Chapter 32

7.3K 729 34
                                    

Gray tidak menyangka kemunculan ketua penghuni apartemen yang diluar dugaannya ini.

"Pak Albert, apa yang kau lakukan di sini?!" serunya.

"Sebaiknya kau pergi dari sini, Nak, kami tidak membutuhkan jasa pengusiran lagi!" tukas Pak Albert, dia tampak gugup.

"Hah?" Gray mengerjapkan mata beberapa kali, dia tak tahu maksud perkataan Pak Albert yang tiba-tiba menyuruhnya menghentikan penyelidikan tentang hantu yang meneror apartemen ini. "Bisa kau jelaskan padaku, apa maksud dari pengusiranmu padaku?"

"Kubilang, kami tidak membutuhkanmu maupun exorcist lainnya, sudah cukup, pergi!" kata Pak Albert tegang.

Anehnya, seakan Cheonyeo Gwishin  mematung, bahkan dia tak berani menatap Pak Albert. Seolah pria itu memiliki rahasia tentang dirinya.

"Kau tidak bisa memutuskan secara sepihak seperti ini, aku harus mengorbankan kesibukanku demi kasusmu ini," gerutu Gray.

"Jika kau ingin ganti rugi, akan kubayar penuh sesuai kontrak!" timpal Pak Albert setengah membentak.

"Apa-apaan sih dia ini?" pikir Gray bingung

"untuk kalian berdua..." Pak Albert menunjuk Gray dan Malaikat Kematian bergantian. "Cheonyeo Gwishin tidak ada hubungannya dengan kematian maupun teror hantu di apartemen ini!"

"Aku melihat dia merasuki seorang pria, dan hampir membuatnya bunuh diri!" sergah Gray berkomentar.

"TIDAK! ITU BUKAN DIA! AKU TAHU ITU, DIA HANYA INGIN MENYELAMATKAN PRIA ITU!" bentak Pak Albert berteriak meluapkan amarahnya. "HANYA AKU YANG BERHAK MENGHUKUM DAN MELENYAPKAN DIA!"

Gray mengerutkan kening, dia merasa kaget dengan perubahan suasana hati Pak Albert.

Jeoseung Saja melayang turun, kini dia berdiri di antara Pak Albert dan Gray serta hantu wanita tersebut.

Pak Albert memucat, kehadiran malaikat kematian ini merupakan tanda yang buruk.

"Aku tidak peduli dengan percecokan manusia, waktunya sudah habis, dan jiwa hilang ini akan segera kuambil," kata Jeoseung Saja mengarahkan pandangannya ke Cheonyeo Gwishin, sembari menarik sesuatu dari udara kosong, dan sebatang tongkat hitam tipis mirip gagang payung muncul di tangannya.

"Oh tidak, jangan sekarang," keluh Pak Albert melompat menghalangi Jeoseung Saja, tangannya direntangkan seolah melindungi hantu tersebut. "Kau tak boleh mengambilnya,"

"Minggir," perintah malaikat itu lembut.

"Tidak," Pak Albert menggelengkan kepalanya kuat-kuat, kendati begitu wajahnya memucat, takut.

"Kubilang minggir,"

"Tidak akan!"

Jeoseung Saja menggaruk-garuk kepalanya dengan tangannya yang bebas. "Ya sudahlah, kau akan kubunuh di sini, dan kutulis kalau kau menghalangi pekerjaanku," ucapnya enteng.

Malaikat itu menarik sebilah pedang dari tongkat tadi, berhasrat membunuh Pak Albert.

Pak Albert memejamkan mata, pasrah akan bayangan kematian yang akan menjemput dirinya.

"TIDAAAAKK!" jerit Cheonyeo Gwishin. Tapi, dia tak bisa melakukan apa-apa.

Memasang tampang dingin Jeoseung Saja mengayunkan pedangnya, berniat membelah Pak Albert menjadi dua bagian.

"TRAAAANG!" dua bilah pedang berbenturan di udara, api memercik ketika dua batang besi hitam itu bersentuhan.

"Kupikir kau berada di pihakku" kata Jeoseung Saja dingin.

The Exorcist ✔️Where stories live. Discover now