Chapter 29

8.1K 774 26
                                    

Gray terengah-engah duduk bersimpuh di atas lantai kayu di aula besar di mana Ordo Exorcist biasa berlatih.

Keringat bercucuran dari dahinya, matanya menatap sayu karena lelah, tertuju kepada Master Arthur yang berdiri tegap di depannya.

"Apa kau menyerah, Gray?"

Gray tidak menjawab, bukan karena tidak mengindahkan pertanyaan Master Arthur, melainkan terlalu lelah untuk mengucapkan satu kata sekalipun.

"Kau memiliki tekad kuat untuk maju, dalam beberapa hari terakhir ini kemampuanmu melesat hebat, kau mampu mempertahankan lebih lama dalam mode malaikat atau iblis... Aku apresiasi itu," ucap Master Arthur tersenyum puas.

Gray mencoba berdiri, bertumpu dengan pedangnya. Mengusap wajahnya bersimbah keringat. Tapi, dia tak mampu dan jatuh kembali karena terlampau letih.

Kening Master Arthur mengerut, dia menyarungkan pedangnya kembali, dia berbalik keluar aula sembari berkata, "Istirahatlah, dan segera ke kantorku, ada yang harus aku bicarakan denganmu."

Gray menghela napas lega, lalu berbaring terlentang melepas lelah.

Seorang gadis duduk berjongkok di dekat Gray, mengulurkan botol air minum padanya.

"Kau pasti haus, minumlah," kata gadis itu lembut, tersenyum ramah.

Gray mengambilnya, membasahi tenggorokannya yang kering kerontang. "Terima kasih, Helena," ucapnya.

"Sama-sama," Helena duduk menyender pada dinding aula, kakinya ditekuk, kepalanya bersandar pada lututnya sambil memeluk betisnya. "Aku rindu pada, Bu Yola," wajahnya terlihat murung.

Gray menyarungkan pedangnya, memandang lekat-lekat Helena. "Aku juga, kupikir dia sedang menjalankan perintah Mikael atau Gabriel di surga sana,"

"Semoga saja begitu."

"Ada apa?"

"Tidak, entah kenapa aku kepikiran tentang Succubus itu, kuharap dia memang bahagia sekarang,"

"Tentu saja, aku yakin itu," kata Gray memberi semangat. "Jadi, bagaimana kau bisa tahu aku di sini?" tambahnya bertanya.

"Ah... Aku kemari untuk menengok Chloe, tapi dia sedang bersekolah di akademi exorcist, Nagisa sedang melakukan pengusiran di sebuah pabrik, dan kudengar dari orang-orang kau berlatih bersama Master Arthur, jadi kusempatkan menengokmu,"

"Ah begitu rupanya," kata Gray mengangguk paham.

"Apa latihanmu berjalan lancar, Gray?"

"Aku tidak terlalu mengerti, tapi menurut Master selalu ada peningkatan setiap harinya walau tentu saja tidak terlalu besar, tapi aku kini bisa mengontrol perubahan malaikat maupun iblisku," seloroh Gray menjelaskan.

"Bagus sekali, kau memang hebat Gray," puji Helena.

"Terima kasih, kudengar kau sibuk berbisnis sekarang ya?" tanya Gray menggosok lengannya yang memar terkena pukulan Master Arthur.

"Ah ya, aku membuka bisnis toko daring, tugas-tugas sekolah juga membuatku pusing," kekeh Helena. "Kuharap kau membeli beberapa barang daganganku,"

"Tentu, aku akan melihatnya nanti, tapi aku ingin membelikan Chloe dibanding untukku sendiri," kata Gray, dia menatap lekat-lekat wajah cantik Helena.

"Apa?"

"Ah tidak... Tapi, aku senang kau menengokku, kupikir yah... Aku sedikit...kau tahu? rindu padamu," kata Gray jujur, telinganya bersemu kemerahan, matanya menatap lantai seolah lantai aula tiba-tiba sangat menarik untuknya.

The Exorcist ✔️Where stories live. Discover now