Chapter 21

8.8K 791 35
                                    

"Saudara kita, Kapten John Willkins telah meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya, dan Master Jay Drake menghilang entah kemana, kasih dan kebersamaan mereka berdua takkan menghilang hanya karena berpisah raga dengan kita," kata Master Juan di depan seluruh exorcist yang berkumpul untuk apel siaga sebelum terjun ke medan laga. "Selain itu, kota ini telah jatuh ke tangan iblis beberapa jam sebelumnya, pasukan pertama yang dipimpin oleh Letnan Nagisa dan Letnan Blaire telah maju terlebih dulu, Markas Besar Exorcist telah memerintahkan kita para exorcist yang dekat dengan lokasi untuk membantu mereka, sampai pasukan utama dari markas datang.
Tidak ada alasan untuk kita mundur dan takut terhadap mereka, karena ini bumi kita! Tanah kita! Tempat lahir kita! Mari berjuang!"

"Huwoooo!" para exorcist pun berteriak serempak mengangkat senjatanya ke udara, kemudian bersama-sama mereka menuju ke arah Kota Garen.

Di lain tempat, rupanya Letnan Blaire dan dua orang exorcist lain yang masih hidup memperhatikan dari jendela atas sebuah rumah tak jauh dari alun-alun kota.

"Sepertinya mereka sedang menunggu sesuatu, Letnan," kata exorcist berambut panjang hitam mengawasi dengan teropongnya.

"Awasi terus, jika ada gerakan mencurigakan seperti dimulainya eksekusi para sandera, kita akan menyerang walau nyawa taruhannya," kata Blaire memberi perintah, dia duduk di sofa buluk dan meminum air dari botol minuman yang diambilnya dari kulkas rumah itu, dia merasa sangat letih.

"Kuharap ini semua segera berakhir dengan baik," harapnya, dia merogoh kantong celananya, menarik foto yang terlipat menjadi 4 bagian, dibukanya perlahan dan nampak potret keluarga dirinya. Senyum tipis terlukis di wajah lelah Blaire kala melihat potret foto keluarga kecilnya.

"Hei, kalian berdua..."

Kedua exorcist yang mengawasi alun-alun menengok ke arah Blaire.

"Apa kalian punya keluarga? Emm.. maksudku kalian sudah punya pasangan hidup dan memiliki anak?" tanya Blaire penasaran.

Kedua exorcist itu saling bertukar pandang, mereka heran tiba-tiba mendengar pertanyaan seperti itu, lalu salah satunya menjawab pertanyaan dari Blaire.

"Uhmm... Saya tidak memilik anak, tapi saya punya pacar yang cantik," katanya malu-malu.

"Kalau saya tidak memiliki anak atau pasangan, tapi saya memiliki adik dan kedua orang tua yang saya sayangi," sambar exorcist kedua tampak senang.

Blaire menegakkan duduknya, dia tampak antusias. "Apa kalian pernah memberikan hadiah kepada mereka?"

"Pada saat ulang tahun, Letnan?"

"Nggg... Tidak harus, mungkin setiap saat atau sesuka hati kalian"

"Ngg yaa, beberapa kali saya membelikan hadiah untuk pacar," kata exorcist berambut panjang.

"Kalau saya, minggu lalu membelikan adikku itu mainan, aku ingat betapa gembiranya dia menerima hadiah dariku," tukas exorcist satunya bergembira.

"Kalian memang orang baik, tapi ketahuilah hadiah itu tidak selalu mahal, perhatian sekecil apapun bisa jadi hadiah bermakna bagi orang yang kalian sayangi" ujar Blaire tersenyum.

Kedua orang itu mengangguk-angguk setuju.

"Tapi Letnan, kenapa Anda bertanya hal seperti ini? Tidak seperti Anda yang biasanya saja," Exorcist berambut panjang mempertanyakan keanehan pada diri Blaire. Mereka sendiri tahu kalau Blaire adalah orang yang ceria dan tidak pernah terdengar membicarakan hal-hal seperti ini.

Blaire tertawa sambil bangkit dari duduknya. "Tidak... Tidak, aku hanya ingin bertanya saja, lagipula kalian berhak hidup lebih lama bersama orang yang kalian sayangi, daripada aku,"

The Exorcist ✔️Onde histórias criam vida. Descubra agora