, kenapa aku ingin menguasai dunia ini, Gray Aldric alias Azrael putra dari Azazel?"

"Aku tidak tahu maksudmu,"

"Aku tidak ingin menguasai dunia ini, yang aku inginkan adalah menguasai surga," ungkap Satan jari telunjuknya menunjuk ke langit. "Dimulai dari dirimu, seorang manusia tapi memiliki darah malaikat yang mengalir di setiap nadi-nadimu, bercampur dengan darah iblis."

"Begitu rupanya, aku mengerti sekarang tujuanmu," Gray lantas terdiam. Entah apa yang dipikirkannya saat itu, tak ada yang mengerti.

"Sudah saatnya kita kembali ke Neraka, aku merindukan rumah," Satan menghilang begitu saja bersama dengan singgasana dan alas tengkoraknya.

Iblis lain mulai menghilang, terakhir Lucifer dan Lilith.

Bulan perlahan menampakkan wujudnya kembali, menerangi sebagian permukaan Bumi dari gelapnya malam.

Kini hanya tinggal Gray, Helena, dan Nagisa di tempat itu.

"Gray, ka-kau ti-ti-tidak pergi... kan?" Nagisa gemetar, menangis sesenggukan.

Helena tak dapat bicara, dia menutup mulutnya. Air mata tak terbendung menetes di wajahnya yang cantik.

"Gray, kau dengar aku? Aku mencintamu, aku tidak ingin kau pergi!" Nagisa mulai meraung tak karuan.

Gray berpaling, memandang kedua gadis itu. Dia tersenyum cerah, terlihat bahagia, seolah dia hanya pergi berlibur beberapa hari. "Terima kasih kalian, aku berjanji takkan melupakan kalian berdua, sampai jumpa di lain waktu," kata Gray riang.

Helena dan Nagisa meraung, menjerit seperti orang gila, mereka berdua berlari menuju Gray.

Keduanya memeluk pemuda itu. Gray membalas pelukan mereka, dia membelai lembut rambut Helena dan Nagisa. Mengucap lirih dia berkata. "Selamat tinggal."

Setelahnya dia memberikan pisau berburunya kepada mereka berdua, untuk menjaganya baik-baik sampai dia kembali suatu hari nanti, entah hidup atau mati.

Tubuh Gray lenyap, meninggalkan dua gadis yang menangis keras. Pilu. Ditinggal oleh pemuda yang begitu dicintai oleh mereka berdua.

Beberapa orang mendekat, mereka adalah sisa-sisa pasukan ordo dipimpin oleh Master Yama dan Master Irene yang tertatih-tatih.

Malam itu merupakan kekalahan telak bagi ordo. Master Tertinggi mereka yang menghilang entah kemana sebelum perang, para pimpinan yang mati di medan perang, serta anggota ordo dan pasukan sekutu lainnya yang tewas dibunuh lawan, menyisakan duka dan trauma mendalam bagi yang ditinggalkan

Kematian tak terelakan, kehilangan keluarga dan sahabat, belum cukup. Kini cahaya harapan umat manusia jatuh ke dalam kegelapan.

Sekali lagi umat manusia akan mengarungi kehidupan di tengah ancaman iblis yang telah bangkit sepenuhnya.

TAMAT - 31-12-2017




The Exorcist ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang