Chapter 22

8.2K 805 25
                                    

Gray menyabetkan pedangnya, membungkuk ketika musuh ingin menancapkan cakar tajam di belakang kepalanya. Dia berputar dan memenggal kepala demon itu.

"Mereka terlalu banyak," batin Gray terengah-engah menyeka peluh di dahinya.

Iblis-iblis ini memang terlihat hanya berjumlah ratusan, namun mereka tak ada habisnya, beberapa mati lainnya muncul begitu saja, seolah ada orang yang sedang melakukan ritual pemanggilan.

Cedera di punggung Nagisa membuat gerakannya terhambat, dia tak secepat sebelumnya, ditambah kondisi tubuhnya yang sudah lelah. Jika saja tidak ada Gray dan Blaire yang selalu membantu di dekatnya, mungkin dia sudah menyeberangi Sungai Styx bersama Charon.

Setelah cukup lama, akhirnya mereka berhasil menurunkan Master Drake dari salib, Nagisa dan seorang exorcist pengobatan langsung membebat luka-luka di tubuh Master Drake untuk menghentikan pendarahannya.

"Apa Anda baik-baik saja, Master?" tanya Nagisa, wajahnya terlihat sedih, khawatir.

"Aku baik-baik saja, terima kasih sudah menyelamatkanku," kata Master Drake lemah.

"Itu sudah tugas kami," balas Nagisa tersenyum. Kemudian Master Drake di bawa ke tempat aman oleh beberapa exorcist, menjauhi medan pertempuran.

Gray berdiri di tengah-tengah pertempuran, matanya menatap ke arah lain, di mana terjadi pertarungan antara Bael dan 2 Master Exorcist.

3 Master tampak merepotkan Bael, secara bergantian menyerang dirinya. Selain menyerang dengan senjata, mulut ketiga master itu tampak komat kamit berdoa, memanjatkan doa tentang pengusiran setan. Namun, jika diamati lebih jauh lagi, Bael tidak terlalu mendapat serangan yang kuat. Dia tetap berdiri tegak sembari menyabetkan pedang besarnya.

"Ini tidak bagus, mereka bertiga akan lelah dan kondisi berbalik tidak menguntungkan untuk kami, aku harus cepat-cepat mencari tahu, di mana orang yang melakukan ritual pemanggilan ini!" gerutu Gray gelisah, mencengkeram erat gagang pedangnya.

"Kau benar, kita harus mencari mereka," tukas Blaire.

Sejurus kemudian, Gray dan Blaire sibuk memperhatikan, mengamati orang-orang yang mencurigakan. Sampai akhirnya Blaire, menemukan akar dari serangan iblis yang tiada henti.

"Ah itu dia! Orang berjubah hitam di belakang pohon! Ada empat ifrit melindungi dirinya!" teriak Blaire, berlari mendekati orang itu. "Akan kuhajar dia!"

Keempat Ifrit melihat kedatangan Blaire, jin itu memanggil tombak hijau zamrud dari udara kosong, bersiap menyongsong kedatangan Letnan Exorcist itu.

"Traaang!" Benturan pedang dan tombak beradu. Blaire menunduk tepat pada waktunya. Ketika salah satu Ifrit melemparkan bola api kehijauan yang langsung meledak ketika membentur dengan tembok.

Blaire bersiul pelan.

"Jangan gegabah," kata Gray di dekatnya.

"Aku benar-benar beruntung!" balas Blaire setengah berteriak.

Keduanya berdiri bersisian, posisi siap tempur.

"Ifrit bukanlah jin kacangan, mereka termasuk golongan jin kelas tinggi, mereka termasuk cerdas, tidak seperti jin atau iblis kacangan. Kita harus berhati-hati," seloroh Gray memberitahu.

Lantas Gray dan Blaire kembali bertarung, masing-masing melawan dua Ifrit. Tak berapa lama, empat exorcist membantu keduanya.

Blaire melompat sejenak ke belakang. Matanya menangkap kalau orang yang melakukan ritual pemanggilan, sendirian tanpa adanya perlindungan. Dia berpikir untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Blaire berlari cepat menuju orang berjubah hitam itu. Bersiap memenggal kepalanya.

The Exorcist ✔️Where stories live. Discover now